Dari mabes backpacker makassar, saya
di antar bang rido menuju terminal malengkeri. Di sana sudah berderet
mobil-mobil pribadi berplat kuning yang siap mengantarkan saya menuju tanjung
bira di kabupaten bulukumba. Pagi itu saya tak perlu menunggu lama, karena
mobil yang saya tumpangi sudah penuh penumpang, biasanya jika sudah agak siang
kita harus menunggu agak lama sampai mobil di penuhi penumpang.
Mobil-mobil ini
tak selamanya mengantar penumpang sampai tanjung bira, kadang-kadang hanya
mengantar sampai terminal bulukumba saja dan kita harus meneruskan perjalanan menggunakan
angkot ke tanjung bira. Untuk melakukan perjalanan sampai tanjung bira, saya
harus merogoh kocek sebesar 60k, sebenarnya harga ini bisa jauh lebih murah
lagi sekitar 10k, tapi ya sudahlah . Perjalanan ke tanjung bira sendiri bisa
memakan waktu sekitar 4 - 6 jam tergantung kondisi jalan.
View sepanjang perjalanan |
Tapi tenang saja, walaupun perjalanan cukup
lama, kita tak akan di buat bosan karena sepanjang perjalanan kita akan di
suguhi pemandangan yang bikin mata enggan berkedip, dari mulai deretan
rumah-rumah panggung tradisional, savana kering dengan kuda dan kerbau yang
merumput,sawah-sawah yang membentang luas,tambak-tambak garam, laut dan tentu
saja pantai yang cantik.
Kondisi jalan sendiri sangat mulus,hanya di beberapa
tempat saja yang agak sedikit rusak. Saat mobil yang saya tumpangi memasuki
wilayah kabupaten bantaeng, semua penumpang turun beristirahat dan mengisi perut di sebuah
warung makan pinggir jalan. Semangkuk sop saudara dan
sepiring nasi putih meluncur bebas ke lambung saya, dan untuk menikmati
menu ini saya harus mengeluarkan uang 20k, cukup mahal memang.
Tepat tengah hari, mobil yang saya
tumpang sampai di terminal bulukumba. Karena saya satu-satunya penumpang yang
akan turun di tanjung bira, maka saya harus rela di oper ke angkutan umum yang
akan ke tanjung bira. Meski tak perlu membayar lagi,tapi saya harus cukup
bersabar menunggu angkot yang akan ke tanjung bira ini berangkat. Pukul 3
sore,mobil yang saya tumpangi sudah memasuki kawasan wisata tanjung bira.
Begitu mobil memasuki gerbang pintu masuk kawasan wisata tanjung bira, di sisi
kiri dan kanan jalan di hiasi plang-plang penginapan. Karena belum tahu letak
penginapan yang akan saya tempati,maka saya memilih turun di ujung jalan yang
tepat berbatasan dengan pantai.
Pantai Tanjung Bira |
Dengan menggendong tas yang cukup berat,saya
mulai menyusuri pantai tanjung bira yang di agungkan orang-orang ini. Jujur
saja saya agak sedikit kecewa melihat pantai ini, karena pantai ini tak seperti
yang saya bayangan dan tak se-WAH cerita orang-orang yang saya dengar. Sore itu
pantai ini di penuhi orang dan pantainya sendiri agak sedikit kotor,tapi
pasirnya memang sangat halus persis
seperti tepung. Puas berjalan sampai ujung pantai yang cukup sepi, saya memilih
untuk kembali dan mulai mencari penginapan yang akan saya tempati. Kebetulan
satu hari sebelumnya saya sudah membooking sebuah kamar di salassa guest house
(nama pemiliknya pak erick 08124265672), letaknya sekitar 300 meter dari pantai
dan saya hanya perlu membayar 75k untuk satu malam sudah termasuk sarapan.
Penginapan ini hanya memiliki sekitar 10 kamar dengan 2 buah kamar mandi di
luar, kamarnya juga lumayan dengan sebuah fan.
Tempat melihat sunset |
Setelah mandi dan beristirahat
sebentar, saya kembali ke pantai untuk menikmati sunset.
Kali ini saya memilih
untuk menanti senja di atas batuan karang yang berada di komplek sebuah cotage
yang sepertinya sudah tidak terawat lagi persisi di pinggir laut. Perlahan
namun pasti,matahari mulai tenggelam ke peraduanya. Rasa kecewa yang sempat
saya rasakan akan pantai tanjung bira, sontak berubah menjadi rasa sukur yang
luar biasa menyaksikan sajian senja yang begitu indah terbentang di depan mata.
Dan ini lah salah satu senja terindah yang pernah saya lihat,meski langit sore
itu di hiasi beberapa gumpalan awan. Puas dengan pertunjukan alam yang luar
biasa indah,saya kembali ke penginapan untuk mengistirahatkan tubuh yang
bener-beren sudah di buat lelah oleh perjalanan hari ini. Namun sebelumnya saya
menyempatkan dulu makan di restoran tempat saya menginap, seporsi nasi goreng
yang rasanya biasa banget dan harganya lumayan mahal berhasil mengganjal perut
saya malam ini.
Sunset |
***
Fajar belum sepenuhnya menghiasi
langit saat saya sudah bergegas ke pantai untuk melihat matahari terbit. Namun
sayang, pagi itu langit tak terlalu bersahabat karena gumpalan awan hitam di
mana-mana. Kecewa dengan penampakan matahari, saya kembali ke penginapan untuk
beres-beres dan bersiap cek out. Tepat pukul 8 pagi setelah sarapan dan
ngobrol-ngobrol dengan pak erick dan istrinya yang ramah, saya berjalan menuju
pelabuhan tanjung bira yang letaknya sekitar 500 meter keluar kawasan wisata
tanjung bira. Tujuan saya sebenarnya bukanlah pelabuhan tempat penyebrangan
kapal fery ke kepulauan selayar ini, melainkan sebuah pantai cantik yang
terletak tak begitu jauh dari pelabuhan ini.
Entahlah apa nama pantai ini,tapi karena letaknya di sisi timur tanjung
bira maka orang banyak menyebutnya pantai tanjung bira timur.
Pantai Tanjung Bira Timur |
Pantai ini bebas
dari jamahan para wisatawan sepertinya, karena suasananya masih sangat asri dan
sepi. Mungkin karena letaknya yang sedikit tersembunyi (tidak bisa di lihat
dari jalan raya) atau mungkin karena belum banyak orang yang tau keindahan
pantai ini. Jadilah pagi itu hanya saya sendirian yang berada di pantai itu, saya
begitu terkesima dengan deretan pohon kelapa yang menghiasi bibir pantai,
hamparan pasir putih yang luas dan landai, rumah-rumah nelayan tradisional yang
berjajar menghadap pantai dan tentu saja proses pembuatan kapal pinisi di tepi
pantai ( inilah alasan utama saya mendatangi pantai ini).
Pembuatan kapal pinisi |
Pasir di pantai ini
sama lembutnya dengan pasir yang ada di pantai tanjung bira, ombak di sini juga
cukup tenang. Tak henti-henti mata saya terus menjelajah setiap sudut pantai
ini, saya sangat takjub dengan keindahan pantai ini, dan saya merasa inilah
pantai yang sebenarnya sebuah gambaran pantai yang selalu ada di benak saya. Andai
saya punya waktu lebih banyak lagi di pantai ini, pasti saya akan betah
menghabiskan waktu seharian di sini. Puas menyaksikan pantai yang cantik dan proses
pembuatan kapal phinisi, saya memutuskan untuk mengahiri kunjungan saya di
pantai ini,karena harus mengejar mobil-mobil yang langsung ke makassara (karena
jika sudah siang tak ada mobil yang langsung ke makassar). Beberapa meter di
belakang tempat pembuatan kapal pinisi ada sebuah jalan kecil yang tembus ke
jalan raya. Setibanya di jalan raya saya langsung menaiki mobil yang menuju
makasaar tanpa harus transit dan berganti angkutan di terminal bulukumba. Dan dengan
membayar 50k serta berkendara selama 4,5 jam ahirnya saya sampai dengan selamat
di makassar.
Senang rasanya bisa menikmati
keindahan pantai ini meski sekejap,walau pada awalnya saya sempat merasa
sedikit kecewa dengan pantai tanjung bira, tapi sunset dan pantai tanjung bira
timur membuat semuanya terasa sangat mengesankan.
Suka liat sunset nya, ^^
BalasHapussama ... :)
HapusGan klo dr Makassar route ke tj. Bira yg detail naik apa aja?
BalasHapusPengen lihat pembuatan kapal Pinisinya...
BalasHapusayo k bira...
BalasHapusSaya akn ke sana Liburan Lebaran, smga tidak mengecewakan
BalasHapusGimana? gak mengecewakan kan :)
Hapusseneng deh baca perjaLanan mas,, okt nanti coba ke tanjung bira,, semoga tidak mengecewakan
BalasHapusTerimakasih :)
HapusHave a nice trip ya,, jangan lp ke pantai bira timur n lihat kapal Phinisi :)
sepp Lah,, rekomen dong kemana aja tempat yg bagus dtanjung bira :D
HapusBisa sewa kapal buat snorkling di pulau (gak tau nama pulaunya, tp kelihatan dr pantai bira )
Hapussumpah deh,, kaya nya baca bLog mas perjaLanan yg bener2 memacu adrenaLin,, kapan2 bareng yoo jeLajah indonesia yg gk ada habis nya,, hehee
BalasHapusHehe,,Terimakasih..
HapusAyo...mau ke mana kita :)
tanjung pandan kota nya laskar peLangi :D
BalasHapusAyo...... :)
Hapustp nunggu ada promo y,, hahaha
boleh2,, nanti info ya klo mau ksono,,
BalasHapus