Berawal dari perasaan bersalah karena tidak bisa menjawab pertanyaan
dari orang – orang yang saya temui saat melakukan perjalanan ke beberapa daerah
, tentang objek wisata di Karawang . Munculah keinginan untuk sedikit menjelajah
objek wisata di kota kelahiran saya ini
(entah kenapa saya selalu malas untuk jalan – jalan ke objek wisata di kota
ini) . Karawang yang berjuluk kota padi atau
sekarang di sebut dengan kota pangkal perjuangan , memang memiliki beberapa objek wisata alam dan objek wisata sejarah
, mulai dari curug cantik di selatan karawang , sampai objek wisata sejarah yang
berkaitan erat dengan kemerdekaan negara republik indonesia , seperti peristiwa “penculikan” Soekarno Hatta
ke Rengas Dengklok dan Peristiwa pembantaian warga sipil di Rawa Gede , ada
juga wisata candi peninggalan Kerajaan Tarumanegara di daerah Batujaya. Nah berhubung
saya sudah mondar mandir ke objek wisata alam yang ada di karawang (objek
wisata ini gak pernah bikin bosen, karena saya
suka objek wisata alam), kali ini saya akan menjelajah objek wisata
peninggalan sejarah di kota karawang.
Pagi itu, setelah mengatur janji
dengan cewek paling gila sekarawang; Kartika sari ( ini cewe gila yang pernah motoran Karawang –
Sawarna, Karawang – ciwidey dan
destinasi lainya pake motor, saya aja pasti gak sanggup naik motor sejauh itu,
hahaha. Gokil kan ni cewe) . Kami berangkat memulai penjelajahan. Tujuan
pertama kami adalah Monumen Rawa Gede, dari tempat janjian Kami arahkan laju
motor kami ke daerah Rawamerta, karena objek wisata ini ada di kecamatan
Rawamerta. Kami hanya memerlukan waktu sekitar 25 menit untuk sampai di objek
wisata ini (kalau dari rumah saya, jaraknya hanya 15 menit saja). Sesampainya
di sana, kami harus membayar tiket masuk seharga 2k / orang. Objek wisata Monumen Rawa Gede ini di bangun
untuk memperingati peristiwa pembantaian
masyarakat sipil oleh tentara belanda. Buat yang suka sama pelajaran sejarah
Indonesia pasti tahu dengan jelas peristiwa itu. Monumen ini di bangun seperti
piramida (sekilas mirip seperti monumen jogja kembali dengan ukuran lebih
kecil).
Di komplek monumen ini terdapat
puluhan kuburan warga sipil yang menjadi korban pembantaian belanda. Bangunan
monumen ini memiliki 2 lantai dan di sisi dinding luarnya di hiasi relif
perjuangan warga Rawa Gede. Di lantai dasar ada diorama peristiwa pembantaian
warga sipil oleh Belanda, sementara di lantai atas terdapat patung seorang
perempuan yang memangku tubuh anak dan suaminya yang tewas akibat peristiwa ini, sementara di
belakang patung ini ada puisi terkenal milik Chairil Anwar (Antara Karawang
Bekasi). Tempat ini cukup sepi, pagi itu
hanya ada kami dan beberapa wisatawan lain. Cukup lama kami di sini, menyusuri
setiap sudut tempat ini dan mengamati relif-relif yang menghiasi bangunan ini
sebelum ahirnya kami melanjutkan perjalanan menuju Destinasi berikutnya.
Destinasi berikutnya adalah rumah
tempat penculikan Soekarno Hatta dan monumen kebulatan tekad yang ada di Rengas
Dengklok. Dari monumen Rawa Gede, kami arahkan motor menuju Rengas Dengklok. Sesampainya
di pasar Dengklok, kami mengambil arah ke kiri mengikuti jalan kecil sampai
ahirnya kami tiba di depan monumen kebulatan tekad (jalan kecil ini persisi di
sebelah mesjid sebelum pasar dengklok). Dari Rawamerta, kami memerlukan waktu
sekitar 35 menit untuk sampai di sana. Monumen
kebulatan tekad ini di buat untuk mengenang peristiwa Rengas Dengklok, yaitu
peristiwa “penculikan” Soekarno dan Hatta, dimana pada peristiwa tersebut telah
terjadi kesepakatan untuk memproklamirkan Kemerdekaan RI dengan secepatnya. Di
sini sekarang terdapat 2 buah Monumen kebulatan tekat, satu buah monumen lama
dan satu lagi monumen baru yang belum selesai pengerjaannya.
Monumen Kebulatan Tekad Baru |
Monumen Kebulatan Tekad Lama |
Setiap wisatawan
yang berkunjung ke Monumen kebulatan tekad (khususnya yang lama) di haruskan
mengisi buku tamu dan mebayar sumbangan suka rela. Dulunya Monumen kebulatan
tekad ini adalah rumah tempat “penculikan”
Soekarno Hatta, namun setelah terjadi
musibah banjir besar sungai citarum, rumah itu rusak dan di pindahkan ke
tempat yang lebih aman. Di monumen ini
terdapat relif yang menggambarkan proses pembacaan teks proklamasi oleh
Soekarno Hatta.
Rumah tempat “penculikan” Soekarno Hatta |
Tak jauh dari sana, sekitar 500 meter terdapat rumah bekas
“penculikan” Soekarno Hatta yang sudah
di pindahkan. Di sana kami bertemu dengan anak dan cucuk pemilik rumah.
Bangunan rumah ini masih di pertahankan bentuk aslinya yang bergaya betawi dan di dominasi warna putih dan hijau. Di rumah
ini terdapat tiga ruangan yang bisa di lihat (sementara ruangan yang lain di
pergunakan oleh pemilik rumah). Tiga
ruangan itu terdiri dari dua buah kamar bekas Soekarno dan Hatta, semetara satu
ruangan lagi adalah ruang tamu. Di kamar yang menjadi bekas Soekarno dan Hatta masih di pertahankan
bentuk aslinya, sementara di ruang tamu ini terdapat Foto – foto Soekarno dan
Hatta serta pemilik rumah yang bernama Djiaw Kie
Siong.
Ruang Tamu |
Ah rasanya malu sekali, bertahun-
tahun tinggal di kota ini tapi baru sekarang berkunjung ke tempat – tempat ini.
semoga kedepanya bisa mengexslpor dan menulis lebih banyak lagi tentang objek
wisata di kota ini. J
Wah, baru tau ada ini di Karawang..hehe..thanks for sharing
BalasHapusAh, sepertinya kak tesya kurang menyukai pelajaran sejarah saat SD y :p
BalasHapusNahh kann..daerah sendiri lebih asyik untuk ditelusuri loh :)
BalasHapusSemangat nulis kaka... Ditunggu posting berikutnya *wink
Hihi...makasih ya kak buat semangat y.. ;D
HapusGak suka sejarah jd gak gitu suka, tp pengen tau aja.. hahaha
selalu ada yang bisa dieksplor dari kota sendiri memang ya...TFS
BalasHapusIya mba,,,
HapusTp saya terlambat...hehe
perempuan gilanya terlihat sangat tangguh hahahah anyway thanks for sharing ;)
BalasHapusHahaha, iya ini cewe emng tagguh bgt :D , selalu ngajakin ke mana-mana motoran.
BalasHapusMakasih dah mampir :)
kalau aku, setiap denger kata 'Karawang' yang terlintas hanya 2 hal: Goyang Karawang & Puisi Karawang-Bekasi nya Chairil Anwar yang perih banget... nice sharing kakak :)
BalasHapusIya kak, rata2 orang yang aku temuin juga selalu ingatnya itu...
Hapusmakasih kakak dah mampir.
saya belum pernah lo ke karawang, tapi setidaknya dengan ngebaca ini, bisa melihat tenpat-tempat yang suatu hari semoga bisa saya datangi
BalasHapusmakasih sudah berbagi :)
Terimakasih mba sudah mampir :)
Hapussetelah terbang, jalan, n nyeberang kesana-kesini, akhirnya baru nulis 'tanah' sendiri :D
BalasHapusHahahah...iya nih :D
Hapusgurih2 nyoy..karawang memang kota kebanggaanku karna ku orang karawang.
BalasHapushehehe
CIBUAYA KARAWANG , JUGA PUNYA SEJARAH. CANDI LLEMAH DUHUR
BalasHapusMun urang karawang kawas kieu.....resep jigana ieu mah kumaha..ngaku urang karawang..tong boro ka sejarahna ka bahasana jigana hoream make basa karawanh
BalasHapusHistory doesn't repeat itself, but it does rhyme. - Mark Twain -
BalasHapusDesa jaya makmur.
BalasHapusKecamatan jaya kerta.
kabupaten karawang....