Senin, 20 Februari 2012

Semalam di Kota Medan



Sekitar pukul  8:10 saya sudah sampai di pelabuhan tomok, di sini sudah terlihat beberapa orang yang  juga sedang menunggu perahu yang akan mengangkut saya  ke daratan sumatera utara (pelabuhan ajibata). Pagi itu pelabuhan tomok cukup ramai di  hiasi dengan beberapa ibu-ibu yang berjualan,dari mulai buah-buahan sampai ikan-ikan segar hasil tangkapan di danau toba.
Sekitar 15 menit  menunggu, terdengar suara sirine dari salah satu kapal yang terparkir di dermaga. Hal ini menandakan bahwa kapal itu akan segera berangkat meninggalkan pelabuhan dan di harapkan agar penumpang segera menaiki kapal. Saat masuk kapal, saya memilih kursi yang berada di lantai dua  tanpa atap  dan terletak paling belakang,karena saya ingin menikmati  view yang lebih luas dan suasana saat itu . Ternyata tak hanya orang saja yang di angkut kapal ini,melainkan juga beberapa kendaraan roda dua juga ikut di angkut kapal ini.Tapi untuk mobil harus mengunakan kapal fery yang jadwalnya hanya ada 5 x sehari. 


Kapal yang saya tumpangi melaju pelan meninggalkan pelabuhan tomok  membelah danau toba yang nampak tenang pagi itu. Semakin lama,samosir semakin menjauh dan nampak samar-samar terlihat sebuah tulisan yang di bentuk dari pepohonan  yang ditata  di lereng bukit bertuliskan “horas samosir” (kalau gak salah baca,karena tulisannya sudah tidak begitu jelas). Di tengah perjalanan para penumpang  mulai di pungutin ongkos sebesar 5k / orang. Kapal yang saya  tumpangi beberapa kali  berpapasan dengan  kapal lain yang mengangkut orang-orang dari ajibata. 

Sepanjang perjalanan mengarungi  danau toba,saya di suguhi bukit-bukit (mungkin gunung) yang mengelilingi  danau toba. Semilir angin dan musik batak menemani  perjalanan saya sampai ke ajibata. Dan sekitar pukul 9:30 setelah berlayar kurang lebih 45 menit,saya sampai di ajibata.
Di pelabuhan ini sudah banyak sekali supir-supir taxsi (mobil pribadi) yang siap mengantarkan anda ke berbagai tujuan dan salah satunya adalah ke bukit lawang (tempat konserfasi orang utan) . Tapi karena tujuan saya adalah kota medan, jadi saya menaiki bis "sejahtera" yang sudah stanbay di salah satu sudut jalan.
Perjalanan ajibata-medan di tempuh dalam waktu 5 jam  dengan tarip 25k / orang. 
bis sejahtera
Tak ada hal yang menarik sepanjang perjalanan ini,karena hanya di dominasi perkebunan kelapa sawit dan hutan. Namun 1 km pertama setelah meninggalkan ajibata,kita akan di suguhkan pemandangan luar biasa  danau toba di balik kaca mobil. Karena jalan yang di lalui tepat di tepi jurang yang langsung berbatasan dengan danau toba. Di dalam bis tak ada hal yang bisa di lakukan selain harus tiduran di kursi bis yang sangat tidak nyaman. Jika akan naik bis ini,saya tidak menyarankan untuk duduk di deretan depan. Karena anda akan di buat jantungan melihat aksi sopir yang ugal-ugalan belum lagi di tambah bunyi klakson yang terus-terusan berbunyi  keras.
Sekitar pukul 14:30 saya sampai di terminal amplas kota medan,dari dalam terminal saya berjalan keluar dan belok kiri (arah yang ke lampu merah) untuk menungu angkot yang akan mengantarkan saya ke mesjid raya.  Dari depan terminal saya menaiki angkot berwarna putih bertuliskan M R X (baca:Mr.X) menuju  mesjid raya medan  dengan tarif 3k.

Mesjid Raya Medan

Sesampainya di mesjid raya,saya beristirahat sebentar dan mulai melihat-lihat sekeliling mesjid. Setelah sekitar  1 jam melihat-lihat  saya putuskan ke istana maimun. Dari depan gerbang mesjid raya, saya berjalan ke arah kiri menuju istana maimun (jaraknya sekitar 300 meter).

istana maimun
 Sesampainya  di istana maimun,suasana saat itu sangat ramai dengan banyaknya para wisatawan. Masuk istana ini saya di minta membayar  sebesar  5k/ orang. Cukup lama saya melihat-lihat istana ini dan menyaksikan beberapa orang yang berfoto dengan mengunakan pakaian adat yang sudah di sediakan di sana.
Dari istana maimun saya kembali berjalan menuju mesjid raya mencari penginapan di sekitaran masjid.Saya memutuskan menginap di penginapan residence yang terletak di belakang mesjid raya, tepatnya di jalan sipiso-piso. Karena letaknya yang dekat mesjid,penginapan ini bernuansa islami meski terbuka untuk umum(non muslim). Di sini ada peraturan yang cukup ketat karena laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim di larang tidur dalam satu kamar. Penginapan ini memiliki empat lantai dan memiliki empat pariasi tarif dari mulai 60k,85k,135k dan 150k. Tentu saja saya memilih penginapan yang paling murah,hehe.

residence hotel
 Dengan membayar 60k / malam saya mendapat fasilitas dua buah tempat tidur,fan,dan kamar mandi di dalam. Dan bukan hanya  saya seorang  yang akan menginap di kamar ini, karena ada seorang teman (bang roni)  yang  kebetulan juga lagi backpacking di sumatra utara namun beda  jalur jelajahnya,hehe. *Fyi: Letak residen hotel berada di sebuah jalan kecil (jalan si piso-piso), jika arah anda dari terminal amplas maka jalanya tepat sebelum mesjid raya. Bangunan ini berwarna hijau  cerah dengan bangunan yang cukup tinggi.
 Sekitar pukul 18:30,setelah makan dan bersih-bersih saya putuskan untuk   jalan-jalan menikmati suasana malam kota medan, dan tujuan saya jatuh ke merdeka walk.  Dari penginapan saya berjalan ke jalan raya dan menaiki angkot MRX dengan tarif 3k (tarif angkot  di medan jauh dekat 3k). Sekitar 10 menit menaiki angkot,saya sudah sampai di merdeka walk.

Merdeka Walk
 Merdeka walk ini tempat nongkrong dan olah raga  anak-anak muda di  medan. Di merdeka walk terdapat deretan tempat makan yang berjejer tertata rapih di pinggir jalan.  Di sini juga terdapat sebuah lapangan dengan pendopo besar di salah satu sudutnya. Dan yang membuat saya kagum adalah adanya alat-alat fitnes sederhana yang berjejer di salah satu sisi lapangan. Salut...karena  pemerintah kotanya sangat memperhatika fasilitas publik *keren kan?. Di sebrang jalan  merdeka walk juga terdapat beberapa bangunan tua yang masih terawat dengan baik dan ada juga stasiun kereta. Dari merdeka walk saya menuju simpang kuala, karna akan ketemuan sama mba anti dan teman-teman backpacker medan yang habis pulang camping di 
alat olahraga yang ada di Merdeka Walk
gunung si nabung (termasuk  bang roni). Dari depan pintu masuk merdeka walk saya menyebrang jalan dan menaiki angkot no 104 berwarna merah. Simpang kuala sendiri merupakan pusat penjualan durian, karena  di sini terdapat banyak sekali lapak-lapak penjual durian. Durian-durian di sini di  tumpuk begitu saja  di pinggir jalan,tempat ini bagaikan surga buat yang suka sekali durian,hehe.
Di simpang kuala, saya,anti,roni,reza,winda, dan jojo sukses melahap 3 buah durian berukuran sedang  yang masing-masing di bandrol 15k / buah (kalo di jawa pasti harga perbijinya bisa sampai 40k) . Ada yang unik di sini,saat akan memesan durian, kita cukup duduk-duduk manis di kursi yang di sediakan dan si pemilik kios akan menawarkan mau pesan  berapa biji dan rasa apa (di sini ada durian yang rasanya manis dan pahit). Tapi jika ingin repot-repot ya silahkan ikut pilih-pilih, ohya semua durian di sini di patok satu harga. 


Dari simpang kuala kami kembali ke merdeka wallk (kecuali mba winda),di merdeka walk kita menghabiskan waktu dengan  ngobrol-ngobrol dan  sambil bernarsis ria tentunya,haha. Saat malam semakin larut dan mata sudah mulai ngantuk , kami putuskan untuk mengahiri malam ini. Bang jojo entah pulang ke mana, yang jelas kita ber 4 (saya,antin,roni,dan reza) naik taxsi pulang ke penginapan. Sesampainya di  sekitaran masjid raya cuma saya dan roni yang turun karena mba anti dan bang reza entah di mana rumahnya,haha. *fyi : naik taxsi blue bird dari merdeka walk sampai penginapan (mesjid raya) argonya hanya menunjukan 11k. Jadi jika mau ke merdeka walk dari area mesjid raya/istana maimun mending naik taxsi (jika jumlah kalian 4 orang) itunganya lebih murah dan lebih nyaman. Ohya tentu saja harga ini harga argo,dan biasanya cuma taxsi blue bird saja  yang mengunakan harga argo,taxsi-taxsi yang lain biasanya harganya borongan (gak pake argo). Sesampainya di penginapan saya langsung tidur karena badan sudah sangat lelah dan di tambah lagi besok saya harus bangun pagi karena penerbangan saya ke jakarta di jadwalkan jam 9 pagi.

                                                               ZZZZzzzzzz,,,,,,,,


Loby dan Restoran Residence Hotel
Sekitar pukul 6 pagi saya sudah siap-siap mengepak semua barang  dan turun ke restoran untuk sekedar mengganjal perut memesan sarapan. Sekitar pukul 7:30  pagi saya pamitan sama bang  roni (yang baru akan pulang nanti sore).
Awalnya saya akan menggunakan taxsi (tentu saja blue bird) ke bandara polonia,karena mengingat harganya yang tak terlalu mahal (sekitar 15k,berdasarkan penuturan seorang teman). Namun saat menunggu taxsi yang tak kunjung ada,saya menyempatkan diri membeli air mineral di sebuah mini market  sekalian memastikan  ada tidaknya angkot yang ke bandara (kalo kata bang jojo ada,tapi dia juga belum tahu pasti). Tapi  ahirnya saya mendapat ke pastian dari mba-mba kasir minimarke tentang angkot yang ke bandara,namun angkot yang di maksud tidak sampai di depan bandara cuma sampai sebuah simpangan yang menuju bandara (simpangan polonia). Saya menunggu angkot persisi di depan pom bensin di sebelah plaza yuki. Tak terlalu lama menunggu,ada juga mobil angkot yang saya tunggu ( angkot warna merah no 41),sebelum naik saya memastika agar sopir menurunkan saya di jalan yang akan ke bandara.
Sekitar 15 menit kemudian saya sampai di simpang polonia,dan dari sini saya berjalan sekitar 20 menit sampai ahirnya tiba di terminal keberangkatan bandara polonia (jaraknya mungkin sekitar  1 KM) . Dan pukul  9:45 pesawat garuda indonesia citilink membawa saya kembali ke jakarta. Selamat tinggal tanah sumatra....


Sebuah perjalanan dan petualangan  yang sangat  menyenangkan bisa menginjakan kaki ke tanah sumatra  untuk pertama kalinya,semoga suatu saat bisa kembali menginjakan kaki ke tanah sumatra dan mengexsplorasi keindahan yang lain..Amin


bangunan tua sekitar merdeka walk
suasana tempat makan di merdeka walk


#thank to Allah SWT karena telah begitu baik mengijinka saya mengexsplorasi buminya yang indah,serta sudah melimpahkan rizki serta rahmatnya untuk saya. I Love Allah

#thank to mba Yunita Susanti  (Anti) dan temen-temen backpacker medan untuk info dan kebaikannya

#thank to mas Tri Setyo Wijanarko atas tulisannya yang memberi ispirasi dan terimakasih juga  buat keluarga dan  temen-temen saya yang selalu mendukung. :)

Selasa, 07 Februari 2012

Sepenggal Cerita dari Pulau Samosir


Setelah menunggu sekitar 15 menit di pangkalan sumatera transport,ahirnya  mobil yang saya tumpangi bergerak meninggalkan panggururan menuju tomok. Di panggururan banyak sekali angkutan yang ke tomok,jadi silahkan pilih. Ada beberapa macam angkot dan elf (yang ada tulisan tomok,berarti itu akan ke tomok).  Jalanan dari pangururan menuju tomok berada di pinggir danau toba (meski kadang gak terlalu pinggir) jadi kita bisa leluasa melihat indahnya gunung-gunung yang membatasi danau toba dan pulau-pulau kecil yang di tinggali ratusan burung bangau. Perjalanan ke tomok memakan waktu sekitar 30 menit dengan tarif 12k. 

salah satu jenis angkutan yang ke tomok
Awalnya saya akan berhenti dulu  di ambarita untuk melihat objek wisata di sini. Namun  karena takut ke sorean, saya membatalkan kunjungan ke ambarita. Jarak ambarita ke tomok bisa di bilang  cukup dekat,mungkin sekitar  5-7km. Selepas desa ambarita saya melihat sebuah pertigaan yang akan ke desa tuktuk (pusat turis di samosir), tapi angkutan umum seperti angkot tidak lewat tuktuk melainkan melewati jalan yang langsung ke tomok, entah kenapa. mungkin senghaja, agar  jasa ojek dapat di gunakan atau juga karena angkot harus memutar sedikit jauh sebelum ahirnya sampai di tomok. Menurut pendapat saya , akan sangat membantu wisatawan jika ada angkot yang ke tuktuk,tarip ojek kadang-kadang suka gak masuk akal.


Waktu menunjukan  pukul 3 sore saat saya turun dari angkot tepat di depan jalan yang akan ke pelabuhan tomok. Dari sini saya bingung mencari arah menuju objek wisata,karena di sini tidak ada petunjuk jalan ke objek wisata. Setelah tanya sama pedagang di sana,barulah saya tahu di mana letak objek wisatanya. Letak objek wisatanya masuk lagi ke dalam sebuah gang (jalan) yang di apit lapak-lapak penjual  berbagai macam oleh-oleh. Jika dari pintu masuk pelabuhan tomok jaraknya sekitar 10 meter ke arah kanan. Saat itu suasana di tomok sangat ramai oleh banyaknya wisatawan.  Setelah menemukan gang  yang menuju objek wisata ,saya mulai menyusurinya di mulai dari objek wisata yang paling ujung, yaitu musium batak. Di sini terdapat sebuah rumah adat batak yang di jadikan sebuah musim yang didalamnya memajang aneka ukiran,gerabah,kain dan perhiasan suku batak. Di sini juga terdapat patung si gale-gale.


barang-barang yang di pajang di musium
 Setelah puas berkeliling di dalam bangunan ini, saya ke luar dan menuju makam raja sidabutar. Saat di depan makam raja sidabutar suasananya agak sepi karena saya tidak melihat wisatawan yang hilir mudik masuk ke sana,jadi saya putuskan untuk melewatkan makam raja sidabutar (meski sekarang  agak menyesal,heheh). Dari  gerbang makam raja sidabutar, saya menuju objek wisata  si gale-gale. Saat itu patung si gale-gale sedang banyak di kerumuni oleh orang-orang yang ingin berfoto denganya (hebatkan,patung aja exsis banget,heheh).  Dan pada saat itu juga  ada rombongan keluarga (sepertinya wisatawan dari aceh)  yang meminta untuk memainkan pertunjukan patung sigale-gale,mereka membayar 80k untuk menikmati pertunjukan itu dan menari bersama patung si gele-gale,sementara itu  saya menyaksikannya secara geratis,,heheh *beruntung.

 wisatawan yang menari tortor



patung sigale-gale
 Setelah terkesima degan pertunjukan si gale-gale (jujur,saya suka musik etnik batak,enak di dengar,heheh). Saya berjalan lagi menuju replika makam raja sidabutar, jika masuk makam raja sidabutar yang asli kita harus menggunakan kain ulos yang sudah di sediakan di pintu gerbang,kalau di sini bebas gak usah pake ulos (sebenarnya saya tak tau pasti ini memang replika makam raja sidabutar atau bukan,tapi berdasarkan penuturan seorang teman di blognya. Ini adalah replika makam raja sidabutar,maklumlah saya gak pake guid,jadi gak tau pasti).  Di sini terdapat peti dari batu,meja dan kursi dari batu dan patung-patung  yang  menancap di tanah dan juga di bentuk dari batu.
 
penginapan torang yang 50k
Setelah di rasa puas berkeliling, saya mulai ke bingungan mencari penginapan. Setelah mendapat pencerahan dari salah satu pedagang sovenir, saya putuskan untuk menginap di penginapan torang yang katanya paling murah (jika ingin mendapatkan banyak pilihan penginapan,maka pergilah ke tuktuk) . Penginapan torang terletak persis di sebelah penginapan roganda ( jarak dari gerbang pelabuhan tomok sekitar 100meter ke arah kanan). Penginapan torang menyatu dengan toko bahan bangunan, jadi di depanya terdapat berbagai macam bahan bangunan dan alat-alatnya. Jadi tak ada loby atau resepsionis,jika mau menginap silahkan masuk ke toko bangunan dan tanyakan di sana.  Tarif kamar di penginapan ini ada dua, ada yang  50k/malam dan 100k/malam, perbedaannya hanya terletak di kamar mandi dan tempat tidur. Untuk harga 50k/malam kamar mandinya di luar dan tempat tidurnya dari kasur biasa,sementara yang 100k/malam terdapat kamar mandi di dalam dan tempat tidurnya  dengan kasur busa dengan ukuran yang  agak besar.  Kalo boleh saran,lebih baik menginap di roganda saja. Meski tarifnya sedikit lebih mahal,tapi tempatnya lumayan bagus.
Fyi: di tomok terdapat beberapa dermaga (pelabuhan) kapal yang mengangkut penumpang dengan berbeda-beda tujuan,dan semua petunjuk arah yang saya berikan berpatoka pada pelabuhan yang kapal nya akan atau dari pelabuhan  ajibata.

kapal-kapal penumpang

Setelah selesai mandi dan beristirahat sebentar, saya kembali ke luar untuk mengelilingi desa tomok sekalian mencari  warung muslim untuk makan. Ohnya kala menurut saya  harga makan di sini bisa di bilang agak mahal,sekitar 15k/porsi. Setelah di rasa kenyang,saya jalan ke tugu selamat datang di dermaga tomok,di sini saya berencanan untuk melihat sunset. Namun sayang saat itu langit sedikit mendung,jadi tak nampak matahari. Cukup lama saya berdiam diri di dermaga ini,melihat kapal-kapal yang hilir mudik mengarungi danau toba mengangkut penumpang ke pelabuhan ajibata dan pelabuhan yang lain. Dari tugu selamat datang saya berjalan menuju pelabuhan tomok (tempat bersandarnya kapal fery), di sini saya menikmati deburan ombak danau toba yang terpecah oleh pondasi batu-batu pemecah ombak. Sore itu danau toba begitu bergelombang,angin pun bertiup cukup kencang. Di tempat ini terdapat beberapa mobil yang sedang menunggu ke datangan kapal fery yanga akan menyebrangkan mobil-mobil ini  ke pelabuhan ajibata
tugu selamat datang
Saat langit mulai semakin gelap,saya berjalan meninggalkan pelabuhan menuju penginapan. Saat di jalan menuju penginapan, saya bertemu dengan ibu-ibu yang berjualan buah-buahan di lapaknya. Mata saya terus tertuju pada durian-durian yang di tumpuk di lapak si ibu. Tanpa sadar saya mulai menanyakan harga dan mulai tawar menawar.  Setelah deal di harga 5k untuk satu buah durian yang lumayan bikin saya kenyang,saya meminta si ibu membelahnya.  saya makan durian  sambil di temani obrolah hangat dari ibu penjual durian itu. Meski kadang si ibu salah mengerti dengan kata-kata saya atau saya yang salah mengerti dengan kata-kata si ibu,tapi saya senang karena saya punya kesempatan mengobrol dengan warga lokal. Dan  ahirnya sebuah durian dan obrolan hangat dengan ibu penjual buah itu  menutup petualangan saya hari ini..
 
ZZZzzzzz.....

jalan di tomok yang masih sepi
Sekitar pukul  5:30 pagi saya sudah bangun dan bersiap menyaksikan pertunjukan alam yang selalu orang nanti di pagi hari (sunrise). Pagi ini saya berencana menikmatinya di dermaga tugu selamat datang. Suasanan tugu selamat datang sangat sepi dan  dari seberang danau terlihat kerlap-kerlip cahay lampu di pelabuhan ajibata. Desa tuktuk juga dapat terlihat di sini dengan gemerlap cahayanya. Tapi lagi-lagi saya kurang beruntung,karena mendung menggantung di upuk timur. Saya cukup lama berdiam di dermaga ini sembari menyaksikan geliat pagi di desa tomok. Saat hari sudah mulai terang,saya berjalan menyusuri jalan menuju patung si gale-gale lagi untuk berfoto sepuasnya karena saat itu sangat lengang dan belum ada siapa pun,lapak-lapak di sepanjang jalan menuju si gale-gale juga belum ada yang buka. Fyi: jika ingin lebih puas menikmati objek wisata di sini ada baiknya datang pagi-pagi saat belum terlalu banyak wisatawan.

Pukul 8 pagi,saya kembali ke penginapan untuk cek out. Dari penginapan saya berjalan menuju pelabuhan tomok  karena akan melanjutkan perjalanan kembali ke medan.
Semoga suatu saat bisa kembali menginjakan kaki di pulau samosir,amin..


reflika makam raja sidabutar













 







Kamis, 02 Februari 2012

Menara Pandang Tele , Tempat Terindah Melihat Danau Toba



Sekitar pukul 8:30, saya meninggalkan desa tongging menggunakan angkot yang akan ke kabanjahe. Menaiki lereng-lereng gunung,danau toba terhampar indah di bawah dan sipiso-piso juga nampak mengintip di balik rimbunnya pepohona. Setelah sekitar 30 menit melaju membelah jalanan  yang cukup sepi, mobil yang saya tumpangi  sampai di pertigaan merek,untuk sampai di sini saya harus membayar  ongkos 5k. Di pertigaan merek ini,saya menunggu  angkutan lain yang akan ke panggururan (nama mobilnya samosir pribumi/pulau samosir nauli). Untuk memastikan ada tidanya angkutan, saya bertanya pada pengendara bentor yang memang banyak mangkal di sana,pengendara bentor itu menyuruh  saya  menunggu sebentar karena mobilnya belum ada. Tidak terlalu lama menunggu,mobil samosir  pribumi (sampri) tiba juga dari arah kabanjahe . 

Saat itu mobilnya sudah penuh,hanya tinggal dua buah kursi kosong yang terletak paling belakang. Mobil ini berbentuk mobil kery dengan susunan kursi yang di atur sedemikian rupa agar bisa memuat banyak penumpang namun masih tetap terasa nyaman. Mobil ini sendiri melayani trayek kabanjahe-panggururan,taripnya sekitar 35k. Namun karena saya hanya  akan menaiki mobil ini sampai menara pandang tele,saya hanya di minta membayar 25k saja. Fyi: jika ingin ke taman wisata iman,dari pertigaan merek anda harus menggunakan angkutan yang menuju sidikalang dan nanti berhenti di pintu masuk taman wisata iman.
di atas bukit itu ada taman simalam

 Tak terlalu lama berhenti (ngetem),mobil ini langsung melaju di jalan mulus yang membelah hutan. Sepanjang perjalanan, sisi kiri dan kanan hanya berupa hutan dengan jalan yang terus naik. Tak terlalu jauh dari pertigaan merek,saya melihat pintu masuk menuju taman  wisata  simalem (mirip-mirip dufan tapi terletak di atas gunung /bukut mungkin lebih tepatnya).  Oh ya taman simalem juga dapat terlihat dari wisma sibayak,letaknya persis di atas gunung (bukit) yang berhadapan langsung dengan wisma sibayak. *saya mengetahu hal  ini dari mba-mba yang lagi menyiangi padinya di depan wisma sibayak saat saya menunggu angkot. Sepanjang perjalanan ini, saya di buat mati kutu oleh supir yang terus  melaju dengan  kencang menaklukan jalan raya,beberapa kali mobil hampir bertabrakan dengan mobil lain dari lawan arah,tapi si sopir tetap saja melaju tanpa sedikit pun mengurangi kecepatannya (sinting gak tuh,hehe). Kadang saat bertemu jalan rusak pun si supir tetap melaju kencang,membuat seisi mobil tumpah ruah dan terpelanting kesana kemari. Tapi herannya tak ada satu orang pun yang protes dengan ke adan ini. Malah semua penumpang,termasuk nene-nene dan ibu-ibu santai saja menikmati perjalanan ini  *hebat kan. Ketika sudah sampai di pertigaan,supir menurunkan penumpang yang akan ke sidikalang  dan menaikanya ke mobil yang akan ke sidikalang,semantara mobil ini akan ke pangururan melewati jalan PLTA yang katannya  lebih dekat. Jalanan PLTA ini tak semulus jalan tadi,di sini banyak di temukan  jalan rusak. Ruas jalan di sini  pun  relatif kecil,dan sepanjang perjalanan kita akan sering bertemu dengan sebuh bangunan jembatan yang menyerupai bendungan (mungkin ini alat-alat pembangkit listrik,karena di sekelilingnya di pagari kawat tajam).  Tapi teteap saja sopir tak mempedulikan jalanan rusak ini, dia tetep  melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi,meski tak secepat saat melewati jalanan mulus tadi. 

menara pandang tele

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih  selama 2 jam, saya sampai di tele (semacam pasar/pusat keramaian tele). Tapi saya tak turun  di sini, karena tujuan saya adalah menara pandang  tele yang lumayan masih  jauh dari sini. Sesampainya di menara tele, saya langsung menuju menara dan menaikinya. Saat itu tak ada pengunjung lain selain saya. Cuaca saat itu sangat cerah dengan langit berwarna biru .  Disini dapat terlihat hamparan  indah danau toba dengan lekukan-lekukan perbukitan yang menjorok ke dalamnya, di sisi lain terlihat perbukitan dan gunung yang begitu hijau. Pulau samosir juga sangat nampak jelas dari sini. Saya terus melihat ke semua penjuru arah dan terus menaiki menara semakin tinggi. Menara ini memiliki 4 lantai yang  termasuk lantai dasar, bangunan  menara ini sangat mencolok,karena hanya ada bangunan ini saja dan sebuah warung (di depan menara) selebihnya pepohonan dan semak belukar sejauh mata memandang.Dari atas saya juga  bisa melihat jalan raya yang meliuk-liuk di lereng-lereng bukit yang nantinya akan saya lalui menuju panggururan. Sementara disisi lain saya juga dapat melihat air terjun yang mengalir di antara hijaunya pepohonan. Tak hentinya saya bersukur karena terus di beri kesempatan untuk menikmati indahnya alam indonesia,terimakasih ya allah. 

menara pandang tele dilihat dari warung


view dari menara pandang tele

garis yang  putih itu jalan raya
Sayang waku tak mengijinkan saya berlama-lama di sini,karena perjalan ke pangururan dan di lanjut ke tomok masih sangat jauh. Setelah puas mengelilingi menara,saya turun  menuju ke warung untuk sekedar  mengisi perut yang dari pagi belum di isi. Seporsi mi rebus dan teh hangat sukses menjadi pengganjal perut, oh ya  masuk objek wisata ini kita cukup membayar 2k. Di warung ini saya ngobrol-ngobrol dengan pemilik warung dan dua orang bapak-bapak yang sedang beristirahat,dari obrolan basa basi itu saya mendapat  info  tarif angkot,  dari sini ke pangururan sekitar 10k dan dari pangururan ke tomok  12k. 

warung sekaligus tempat bayar retribusi

Dari warung ini saya menyebrang ke sisi jalan yang lain untuk menunggu angkot,cukup lama saya menunggu angkot di sini, sekitar 30 menit berlalu barulah datang  angkot yang sudah penuh sesak. Tapi berbekal izin si supir, saya tetap memaksakan diri masuk, Alhasil saya berhimpitan dengan penumpang lain,hehe  (tapi tak apalah dari pada saya harus buang waktu untuk  menunggu angkot  yang lain). Perjalanan ke pangururan  melewati  jalanan menurun yang meliuk-liuk (jalan yang sempat saya lihat dari atas menara).  Dibeberapa ruas jalan  terdapat bekas longsoran tanah yang sudah di bersihkan. Sepanjang perjalanan ,saya disuguhi pemandangan alam yang luar bisa cantik. Sampai ahirnya saya tiba di sebuah jembatan kecil yang menghubungkan daratan sumatra dan pulau samosir. Jembatan ini sangat kecil, panjangnya mungkin sekitar 3 meter. Saat melewati jembatan ini pun saya  tak  merasa seperti sedang menyebrang ke sebuah pulau,malah saya merasa sedang melewati sebuah sungai kecil,hehe. Dan setelah  40 menit  berhimpit-himpit ria,saya sampai di pangururan. Sopir menurunkan saya di pangkalan mobil yang akan ke tomok. Karena sebelumya saya bertanya padanya tentang mobil yang melayani rute pangururan tomok.