Hari ini akan menjadi hari yang cukup melelahkan,
pasalnya kami akan menempuh perjalanan
panjang melintasi sebagian daratan Flores,dari Ende ke LabuanBajo via darat.
Beda seperti perjalanan Labuan Bajo – Ende yang kami tempuh beberapa hari
(karena mampir ke beberapa daerah terlebih dahulu), kali ini kami akan
melakukan perjalanan panjang itu secara langsung tanpa singgah di kota mana
pun.
Pukul 6:30 kami harus cepat – cepat cekout dari
penginapan, di depan hotel sudah terparkir
sebuah mobil travel yang menjemput kami. Untuk perjalanan kali ini kami
memang senghaja menggunakan mobil travel yang harganya relatif lebih mahal
(tapi harganya masih masuk akal) dari mobil elf
yang melayani rute sama. Hal ini kami lakukan semata karna tak ingin
menyiksa badan di mobil elf yang umurnya
kebanyakan sudah ujur dan tentu saja tak nyaman dengan barang penumpang yang
berjejalan, belum lagi udara yang pengap karena tidak menggunakan penyejuk
udara (kebayang dong jika kami harus menggunakan elf ini selama lebih dari 14 jam
). Selain alasan itu, kami juga tak ingin repot haus ke terminal Ndao pagi –
pagi untuk menunggu elf yang akan ke Labuan Bajo, belum lagi kami harus
bersusah payah menawar harga agar tidak di patok harga tinggi. Nah Jika kami
menggunakan travel, kami cukup duduk manis di penginapan dan mobil akan
menjemput kami. Hehehe. Ini Travel yang kami gunakan berikut harganya.
![]() |
| Tarif travel Gunung mas |
| Jadwal, Alamat dan no telpon |
Perlahan tapi pasti, mobil mulai
meninggalkan kota Ende setelah sebelumnya menjemput beberapa penumpang lain.
Hem...rasanya masih kurang waktu yang kami habiskan di kota ini, padahal masih
banyak tempat yang ingin saya lihat dan datangi. Tapi semoga suatu saat bisa ke
kota ini lagi dan di lanjut ke Kupang dan pulau Rote,, Amin. Di sebelah kiri
kami kini terhampar laut luas dengan batuan pantai berwarna kehijauan. Semakin
lama, garis pantai semakin memudar dan berubah menjadi daratan berbukit dengan
tikungan – tikungan tajam khas daerah pegunungan. Mobil terus melaju, sementara
saya sekarang sedang di buai mimpi. Tengah hari kami baru sampai di Bajawa,
mobil terus melaju menuju Aimere. Di sini kami semua berhenti untuk beristirahat di sebuah warung
makan padang (padang lagi padang lagi, hehe). Puas mengisi rongga kosong di
lambung, kami kembali melanjutkan perjalanan menju Ruteng. Beberapa penumpang
turun di Aimere, sementara yang lain masih bersama kami melanjutkan perjalanan
ke Ruteng.
Pukul 3.30 sore, kami berdua di
turunkan di Ruteng sementara yang lain masih di mobil dan di antarkan ke alamat
masing – masing. Awalnya agak kaget kenapa kami di turunkan di ruteng, tapi
rupanya kami di turunkan tepat di depat kantor travel ini dan kami harus
berganti mobil yang akan ke LabuanBajo (hanya kami berdua yang akan ke Labuan
Bajo), mobil yang kami tumpangi tadi ternyata hanya melayani rute Ende-Ruteng.
Udara sore hari di Ruteng yang dingin membuat perut kami keroncongan, kami pun
mencari warung yang menjual cemilan tak jauh dari kantor travel tersebut. Pukul 4 sore setelah transit
selama 30 menit, kami kembali menaiki mobil travel, kali ini dengan mobil yang
berbeda dan supir serta penumpang yang berbeda pula. Dari sini kami masih harus
menempuh perjalanan selama kurang lebih 5 jam lagi. Kota Ruteng yang dingin
dengan kabut tipisnya mulai menjauh. Ada yang menarik di kota ini
selain udaranya yang dingin, yaitu sawah – sawah yang berundak seperti di
Tegallang, Bali. Jika di tegallalang hanya ada satu, sementara di sini ada
lebih dari 3 tempat sawah unik berundak. Selai itu, satu jam dari kota Ruteng,
tepatnya di desa Cancar juga terdapat sawah berbentuk seperti jaring laba –
laba, nah ini biasanya menjadi salah satu objek wisata yang harus di kunjungi
jika menginap di kota Ruteng (sayang kami tak punya waktu untuk menikmati
keunikanya). Kota ruteng juga menjadi tempat awal bagi siapa saja yang ingin menikmati
keunikan rumah adat di desa Wae Rebo
yang sekarang lagi banyak menyedot perhatian para penjelajah.
Matahari mulai kembali pulang ke
peraduanya, sinarnya yang lembut menyapa di balik pepohonan di sepanjang
jala,udara dingin masih setia menemani perjalanan kami. Sekitar pukul 7 malam,
mobil yang kami tumpangi berhenti di sebuah rumah makan, seluruh penumpang turun untuk makan malam (sudah bisa di tebak apa
yang kami makan, iya tentu saja masakan P.A.D.A.N.G , hahaha). Mobil kembali
melaju lebih cepat, langit semakin gelap, dan semua orang tertidur pulas nampak
kelelahan tak terkecuali saya. Saat mobil mulai mendekati LabuanBajo, semua
orang di tanyai akan turun di mana, begitu pun kami. Berbekal informasi dari
Jeje dan Andro saat di Riung, kami pun mengikuti jejak mereka menginap di
penginapan kumuh “Restu Bundo”. Rasanya tidak berlebihan saat saya menyebutnya
kumuh, karena keadaannya memang kumuh. Jeje dan Andro juga sudah mewanti –
wanti akan keadaan penginapan ini, tapi apa boleh buat. Malam ini kami tak punya pilihan lain untuk menginap di
mana. Badan sudah terlalu cape dan waktu juga sudah larut malam. Harga yang di
tawarkan cukup murah yaitu 50k / malam / 2 orang , kamar mandi di luar (ini
harga setandar di labuanbajo) . Walaupun kami cekin berdua, tapi hanya saya
saja yang tidur di kamar malam itu. Hendra pergi menemui temanya dan menginap
di kosanya, sepertinya hendra gak tahan dengan keadaan penginapan ini, hahaha.
***
Bagai manapun kondisi penginapan
ini , saya tetap saja nyenyak tidur malam
itu, mungkin karena kecapean atau memang saya yang doyan tidur,hehe. Pagi ini
saya keluar kamar dan menyaksikan betapa ramainya di bawah (penginapan restu
bundo ini ada di lantai 2 sebuah bangunan toko – toko pasar tradisional). Saya
sempatkan melihat ke pasar kecil yang berada persisi di sebelah kiri
penginapan, pasar ini lebih mirip sebuah pasar kaget dengan para pedangan yang
menggelar daganganya di lapak seadanya, yang di jual di sini cukup lengkap
namun di dominasi aneka makana laut kering (ikan asin). Di belakang bangunan
ini (yang berbatasan dengan dermaga) juga
terdapat sebuah Tempat pelelangan ikan (TPI) yang sangat ramai pagi itu.
Para nelayan bersama perahu – perahunya yang tertambat sibuk mengangkut hasil melaut. Sementara di
darat sudah banyak pembeli yang sibuk memilih dan memilah ikan segar. Melihat
begitu banyak ikan di tambah lagi harganya yang menggiurkan, ingin rasanya
membeli seember ikan segar buat orang di rumah. Sambil menyantap sarapan pagi,
sebungkus nasi ayam seharga 5k, mata saya terus mengamati hiruk pikuk kegiatan
di TPI. Saya juga melihat beberapa orang yang sedang menunggu kapal nelayan
yang mereka tumpangi berangkat. Kapal –
kapal itu adalah kapal yang mengangkut penduduk dari dan ke pulau Komodo / Rinca
(Bukan ke objek wisatanya, tapi ke perkampunganya). Di sebrang lautan terlihat
pulau – pulau kecil yang menjadi landmark Labuan Bajo. Di tengah laut juga
banyak kapal – kapal mewah yang membawa wisatawan menuju kawasan Taman Nasional
Komodo.
Siang menjelang, hendra sudah
kembali ke penginapan. kami langsung cek out dan berjalan ke kantor Kanawa
Island Resort (Pulau Kanawa) yang akan kami singgahi dan menjadi tempat kami menginap malam ini, jaraknya tak terlalu jauh dari
penginapan restu bundo, sekitar 500
meter ke arah pelabuhan (ke arah
Selatan). Sesampainya di kantor kanawa, kami langsung melapor kalau kami
sudah melakukan pemesanan beberapa hari sebelumnya , dan kami di persilahkan
menunggu bersama para pengunjung lain, sebelum ahirnya kami akan di
berangkatkan menuju pulau surga,,
Kanawa....I’m Comeing......















