Minggu, 26 Agustus 2012

Sehari Menjelajah Tana Toraja (part 2)

Pagi itu tana toraja terasa sangat dingin, motor sewaan saya arahkan menuju jalan yang mengarah ke  makale, karena objek wisata di toraja ini terdapat di sepanjang jalan poros makale-rantepao. Tujuan pertama saya adalah objek wisata yang sangat terkenal di toraja, yaitu  kete kesu. Saat motor yang saya tumpang mulai meninggalkan batas wilayah kota rantepao, saya melihat papan petunjuk arah  ke objek wisata  “Rante Karassik”. 
Rante Karassik
Namanya terdengar asing di teling, penasaran dengan objek wisat itu,saya mengikuti petunjuk arah menuju objek wisata tersebut. Jujur saja  kalau objek wisata Rante Karassik ini  tidak ada dalam list objek wisata yang akan saya kunjungi di toraja. Jadi saya tak punya gambaran tetang objek wisata ini. Sampai ahirnya saya tahu kalau objek wisat itu berupa lapangan  dengan  batu batu megalitikum yang  tertancap di  tanah (hampir mirip seperti objek wisata gunung padang di jawa barat, tapi jumlah batunya sangat sedikit). Masuk objek wisata ini tidak di pungut bayara dan sepertinya objek wisat ini tak terawat. Saya hanya beberapa menit saja di sini,karena  tak ada hal yang menarik di sini. 
patung tedong
Dari Rante Karassik, saya kembali menuju jalan poros. Kembali  saya memacu motor menuju arah makale, tak terlalu jauh, saya bertemu pertigaan yang ada patung kerbau bule (tedong) tepat di sebuah persimpangan. Patung kerbau inilah yang menjadi patokan jika ingin ke kete kesu. Jika kita tetap lurus maka kita akan ke kota makale dan bertemu beberapa objek wisata lain, sementara jika kita berbelok ke sebelah kiri, kita akan menuju objek wisata "buntu pune" dan "kete kesu". Saya  mengarahkan laju motor saya menuju kete kesu, namun sekitar 1 KM sebelum kete kesu, saya mampir dulu di objek wisata buntu pune. Buntu pune maupun kete kesu berada di sebelah kanan jalan, jika kete kesu terlihat dari jalan raya namun buntu pune tidak nampak dari jalan. Sesampainya di buntu pune, saya hanya seorang diri saja, tak ada satu wisatawan pun di sini. Maklumlah  mungkin ini masih terlalu pagi bagi wisatawan lain untuk memulai menjelajah toraja.  Objek wisata buntu pune sendiri berupa rumah adat  (tongkonan) dan kuburan yang di letakan di dinding – dinding batu. Puas menikmati keunikan  rumah adat, saya melangkah lebih jauh mendekati kuburan yang terletak tak terlalu jauh dari rumah adat. Saya hanya sebentar saja melihat kuburan kuburan itu dan bergegas kembali ke rumah adat (suasana di kuburan cukup serem dan membuat nyali saya ciut, berkunjung seorang diri ke buntu pune saat tak ada wisatawan lain adalah pilihan yang salah, hahahaha).  Saat kembali ke rumah adat, saya di kagetkan dengan gonggongan anjing yang berlari ke arah saya, hal ini bikin nyali saya makin ciut (oh tuhan kenapa kau ciptakan anjing – anjing galak seperti ini --____-- ). Berhubung saya sangat takut anjing, dan anjingnya sudah mulai semakin mendekat,jadi saya  cepat cepat kembali ke parkiran dan meningalkan buntu pune. FYI : sepertinya jika memasuki objek wisata ini kita harus membayar tiket masuk, namun saat itu masih pagi jadi belum ada yang berjaga memungut tiket masuk.
Buntu Pune

Setelah uji nyali di buntu pune, saya  sampai di kete kesu. Dan  karena masih pagi , jadi saya  bisa masuk tanpa harus membayar tiket lagi (lumayan menghemat,hahaha). Kete kesu memiliki rumah adat (tongkonan) yang jumlahnya lebih banyak dan relatif lebih besar dari buntu pune, begitupun  komplek kuburannya jauh lebih besar dan lebih banyak tengkorak tentunya. Pagi itu orang orang yang menghuni komplek kete kesu sudah mulai beraktivitas. Dari jauh saya melihat bangunan bangunan yang sepertinya bukan merupakan sebuah banguan permanen yang  tidak di pakai lagi. Saya baru tahu saat salah seorang bocah menjelaskan kalau bangunan itu adalah bangunan bekas upacara adat (Rambu Solo’) yang baru saja mereka gelar satu bulan yang lalu. Komplek kete kesu sudah jauh lebih tertata rapi. Dari kompleks bangunan tongkonan menuju kompleks kuburan sudah terdapat jalan yang  di semen dan terdapat beberapa bangunan toko sovenir di kiri kanan jalan (harga sovenirnya sangat terjangkau, dan anda harus menyempatkan untuk melihat – lihat dan membeli salah satu * kalau gak beli pasti nyesel, hahaha). Sesampainya  di kompleks pemakaman, saya di sambut oleh puluhan tengkorak kepala yang di susun seperti pajangan toko (--____--), tulang belulang di letakan bertumpuk di peti – peti yang sudah nampak usang dan  rapuh, beberapa penti yang lain masih berada di dinding – dinding tebing dengan di topang kayu yang di tancapkan ke dinding tebing tersebut. Peti – peti yang di bawah ini mungkin peti – peti yang sudah jatuh karena kayu penopangnya sudah lapuk. Saat sedang asik – asik memotret tengkorak , tiba tiba kamera saya mati karena low batte (kenapa kamera saya matinya di tempat seperti ini ya? Saya kan jadi berpikir yang bukan – bukan, * nyali langsung ciut lagi ). Sebelum pikiran saya yang bukan bukan itu menjadi nyata, saya segera meninggalkan kompleks pemakaman dan kembali ke parkiran motor untuk mengahiri kunjungan saya di kete kesu. Tujuan saya berikutnya adalah objek wisata londa, namun karena kamera saya mati jadi saya putuskan untuk kembali ke rantepao dan mencarger  kamera saya di salh satu warung padang. 
Kete Kesu

Saat batre sudah penuh, saya kembali meneruskan perjalanan yang tertunda. Kembali saya arahkan motor menuju makale. Dan kembali bertemu dengan patung kerbau bule, namun kali ini saya  memilih jalan yang lurus yang ke arah makale.  Sebenarnya letak londa tak terlalu jauh dari pertigaan yang ke arah kete kesu itu, namun sudah begitu lama saya berkendara, saya tak juga berhasil menemukan petunjuk arah menuju londa, mungkin terlewat .
View jalan menuju Tilanga
Jadi saya putuskan untuk mengunjungi londa nanti saja saat semua list tempat wisata yang harus di kunjungi selesai di kunjungi semua.
Motor terus saya pacu menuju arah makale,  sampai ahirnya saya melihat papan petunjuk arah menuju objek wisata Tilanga. Objek wisata tilanga ini berupa sebuah kolam alami yang terdapat di rimbunnya pepohonan di bawah pegunungan  karts toraja. Menuju objek wisata ini, mata kita  akan di manjakan oleh  pemandangan yang luar biasa cantik. Sawah yang hijau, langit yang super biru, dan pegunungan karts yang memanjang akan memanjakan mata anda, saya merasa kalau ini adalah view terindah selama saya berada di toraja. Perjalanan menuju Tilanga cukup jauh dari jalan poros dan  dengan kondisi jalan yang kurang begitu baik.  Untuk memasuki objek wisata ini setiap pengunjung di minta bayaran sebesar 10k / orang. Setelah membayar tiket masuk, saya langsung di serbu  anak – anak kecil yang menawarkan telur bebek mentah untuk memancing masapi (belut raksasa/moa) keluar dari lubang – lubang batu karts yang terdapat di kolam itu. Jika anda tertarik ingin melihat masapi,anda cuku merogoh kocek 3k / butir telur.
Bagi saya pribadi,kolam ini begitu unik. Kolam ini di kelilingi pepohonan besar yang membuat suasanan di kolam ini begitu asri dan sejuk, di tambah lagi batuan karts yang membentuk kolam ini membuat semuanya lebih indah. Siang itu banyak pengunjung  yang sedang asik merasakan segarnya kolam  dengan cara melompat dari tepian tebing . kolam ini cukup dalam jadi aman jika ada yang melompat di atas tebing yang cukup tinggi.
Tilanga
Puas menyaksikan aksi lompatan – lompatan  dari para pengunjung yang berenang, saya putuskan mengahiri kunjungan di sini dan melanjutkan kunjungan saya berikutnya.  Kembali saya arahkan  motor menuju jalan poros ke arah makale. Tak terlalu jauh dari jalan yang menuju tilangan, kembali saya bertemu petunjuk arah menuju objek wisat lain, yaitu lemo. Untuk masuk objek wisata ini wisatawan domestik harus membayar tiket seharga 10k / orang. Objek wisata lemo sendiri berupa tebing yang di lubangi dan lubang- lubang tersebut di isi oleh peti – peti jenajah.  Di atas tebing juga di letakan patung kayu yang di sebut “tau – tau“ . Setiap satu tau-tau mewakili  satu  jenajah yang di kubur di dinding tebing tersebut, dan tau-tau itu di ukir menyerupai muka orang yang sudah meninggal tersebut. Objek wisata lemo sangat asri karena kita bisa melihat hamparan sawah,hutan dan tebing – tebing yang di lubangi. Di sini juga terdapat banyak sekali penjual sovenir,dan yang paling unik adalah tau-tau yang bisa anda jadikan sovenir, menarik bukan.
Lemo
Di objek wisat ini terdapat sebuah jalan setapak yang akan menuntun anda melihat berbagai lubang – lubang yang ada di dinding tebing. Sekali lagi di sini saya di kagetkan dengan anjing – anjing yang terus menyalak menggonggong ke arah saya.  Apa mungkin penampilan saya kayak rampok kali ya karena saya menggendong  tas  segede bagong, harusnya anjing anjing itu sadar, kalau muka semanis dan setampan saya mana mungkin rampok, hahaha.  Puas menikmati keunikan lemo, saya kembali arahkan motor menuju jalan poros ke arah makale. Di tengah perjalanan saya bertemu sebuah pertigaan yang mengarah ke Sangalla/Makula dan makale. Karena objek wisata yang akan saya tuju berikutnya berada di kawasan sangalla,maka saya arahkan laju motor saya menuju sangalla. Objek wisata berikutnya yang akan saya tuju adalah kuburan bayi yang kubur di dalam  pohon taraa, objek wisata ini di sebut  “baby grave – kambira” . Objek wisata ini sangat  jauh dari jalan poros makale-rantepao, sehingga saya harus berhenti berkali – kali untuk  bertanya pada orang – orang yang saya temui di jalan dan memastikan bahwa jalan yang saya tempuh ini benar menuju objek wisata Kambira.
Kambira
Setelah menempuh jalan cukup jauh, kembali saya bertemu sebuah pertigaan (sepertinya ini sebuah pasar). Dari pertigaan ini, saya mengambil  arah kiri sesuai petunjuk arah dari orang – orang yang sebelumnya saya tanya. Tak terlalu jauh dari pertigaan, saya ahirnya bertemu dengan sebuah petunjuk arah menuju kambira. Sesampainya di kambira saya harus membayar tiket masuk sebesar 10k / orang. Kambira sendiri bagi saya sangat tidak menarik, karena hanya  ada sebuah pohon taraa saja  yang sudah mati namun  masih berdiri tegak di tengah rimbunnya pohon bambu (saya pikir akan ada banyak pohon taraa dengan banyak kuburan bayi di setiap pohonnya di objek wisata kambira ini).
Kecewa dengan penampakan objek wisata kambira, saya kembali arahkan motor menuju jalan poros. Kali ini saya menuju pusat kota makale, berputar – putar sebentar di kota makale dan saya kembali arahkan motor menuju kota rantepao untuk mengunjungi objek wisata yang tadi pagi saya terlewat, londa. Namun di tengah perjalanan hujan turun dengan deras, terpaksa saya harus berteduh. Saat hujan mulai reda dan hari mulai sore , saya putuskan  untuk melewatkan objek wisata londa dan kembali ke pusat kota rantepao.  FYI:  secara keseluruhan objek wisata di tana toraja ini terdapat di sebelah kiri jalan (jika dari arah rantepao menuju makale).  Semua objek wisata ini tidak berada di pinggir jalan poros rantepao – makale melainkan masuk ke jalan – jalan  kecil yang terdapat di sepanjang jalan poros. Semua objek wisata di sini sudah di lengkapi petunjuk arah yang di pasang di pinggiran jalan poros rantepao – makale, kecuali objek wisata kambira (yang harus mengikuti jalan yang menuju Sangalla/Makula terlebih dahulu baru nanti akan bertemu dengan petunjuk arah menuju kambira). Jarak objek wisata ke jalan poros rantepao – makale  berpariasi jauhnya, yang paling dekat adalah Rante karassik sementara  yang paling jauh adalah kambira. Nah Kira – kira seperti inilah peta objek wisata di jalan poros antara rantepao dan toraja. 

Sesampainya di rantepao, saya buru- buru mengisi perut yang sudah sangat keroncongan di sebuah rumah makan halal dekat mesjid rantepao, sepiring nasi goreng yang di hargai 12k pun ludes dalam sekejap. Saya juga  sempat  menumpang mandi di mesjid rantepao. Setelah urusan mandi dan ibadah selesai, saya menuju tempat penyewaan motor untuk mengembalikan motor sewaan. Dari tempat penyewaan motor, saya berjalan kaki menuju agen bus lita n co untuk menunggu bis yang akan membawa saya kembali ke makasar.  Harga tiketnya sama dengan tiket menuju toraja,  yaitu 90k untuk bis kelas  ekonomi.  Pukul  7 malam bis yang saya tumpangi meninggalkan kota rantepao menuju makassar,,,,meninggalkan sejuta kenangan yang tak akan terlupakan di tana toraja yang sangat unik ini. Dan tentu saja trip kali ini semakin menambah rasa cinta saya akan negri yang indah ini.  I.N.D.O.N.E.S.I.A

Sehari Menjelajah Tana Toraja (part 1)

Tana Toraja, nama yang sudah tak asing lagi di telingan saya. Sebuah kabupaten di utara sulawesi selatan ini menyajikan wisata budaya dan sejarah yang bikin bulu kuduk merinding. Tak hanya itu saja, alam toraja juga sangat memukau untuk di jelajahi.  Beruntunglah saya yang  berkesempatan mengunjunginya meski hanya satu hari saja. Mungkin buat sebagian orang, menghabiskan hanya 1 hari saja di toraja adalah tindakan konyol, mengingat jarak yang harus di tempuh cukup jauh dan biyaya yang di keluarkan pun cukup mahal. Tapi apa boleh buat, saat itu saya  memiliki waktu yang sangat terbatas . Tapi tak apalah, toh saya sudah cukup puas dengan kunjungan 1 hari saya di toraja.
Sore itu, setelah menempuh perjalanan panjang dari tanjung bira selama 4,5 jam , saya sampai juga di kota makassa (terminal malangkeri) . Dari terminal saya menuju rumah seorang teman menggunakan pete-pete (sebutan untuk angkot di kota makassar). Karena keberangkatan bis litan n co(bis yang akan ke toraja) untuk kelas ekonomi terahir baru nanti malam(untuk kelas ekonomi terahir jam 7 malam, sementara untuk kelas exsekutif jam 9 malam), jadi saya punya sedikit waktu untuk mengelilingi kota makassar dulu bersama daeng awi(teman saya dari makassar backpacker).
rotterdam
Setelah mandi dan istirahat sebentar,kami arahkan  motor menuju benteng rotterdam yang belum sempat saya singgahi pada hari pertama kedatangan saya di makassar. Untuk memasuki benteng ini setiap pengunjung  di haruskan mengisi buku tamu dan membayar tiket masuk. Sebenarnya saya bukanlah orang yang suka sejarah, alasan saya memasuki benteng ini hanya sekedar ingin tahu saja,jadilah di dalam komplek benteng saya hanya berjalan – jalan tanpa tujuan. Puas mengelilingi benteng,saya dan awi mengunjungi pantai losari untuk sekedar mencicipi  pisang epe (yang ternyata rasanya tak begitu istimewa di lidah saya). Sore itu pantai losari masih begitu ramai oleh pengunjung, persisi seperti kedatangan saya pada beberapa hari yang lalu.
Puas mengamati tingkah orang orang yang ada di pantai sore itu, saya minta di antarkan menuju agen bus lita n co karena takut ketinggalan bis ekonomi yang ke toraja.  Saya memilih bis lita n co untuk menemani perjalanan saya ke tana toraja karena bis ini sudah banyak di rekomendasikan oleh orang-orang yang pergi ke toraja,sebenarnya bis yang ke toraja bukan lita n co aja. Tarif bis lita n co untuk kelas ekonomi  waktu itu  90k (harganya jadi sangat mahal, padahal menurut info dari teman-teman yang pernah ke toraja. Harga bis ekonomi di patok 70k-80k saja,mungkin sekarang masih suasana idul fitri atau memang tarif nya sudah naik jadi segitu, entahlah. Yang jelas bulan itu (agustus) bis lita n co tidak menerima pembookingan tiket melalui telepon (no telpon agen bis lita n co : 0411-442262) yang biasanya bisa di lakukan pada bulan – bulan lain).Sesampainya di agen bus lita n co dan setelah berpamitan dengan daeng awi, saya segera menuju loket penjualan tiket. Begitu tiba di depan loket dan sudah membeli tiket, saya di suruh buru –buru naik ke dalam bis karena bis akan segera berangkat. Bis melaju meninggalkan kota makassar  tepat pukul 19 malam,waktu itu hanya saya sendiri penumpang yang berada di dalam bis sampai ahirnya bertambah menjadi  5 orang  begitu memasuki terminal daya (salut sama bis lita n co, meski saya seorang diri saat itu tapi bis tetap berangkat on time, gak pake ngetem). Sebenarnya di agen bus lita n co ini kita bisa membeli tiket untuk kepulangan juga (belinya bisa pulang pergi) tapi karena tadi di buru – buru jadilah saya lupa membeli tiket  untuk  pulang,hahaha.
Mesjid di Rantepao

Karena badan yang sangat cape, saya pun hanya menghabiskan waktu selama  perjalanan menuju toraja untuk tidur saja, bahkan saat bis berhenti untuk istirahat (penumpang yang lain turun, ada yang makan,beli oleh-oleh atau sekedar ke toilet) saya malah diam saja di dalam bis, udah pewe,haha. Fyi aja, meskipun bis yang saya tumpangi ini kelas ekonomi tapi jangan bayangkan bis ekonomi di pulau jawa ya. Karena bis ini sangat nyaman dengan pormasi kursi 2-2, bisa di bilang bis di sini keren keren jika di bandingkan dengan bis di jawa.
Sekitar pukul 4.30 pagi bis yang saya tumpangi sampai di (di tempat agen bis lita n co) kota rantepao. Sebelum sampai toraja, setiap penumpang bis akan di tanyai mau turun di mana, jadilah pagi itu hanya ada 3 orang saja yang turun bersama saya di rantepao,sementara penumpang lain sudah turun di sepanjang jalan menuju rantepao. Pagi itu udara dingin begitu terasa menusuk tulang,saya baru tau kalau ternyata udara di toraja berhawa dingin. Karena masih pagi dan sangat sepi saya bingung mau ngapain,mau cari rental motor pun sudah pasti belum ada yang buka.  Tiba – tiba dari kejauhan saya melihat gerombolan ibu yang memakai atasan mukena dan bapak – bapak yang membawa sajadah lengkap mengenakan sarung dan peci. Untuk sekejap saya mulai bertanya – tanya, sebenarnya mereka itu siap?? Apa mungkin warga tana toraja. Karena jujur saja, sebelum memulai trip ke toraja ini di pikiran saya terpatri kuat kalau di toraja itu gak ada muslim,gak ada mesjid, dan susah makanan halal (dasar otak sempit,hahaha). Karena saya mau melaksanakan solat subuh, saya pun mengikuti mereka. Sampai pada ahirnya satu persatu dari mereka masuk ke rumah masing – masing, barulah saya sadar kalau mereka bukan mau solat ke mesjid,tapi mereka baru saja melaksanakan solat subuh *tepok jidat,hahah. Saya pun memutar arah menuju tempat mereka pertama kali saya lihat dan di sanalah saya mencari keberadaan mesjid. Dan bertemulah saya dengan sebuah mesjid yang cukup besar dan unik yang sedang di renopasi,kenapa unik? Karena di depan masjid ini ada unsur bangunan tongkonan (rumah adat toraja). Tips : untuk menuju mesjid ini cukup mudah. Dari depan kantor agen bis lita n co berjalanlah ke arah kiri menyusuri trotoar,nanti ada persimpangan jalan tetap lurus setelah itu ada perempatan jalan belok kiri, nah itulah mesjidnya. Jaraknya mungkin hanya sekitar 500 meter saja. 
Beginilah kira - kira peta Rantepao
Pagi itu cuaca di rantepao sedikit mendung, jadi meski sudah jam 6:30 pagi matahari tak nampak. Dari mesjid saya kembali berjalan menuju tempat agen bis lita n co dan terus berjalan ke belakan bangunan  pasar tradisional. Pagi itu belum nampak aktifitas warga / pasar. Karena hari ini adalah hari minggu mungkin mereka akan ibadah dulu ke gereja setelah itu baru lah memulai aktifitasnya. Tepat di belakang bangunan pasar (agen bis lita n co) ada komplek Rantepao Art Centre. Saya pun melihat sekeliling komplek ini sembari menunggu bukanya rental motor yang akan saya pergunakan hari ini (rental motor baru buka jam 7:30 pagi). Puas mengelilingi komplek Rantepao Art Centre, saya berjalan menuju gereja yang terletak tak begitu jauh dari sana. Karena di dekat gereja itulah (tepatnya depan gereja) ada tempat rental motor yang di rekomendasikan sama teman saya. Saat harga sudah di sepakati dan motor sudah di depan mata,pemilik rental meminta ktp saya untuk di tahan sebagai jamina. Tapi bodohnya, ktp saya sudah expired 5 hari yang lalu,hahaha. Jadilah saya di minta untuk menaruh sim sebagai jaminan,nah kalau ada rajia polisi gimana ya?? Saya pun berinisiatif untuk mempotocopy sim tersebut dan berpamitan sama pemilik rental untuk ke tempat fotocopy sebentar. Tapi sial, tempat fotocopyan yang sepertinya satu-satuny di daerah itu tutup. Tapi beruntunglah saya bertemu dengan ojek yang menunjukan rental motor yang jauh lebih murah dan saratnya jauh lebih gampang , jaraknya pun tak begitu jauh dari tempat saya sekarang berdiri. Dari pada harus mencari tempat fotocopy yang lain,ahirnya saya pun memilih untuk menyewa motor di tempat yang di sarankan pak ojek (sebelumnya dia nawarin diri buat mengantar saya berkeliling ke objek wisata yang ada di toraja,tapi saya menolaknya dan memilih untuk berkeliling sendiri saja, alasannya sudah pasti bisa di tebak dong? biar lebih murah,hehehe).
Rantepao Art Centre
Di tempat rental motor ini (letaknya di depan penginapan wisma maria menyatu dengan warnet), saya  menyewa motor matik (beat) untuk satu hari hanya di bandrol 60k saja,dan ktp saya yang sudah kadaluarsa pun tidak di permasalahkan. Beda sekali dengan rental motor yang pertama saya kunjungi, karna di tempat rental itu tarif peminjaman di hitung berdasarkan jam . Berbekal arahan dari pemilik rental tentang arah menuju Ke’te Kesu,sayapun melaju membelah jalanan rantepao yang sunyi.

Sabtu, 25 Agustus 2012

Tanjung Bira: Sunset, Kapal pinisi dan Pantai yang Cantik


Dari mabes backpacker makassar, saya di antar bang rido menuju terminal malengkeri. Di sana sudah berderet mobil-mobil pribadi berplat kuning yang siap mengantarkan saya menuju tanjung bira di kabupaten bulukumba. Pagi itu saya tak perlu menunggu lama, karena mobil yang saya tumpangi sudah penuh penumpang, biasanya jika sudah agak siang kita harus menunggu agak lama sampai mobil di penuhi penumpang. 
Mobil-mobil ini tak selamanya mengantar penumpang sampai tanjung bira, kadang-kadang hanya mengantar sampai terminal bulukumba saja dan kita harus meneruskan perjalanan menggunakan angkot ke tanjung bira. Untuk melakukan perjalanan sampai tanjung bira, saya harus merogoh kocek sebesar 60k, sebenarnya harga ini bisa jauh lebih murah lagi sekitar 10k, tapi ya sudahlah . Perjalanan ke tanjung bira sendiri bisa memakan waktu sekitar 4 - 6 jam tergantung kondisi jalan.   
View sepanjang perjalanan
Tapi tenang saja, walaupun perjalanan cukup lama, kita tak akan di buat bosan karena sepanjang perjalanan kita akan di suguhi pemandangan yang bikin mata enggan berkedip, dari mulai deretan rumah-rumah panggung tradisional, savana kering dengan kuda dan kerbau yang merumput,sawah-sawah yang membentang luas,tambak-tambak garam, laut dan tentu saja pantai yang cantik.
 Kondisi jalan sendiri sangat mulus,hanya di beberapa tempat saja yang agak sedikit rusak. Saat mobil yang saya tumpangi memasuki wilayah kabupaten bantaeng, semua penumpang turun beristirahat dan mengisi perut di sebuah warung makan pinggir jalan. Semangkuk sop saudara dan  sepiring nasi putih meluncur bebas ke lambung saya, dan untuk menikmati menu ini saya harus mengeluarkan uang 20k, cukup mahal memang.
Tepat tengah hari, mobil yang saya tumpang sampai di terminal bulukumba. Karena saya satu-satunya penumpang yang akan turun di tanjung bira, maka saya harus rela di oper ke angkutan umum yang akan ke tanjung bira. Meski tak perlu membayar lagi,tapi saya harus cukup bersabar menunggu angkot yang akan ke tanjung bira ini berangkat. Pukul 3 sore,mobil yang saya tumpangi sudah memasuki kawasan wisata tanjung bira. Begitu mobil memasuki gerbang pintu masuk kawasan wisata tanjung bira, di sisi kiri dan kanan jalan di hiasi plang-plang penginapan. Karena belum tahu letak penginapan yang akan saya tempati,maka saya memilih turun di ujung jalan yang tepat berbatasan dengan pantai.
Pantai Tanjung Bira
 Dengan menggendong tas yang cukup berat,saya mulai menyusuri pantai tanjung bira yang di agungkan orang-orang ini. Jujur saja saya agak sedikit kecewa melihat pantai ini, karena pantai ini tak seperti yang saya bayangan dan tak se-WAH cerita orang-orang yang saya dengar. Sore itu pantai ini di penuhi orang dan pantainya sendiri agak sedikit kotor,tapi pasirnya memang  sangat halus persis seperti tepung. Puas berjalan sampai ujung pantai yang cukup sepi, saya memilih untuk kembali dan mulai mencari penginapan yang akan saya tempati. Kebetulan satu hari sebelumnya saya sudah membooking sebuah kamar di salassa guest house (nama pemiliknya pak erick 08124265672), letaknya sekitar 300 meter dari pantai dan saya hanya perlu membayar 75k untuk satu malam sudah termasuk sarapan. Penginapan ini hanya memiliki sekitar 10 kamar dengan 2 buah kamar mandi di luar, kamarnya juga lumayan dengan sebuah fan. 

Tempat melihat sunset
Setelah mandi dan beristirahat sebentar, saya kembali ke pantai untuk menikmati sunset.
Kali ini saya memilih untuk menanti senja di atas batuan karang yang berada di komplek sebuah cotage yang sepertinya sudah tidak terawat lagi persisi di pinggir laut. Perlahan namun pasti,matahari mulai tenggelam ke peraduanya. Rasa kecewa yang sempat saya rasakan akan pantai tanjung bira, sontak berubah menjadi rasa sukur yang luar biasa menyaksikan sajian senja yang begitu indah terbentang di depan mata. Dan ini lah salah satu senja terindah yang pernah saya lihat,meski langit sore itu di hiasi beberapa gumpalan awan. Puas dengan pertunjukan alam yang luar biasa indah,saya kembali ke penginapan untuk mengistirahatkan tubuh yang bener-beren sudah di buat lelah oleh perjalanan hari ini. Namun sebelumnya saya menyempatkan dulu makan di restoran tempat saya menginap, seporsi nasi goreng yang rasanya biasa banget dan harganya lumayan mahal berhasil mengganjal perut saya malam ini.


Sunset

                                                                                        ***

Fajar belum sepenuhnya menghiasi langit saat saya sudah bergegas ke pantai untuk melihat matahari terbit. Namun sayang, pagi itu langit tak terlalu bersahabat karena gumpalan awan hitam di mana-mana. Kecewa dengan penampakan matahari, saya kembali ke penginapan untuk beres-beres dan bersiap cek out. Tepat pukul 8 pagi setelah sarapan dan ngobrol-ngobrol dengan pak erick dan istrinya yang ramah, saya berjalan menuju pelabuhan tanjung bira yang letaknya sekitar 500 meter keluar kawasan wisata tanjung bira. Tujuan saya sebenarnya bukanlah pelabuhan tempat penyebrangan kapal fery ke kepulauan selayar ini, melainkan sebuah pantai cantik yang terletak tak begitu jauh dari pelabuhan ini.  Entahlah apa nama pantai ini,tapi karena letaknya di sisi timur tanjung bira maka orang banyak menyebutnya pantai tanjung bira timur.

Pantai Tanjung Bira Timur
Pantai ini bebas dari jamahan para wisatawan sepertinya, karena suasananya masih sangat asri dan sepi. Mungkin karena letaknya yang sedikit tersembunyi (tidak bisa di lihat dari jalan raya) atau mungkin karena belum banyak orang yang tau keindahan pantai ini. Jadilah pagi itu hanya saya sendirian yang berada di pantai itu, saya begitu terkesima dengan deretan pohon kelapa yang menghiasi bibir pantai, hamparan pasir putih yang luas dan landai, rumah-rumah nelayan tradisional yang berjajar menghadap pantai dan tentu saja proses pembuatan kapal pinisi di tepi pantai ( inilah alasan utama saya mendatangi pantai ini). 
Pembuatan kapal pinisi
Pasir di pantai ini sama lembutnya dengan pasir yang ada di pantai tanjung bira, ombak di sini juga cukup tenang. Tak henti-henti mata saya terus menjelajah setiap sudut pantai ini, saya sangat takjub dengan keindahan pantai ini, dan saya merasa inilah pantai yang sebenarnya sebuah gambaran pantai yang selalu ada di benak saya. Andai saya punya waktu lebih banyak lagi di pantai ini, pasti saya akan betah menghabiskan waktu seharian di sini. Puas menyaksikan pantai yang cantik dan proses pembuatan kapal phinisi, saya memutuskan untuk mengahiri kunjungan saya di pantai ini,karena harus mengejar mobil-mobil yang langsung ke makassara (karena jika sudah siang tak ada mobil yang langsung ke makassar). Beberapa meter di belakang tempat pembuatan kapal pinisi ada sebuah jalan kecil yang tembus ke jalan raya. Setibanya di jalan raya saya langsung menaiki mobil yang menuju makasaar tanpa harus transit dan berganti angkutan di terminal bulukumba. Dan dengan membayar 50k serta berkendara selama 4,5 jam ahirnya saya sampai dengan selamat di makassar.
Senang rasanya bisa menikmati keindahan pantai ini meski sekejap,walau pada awalnya saya sempat merasa sedikit kecewa dengan pantai tanjung bira, tapi sunset dan pantai tanjung bira timur membuat semuanya terasa sangat mengesankan.

Jumat, 24 Agustus 2012

Daftar Penginapan di Tanjung Bira


Berawal dari susahnya mencari informasi tentang penginapan di tanjung bira, maka saya berinisiatif membuat postingan ini...semoga nantinya teman-teman yang ingin mengujungi tanjung bira bisa sedikit terbantu...
silahkan di plototi neh foto-foto nya :)













Saya sendiri menginap di Salassa Guest House, dengan tarif 75k / malam untuk satu orang sudah termasuk Breakfast , Cp Erick : 08124265672 . FYI : penginapan ini sudah masuk lonely planet loh.. 

Maaf saya tidak memposting tarif penginapan di tanjung bira ini,karena saya memang tidak bertanya tentang tarif nya,,, jika ingin tahu tarif nya mungkin bisa langsung menghubungi CP yang tertera di foto-foto itu.
semoga postingan ini bermanfaat... :)