Selasa, 31 Januari 2012

Desa Tongging dan Wisma Sibayak , Perpaduan Sempurna di Tepi Danau Toba

Dari parkiran air terjun sipiso-piso, saya berjalan sekitar 400 meter menuju jalan raya  yang di lewati angkot yang akan ke desa tongging. Disini saya beristirahat dan menunggu angkot  di bangunan tempat pemungutan tiket retribusi  masuk objek wisata sipiso-piso. Tidak terlalu lama menunggu,ahirnya ada juga angkot yang lewat. Setelah naik dan bersempit-sempit ria dengan penumpang lainya,angkot pun melaju melewati jalanan menurun yang berliku-liku menuju desa tongging. Jarak antara sipiso-piso ke desa tongging sekitar 5KM dengan jalan yang menyusuri lereng-lereng  gunung berkelok-kelok dan menyajikan pesona danau toba yang semakin lama semakin dekat.
Setelah melaju sekitar 20  menit,angkot yang saya tumpangi sampai di desa tongging. Sore itu banyak orang yang sedang menagkap ikan di muara sungai  yang sepertinya aliran airnya berasal dari air terjun sipiso-piso. Setelah melewati keramaian desa tongging,sampailah saya di wisma sibayak. Wisma sibayak sendiri terletak sekitar 500 meter dari pusat keramaian desa tongging,letaknya  terpencil dan tidak berdekatan dengan bangunan apapun. Dari sipiso-piso menuju desa tongging saya cukup membayar 5k untuk angkot yang saya tumpangi (harusnya mungkin bisa lebih murah). 

wisma sibayak
Sesampainya di wisma sibayak,saya menginap di kamar seharga 75k (sekitar 5 bulan lalu harganya 50k,soalnya ada temen saya yang menginap di sini). Menurut saya penginapan di wisma si bayak cukup bagus dan unik (mirip sebuah cotage),karena kamar-kamarnya terpisah. Wisma sibayak memiliki 4 buah bangunan yang terpisah-pisah,yang terdiri dari bangunan utama (tempat makan,dapur,perpustakaan mini,dan tempat tinggal pemilik penginapan), dan 3 buah bangunan lainya  menyebar di sekitaran bangunan  utama. Kamar yang saya tempati terletak di depan bangunan utama dan di pisahkan oleh sungai kecil yang di penuhi bebatuan lumayan besar (tipikal sungai di daerah pegunungan), di bangunan ini terdapat sekitar 6 kamar. Kamar yang  saya tempati  persisi di sebelah sungai,sehingga dari dalam kamar saya bisa mendengar gemericik air. Sementara dua bangunan lainya berada di sebelah bangunan utama. Di penginapan ini (wisma sibayak) juga terdapat banyak pohon pinus yang menambah asri suasanan di sini, di depan dan di sisi kiri kanan penginapan terdapat sawah. Dan yang tak kalah istimewa adanya danau toba di belakang penginapan ini, tepat di muara sungai.


Hari  itu tidak ada tamu lain yang menginap di sini,di sebuah penginapan yang cukup luas ini cuma ada saya sendiri dan pemilik penginapan serta keluarganya. Cuaca di sini sangat dingin dan sunyi,tempat ini sangat cocok buat orang-orang yang sudah jenuh dengan kebisingan kota. Kamar yang saya tempati hanya memiliki fasilitas 1 tempat tidur yang besar (bisa muat untuk 3 orang), kursi,meja dan kamar mandi. Di teras depan kamar terdapat juga kursi dan meja,serta di halaman  terdapat  ayunan dan perosotan buat anak kecil,menurut saya ini penginapan mewah dengan harga murah (mewah dalam arti kata suasana dan  tempatnya,bukan fasilitas kamar). Sekitar pukul  7 malam,saya keluar kamar dan menuju tempat makan di bangunan utama (ohya dari kamar saya menuju tempat makan akan melewati jembatan kecil).  Makanan di sini bisa di bilang cukup mahal, 13k untuk mi rebus  pake telor dan segelas teh manis hangat. Selesai mengisi perut,saya kembali ke kamar untuk istirahat karena badan sudah sangat cape sekali.

                                                                                ZZZzzzz....


Sekitar pukul  5:30 pagi, saya bangun karena ingin melihat sunrise. Tapi begitu melihat keluar, suasananya masih sangat gelap, sehingga saya duduk-duduk saja di teras kamar,sambil menunggu ada sedikit cahaya yang menghiasi langit. Baru sekitar pukul 6:30,saya berjalan menyusuri sungai menuju muara (danau toba) dan di pinggir sungai ada beberapa buah gajebo untuk bersantai. Sekitar  5 meter sebelum sampai di muara sungai,saya di kejutkan dengan puluhan burung bangau yang berterbangan. Mungkin mereka kaget melihat ke datangan saya. Di muara sungai ini juga terdapat banyak ikan yang terjaring perangkap yang sepertinya senghaja di pasang oleh pemilik penginapan.  Tapi ada sedikit hal  yang menggangu saya di penginapan ini, yaitu 2 anjing pemilik penginapan yang terus mengikut saya. Apalagi anjing yang warna putih,terus mepet langkah kaki saya. Walau pemilik penginapan memberi tahu bahwa anjing itu jinak dan tak akan mengigit,tetap saja anjing-anjing itu  membuat nyali saya  ciut (karena saya memang takut  anjing,apalagi anjingnya serem bener,hehe). Sesampainya di  pingir danau toba,saya langsung memandang ke semua penjuru,melihat perahu-perahu nelayan yang menderu dan meningalkan desa tongging, deretan pegunungan yang membatasi danau toba,dan matahari yang tak mau muncul karena tertutup kabut dan awan tebal.

Andai di sini di sediakan tempat duduk,pasti akan sangat sempurna dan menambah nilai plus buat wisma sibayak. Setelah puas menikmati suasana pagi di tepi danau toba,saya kembali berjalan ke penginapan. Lagi-lagi saya melihat segerombolan burung bangau yang sedang asik bertengger  di bebatuan sungai,sebelum sempat saya abadikan ke lensa kamera,mereka terbang ke pepohonan. Saya kembali ke kamar dan siap-siap cek out,pukul  7;45 saya cek out dan menunggu angkot yang akan membawa saya ke merek , si pemilik penginapan memberi tahu bahwa angkot baru ada sekitar pukul 8:30. Tapi saya tetap memutuskan meninggalkan penginapan ini,karena tertarik untuk melihat-lihat suasana di sekitar. Pagi itu sangat cerah dengan langit berwarna biru cerah, di hadapan saya berdiri deretan gunung (atau mungkin bukit). Sawah yang hijau dengan padi yang sudah mulai berbuah.

view di depan wisma sibayak

 Dari depan penginapan saya belok kiri menyusuri jalan, sampai saya tiba di sebuah jalan(persimpangan) yang mengantar saya ke restoran sekaligus pemancingan,tapi sepertinya pemancingan ini sudah tutup(tidak beroprasi lagi). Tapi saya tertarik dengan deretan bangku-bangku panjang yang menghadap danau toba,akan sangat indah jika saya menunggu pukul 8:30 (perkiraan angkot pertama yang akan lewat) sambil duduk-duduk di situ. Sebelum sempat sampai di bangku bangku itu, saya di kagetkan dengan anjing yang berlari ke arah saya dari arah bangku-bangku itu, sepertinya ini anjing penjaga restoran ini. Dan anjing ini sangat buas seperti ingin mengigit saya (atau mungkin karena saya yang sudah terlanjur parno saja), saat anjing ini sudah mulai dekat, saya jongkok dan seolah-olah mengambil batu (teringat petuah orang tua, kalau berhadapan dengan anjing galak harus jongkok dengan pura-pura mengambil batu). Sekarang di hadapan saya (jaraknya sekitar setengah meter) berdiri anjing yang memamerkan rahangnya. Saat itu rasanya lemas,dan takut kalau-kalau anjing itu tak takut dan malah maju mengigit saya, setelah tangan saya mengambil batu dan dengan  posisi seperti akan melempar,anjing itu pergi. Huaahhhh,,,(saat itu rasanya sangat ketakutan). Saat anjing itu pergi,saya kembali berjalan (sebenarnya lari-lari kecil,karena takut anjingnya kembali) ke arah jalan raya. Di sini saya duduk-duduk saja di pingir jalan raya,sebenarnya ingin bejalan lagi menyusuri jalan,tapi lagi-lagi saya bertemu anjing. Jadi saya putuskan saja tetap di sini. Anjing membuat saya mati gaya,hahaha


Secara keseluruhan saya sangat suka dengan suasan desa tongging dan wisma sibayak, mungkin jika tak ada anjing-anjing liar, akan membuat saya semakin betah. Tapi beruntunglah kalian yang tak takut anjing,karena kalian akan lebih bisa mengexsplor lagi sudut-sudut indah danau toba dan desa ini.

Di bawah ini adalah foto-foto bangunan (penginapan) yang ada di wisma sibayak.


kamar saya

jembatan menuju kamar saya







Jumat, 27 Januari 2012

Sipiso-piso: Sebuah Mahakarya Tuhan yang Luar Biasa

Setelah puas berkeliling taman alam lumbini, saya kembali menuju simpang tugu jeruk karena akan melanjutkan perjalanan ke air terjun sipiso-pison. Dari simpang ini tidak ada angkutan umum yang langsung  ke sipiso-piso, jadi  harus transit dulu di terminal kabanjahe dan berganti angkutan yang ke air terjun sipiso-piso (angkutan yang ke desa tongging) . Di simpang jeruk saya menunggu angkutan yang sama seperti yang saya gunakan saat ke sini (elf  sumatra transport / murni) yang  ke arah kabanjahe. Tapi sayang,angkutan yang saya tunggu tak kunjung ada,dan sekalipun ada kondisinya sudah penuh sehingga angkutan nya tidak berhenti. Tiba-tiba  ada bapak-bapak yang mendekati saya dan bertanya tujuan saya,setelah saya memberi tahu tujuan saya,bapak itu  menunjuk sebuah angkot yang sedang berhenti (ngetem) tidak jauh dari tempat saya berdiri dan beliau berkata bahwa angkot itu juga akan ke kabanjahe. Dia menyarankan saya agar naik angkot itu saja,karena sumatra transport (sutra)/murni  tidak akan berhenti di sini. Untuk memastikan informasi si bapak,saya mendekati angkot dan bertanya pada sopirnya.  Setelah mendapat ke pastian dari sopir bahwa benar angkot ini ke kabanjahe,saya pun menaiki angkot itu.
Setelah menempuh perjalanan sekitar  40 menit dan membayar 7k, saya sampai juga di terminal kabanjahe. Sesaat sebelum saya turun dari angkot ,saya  sempat menanyakan pada supir tentang  angkot yang ke desa tongging. Pak sopir angkot menahan saya agar tidak turun di terminal, karena dia akan mengantarkan saya ke pangkalan angkot yang akan ke desa tongging (pangkalan angkot nya di luar terminal). Sesampainya di pangkalan angkot yang akan ke desa tongging,tidak ada tanda-tanda mobil angkot  yang akan segera berangkat. Sepertinya penumpang angkot dari kabanjahe ke desa tongging sangat langka, jadi para sopir itu asik tertidur di mobilnya masing-masing. Saya mencoba memastikan ke seorang bapak-bapak (calo) yang sedang duduk di kursi depan warung, apakah benar ini angkutan ke tongging? bapak itu bilang benar dan saya harus menunggu sampai ada beberapa penumpang, baru mobil ini akan berangkat. Sekitar 15 menit menunggu, ada ibu-ibu yang menghampiri saya dan bertanya tentang mobil yang akan ke silalahi, saat itu saya bingung dan tak bisa jawab apa-apa. Namun si bapak tadi membenarkan dan si ibu juga di suruh menunggu penumpang lain, kemudian datang beberapa orang lagi (bapak-bapak) yang juga akan ke silalahi. Sambil menunggu mobil penuh,  terjadilah obrolan yang penuh roming nasional ( karena terkadang saya atau pun lawan bicara saya  tidak mengerti maksud dari kata-kata yang kami lontarkan) antar saya dan beberapa orang yang juga sedang menunggu.  Sudah lebih dari 45 menit saya menunggu, namun tak ada tanda-tanda mobil akan segera berangkat.

parkiran di sipiso-piso
Karena tujuan saya ke sipiso-piso, saya di ajak supir satu lagi untuk naik di mobilnya yang akan ke tongging (tidak sampai desa silalahi). Saya naik seorang diri karena semua orang yang menunggu bareng saya,mereka akan ke silalahi bukan ke tongging. Awalnya saya tidak mengerti di mana letak sipiso-piso,desa tongging atau pun desa silalahi. Tapi setelah mendapat penjelasan dari supir angkot, barulah saya paham kalo di tarik garis lurus maka kita akan melewati sipiso-piso,tongging,barulah  silalahi, baik tongging maupun silalahi semunya berada di pesisir danau toba. Perjalanan seorang diri di dalam angkot cukup bikin nyali saya ciut dan menimbulkan banyak tanya. Kok supirnya mau mengantar saya seorang diri? Kok supirnya gak nunggu mobilnya penuh oleh penumpang? Jangan-jangan saya mau di rampok terus di bunuh dan jasat nya di buang ke jurang ?  jangan-jangan nanti saya di suruh bayar mahal karena hitunga nya carter angkot ? jangan-jangan....? jangan-jangan..? sepanjang perjalanan otak saya terus berprasangka buruk sama sopir yang membawa saya seorang diri ke sipiso-piso *mana tampangnya serem bangat,heheh (maaf ya pak sudah seudon). Sampai ahir nya mobil berhenti di pertigaan merek (semacam pasar),dari sini  gerombolan ibu-ibu menyerbu mobil yang saya tumpangi dan membuatnya menjadi penuh sesak. Dari sini saya paham,rupanya pak sopir memang sudah di tunggu mereka(ibu-ibu yang naik di pertigaan merek) sehingga pak supir  senghaja mengosongkan mobilnya di kabanjahe. Suasana mobil yang tadinya sepi,sekarang berubah riuh dengan candaan para ibu-ibu ini. Ada beberapa dari mereka membawa cairan merah di dalam bekas kemasan air mineral gelas sambil mengunyah  pinang sampai bibirnya manjadi sangat merah * jujur, melihat cairan itu dan serabut buah pinang di mulut mereka membuat saya sedikit mual,hehe
Fyi: selain menggunakan angkot  ke sipiso-piso ada juga alternatip lain menuju sipiso-piso ,yaitu dari terminal kabajahe naik angkutan (sinar sepadan) tujuan pematang siantar nanti turun di  pertigaan merek dan melanjutkan perjalanan ke sipiso-piso menggunakan bentor (beca motor,kendaraan khas sumaetra utara)
air terjun sipiso piso
Setelah menempuh perjalanan selama 1jam, sekitar pukul 15:40 saya sampai di objek wisata air terjun sipiso-piso. Angkot yang saya tumpang mengantarkan saya langsung ke parkiran dan melewati gerbang retribusi tiket masuk ke sipiso-piso,jadi saya masuk sipiso-piso gratis, thank pak sopir. Oh ya, kalo kita naik bentor atau di turunkan  angkot sebelum gerbang masuk,maka kita harus membayar tiket masuk seharga 2k / orang.
 Setelah membayar 10k untuk ongkos angkot,pak sopir mengingatkan saya bahwa angkot yang ke tongging terahir sekitar pukul 6 sore dan saya harus berjalan sekitar 400m dari parkiran ke jalan raya (gerbang retribusi) jika ingin naik angkot yang ke tonnging. Sesampainya di parkiran,saya langsung berjalan ke pinggir jurang yang sudah di beri pembatas. Dari sini terhampar pemandangan yang bikin mata gak mau berkedip,bagai manan tidak ! di hadapan saya sekarang terdapat air terjun cantik yang jatuh anggun ke dasar jurang. Sementara di sisi kiri, danau toba sangat tenang menyambut dengan damai. Sebelum memutuskan untuk turun menuju air terjun,saya mampir dulu di warung muslim yang berjejer di sepanjang tempat parkir untuk mengisi perut yang sudah sangat keroncongan. Seporsi nasi goreng seharga 10k, ludes dalam beberapa menit *ini lapar atau rakus? hehe. Setelah menyantap nasi goreng,saya memilih untuk menyusuri  pagar pembatas. Sampai ahirnya saya tertegun melihat sebuah desa di tepi danau toba, dan saya mulai berpikir. Apakah itu desa tongging? Karena memang menurut cerita yang saya baca,desa tongging itu dekat dengan sipiso-piso dan letaknya persis di pinggir danau toba.
view desa tongging dari atas
 
Setelah puas menikmati view sipiso-piso dari atas sini,saya mulai menyusuri anak tangga yang akan membawa saya menuju dasar air terjun sipiso-piso. Perjalanan ke bawah sini tersedia jalan setapak berupa anak tangga yang di semen,tapi kondisinya memang sudah kurang terawat. Di beberapa jalan bahkan kita harus sedikit menerobos rimbun nya belukar yang menghalangi jalan setapak ini. perjalan menuruni anak tangga tidak terlalu cape meski dengan beban tas sekitar 8kg, sampai ahir nya saya sampai di sebuah pos yang sudah sangat memprihatinkan kondisinya (banyak tulisan gak jelas dan sangat kotor). Disini saya cukup lama berhenti dan menikmati indahnya sipiso-piso dari dekat. Sekitar 15 menit kemudian,saya kembali melangkah menyusuri anak tangga yang membawa saya semakin jauh ke bawah mendekati sipiso-piso. Namun langkah saya terhenti ketika saya melihat jam yang sudah menunjukan pukul 16:30 sore, Karena takut jika di teruskan berjalan ke bawah saya akan ke malaman dan ketinggalan angkutan yang ke tongging. Lagi pula saat itu sangat sepi, hanya ada saya saja yang sedang menuruni tangga sementara pengunjung lain hanya berjalan sampai pos saja.

 

Perjalanan ke atas jauh lebih berat dari pada perjalanan ke bawah,karena saya harus mendaki ratusan anak tangga yang telah membawa saya ke bawah sini. sempat beberapakali berhenti dan mengatur napas karena sudah sangat gak kuat *cemen banget neh saya,hehe. Ahirnya setelah perjuangan yang sangat melelahkan saya sampai di atas dan beristirahat di sebuah bangku yang menghadap langsung ke air terjun sipiso-piso. Cukup lama saya memandangi sipiso-piso dan angan saya melayang jauh ke masa lalu, mengingat kembali  bagai mana proses saya mengenal sipiso-piso. Dulu saya hanya mengenal sipiso-piso dari tayangan televisi saja dan sekarang saya bisa menginjakan kaki di sini dan melihat nya langsung dengan mata kepala saya sendiri. Terimakasih ya allah atas semua hal yang kau berikan pada ku,, :)  Alhamdulilah...



Setelah puas beristirahat, saya berjalan 
meninggalkan parkiran menuju pintu gerbang retribusi untuk menunggu angkutan yang akan membawa saya ke desa tongging...





Kamis, 26 Januari 2012

Taman Alam Lumbini : Pagoda Cantik di Tanah Karo


Dari bandara, mba anti mengantar saya ke simpang pos dan mengedrop saya di salah satu  “murni”  yang sedang ngetem,murni sendiri adalah jenis mobil elf dengan kursi yang di susun menyerupai metro mini,murni yang akan saya tumpangi  memiliki trayek medan - terminal kabanjahe. Tapi kali ini saya tidak akan menaikinya sampai terminal  kabanjahe, melainkan akan mampir sembentar ke taman alam lumbini (TAL)  yang terletak di jalan antara medan – kabanjahe. Sebelum naik, saya memastikan ke kondektur agar menurunkan saya di tugu jeruk di persimpangan yang akan ke TAL, tapi si kondektur rupanya tidak begitu paham dengan tujuan saya,tapi saya tetap naik dan akan menjelaskannya nanti di dalam mobil.  Mobil elf ini sendiri sudah sangat tua dengan besi-besi yang sudah berkarat,namun pasilitasnya bisa di bilang lumayan, karena ada tv layar datar yang siap memutar musik sepanjang perjalanan. Sekitar  10 menit ngetem, sang supir  langsung tancap gas meliuk-liuk di antara para pengguna jalan raya yang lain. seperti yang sudah pernah saya dengar sebelumnya tentang supir-supir di sini yang kurang waras mengendarai mobil , saya hanya bisa senyum-senyum dan memegang erat-erat kursi di depan saya, karena jujur saja saya sedikit ke takutan namun agak malu dengan kakek -kakek di samping saya yang  biasa aja (duduk dengan sangat tenang),semantara saya begitu erat berpegangan,heheh. Fyi :  selain murni,ada juga sutra atau juga yang di sebut sumatra transport yang memiliki rute dan jenis mobil yang sama,hanya beda nama saja.
tugu jeruk

Sepanjang perjalanan, mobil ini memutar lagu-lagu batak dan hal ini seolah mempertegas bahwa saya sedang berada di sumatra utara. Tapi satu hal yang sedikit menganggu perjalanan saya,yaitu volume dari pemutar musik  yang sangat kencang  itu membuat telinga saya sakit (mungkin orang-orang di sini sudah terbisa mendengar suara kencang, kan kalo mereka ngomong pun kayak orang marah lagi teriak,hehe). Perjalanan ke kabanjahe di dominasi jalanan meliuk-liuk menaiki gunung dan menembus hutan. Udara segar pun setia menemani perjalanan ini,sampai ahirnya saya melewati sibolangit hill,taman wisata yang memiliki aneka permainan layaknya dufan tapi dengan atmosfer yang berbeda  karena tempat ini  berada di ketingian dan memiliki udara yang sejuk. Tida jauh dari sana mobil yang saya tumpangi juga melewati pintu gerbang menuju air terjun dua warna , tapi sayang saya tidak memiliki banyak waktu untuk mampir ke air terjun ini,sehingga saya melewatkanya begitu saja. Setelah berjalan cukup  lama, kembali saya memastikan ke kondektur bahwa saya akan turun di tugu jeruk, tapi si kondektur sepertinya  masih bingung dengan tempat yang saya maksud,saat saya menyebut taman alam lumbini pun dia tetap tak mengerti. Sampai pada ahirnya saya bilang saya mau ke  pagoda,barulah dia tau di mana saya harus turun. 
jalan menuju TAL

Sekitar pukul 11:40 setelah menempuh perjalanan selama 1 jam 40 menit dan dengan  membayar 10k , saya di turunkan di  sebuah persimpangan jalan yang ada tugu batang  pohon dengan tiga buah jeruk raksasa di atasnya. Dari persimpangan ini saya masih harus berjalan sekitar 15 menit untuk sampai di jalan masuk taman alam lumbini, dan setrelah berjalan selama kurang lebih 15 menit saya sampai juga di jalan yang akan ke taman alam lumbini (jalan ini semacam pintu gerbangnya,walau tak ada bangunan pintu gerbang). Jalan masuk ini (pintu gerbang)  terletak di sebelah kanan persisi  setelah komplek bangunan  “balai penelitian tanaman buah”,  jalanan ini belum di aspal dan disisi kanan dan kirinya banyak terdapat perkebunan strowbery dan kubis. Dari jalan masuk ini saya masih harus berjalan sekitar  5 menit untuk sampi di pagoda. Tapi jangan khawatir bakal ke capean,karena udaranya sangat sejuk dengan kabut tipis yang kadang-kadang turun. Di sepanjang  jalan menuju pagoda pun kita akan melihat beberapa gubuk yang menjual jeruk dan menawarkan  paket wisata petik buah strowbery.  Fyi: jika tak ingin jalan kaki,dari simpang tugu jeruk  juga terdapat angkot yang biasa lewat dan melewati gerbang masuk taman alam lumbini.karena beberapa meter setelah gerbang TAL ada sebuah terminal kecil tempat ngumpulnya angkot.

 Dari gerbang masuk pun  ujung pagoda sudah nampak terlihat jelas dan sesampainya di pintu masuk taman alam lumbini,saya di suruh mengisi daftar hadir dan di beri tahu peraturan untuk bisa masuk  kawasan taman ini. Ohya, Taman alam lumbini  atau sering juga di singkat  TAL ,merupakan sebuah bangunan pagoda terbesar di indonesia,pagoda ini sendiri merupakan replika pagoda shwedagon yang ada di miyanmar dan memasuki objek wisata ini pengunjung tidak di pungut bayaran alias gratis. 


view dalam pagoda
Begitu menginjakan kaki di pelataran pagoda,saya langsung berasa sedang  berada di negri gajah putih (thailand) *meskipun belum pernah kesana sih,hehe.  Pagoda besar berwarna emas cerah berdiri kokoh di hadapan saya,suasanan di sini sangat asri dengan taman yang di tata apik. Di beberapa pojokan pelataran  terdapat kursi taman yang terbuat dari marmer dan di beberapa tempat  terdapat hiasan lampion yang menambah semarak perpaduan warna di sini. Mungkin karena akan menyambut hari imlek makanya terdapat banyak lampion. Saat akan masuk ke dalam pagoda,saya di minta untuk melepas alas kaki dan menaruhnya di kantong plastik yang sudah di sediakan. Susana di dalam pagoda di dominasi dengan warna  merah dan terdapat patung budha persisi di bawah juntaian lampu yang megah. 

jembatan gantung
Setelah puas menikmati susana di dalam pagoda, saya berjalan ke luar  pagoda dan mulai mengelilingi taman yang terdapat di sana. Di taman ini juga terdapat jembatan gantung  yang cukup panjang, dan di bawah jembatan ini juga terdapat taman indah dengan berbagai pohon dan bunga. Jika takut melewati jembatan gantung,kita juga bisa melewati anak tangga yang menuntun kita ke bawah untuk menikmati keasrian taman.  Di taman ini juga terdapat beberapa gazebo untuk bersantai atau untuk sekedar melepas lelah. Saat itu tidak terlalu banyak pengunjung di sana,saya hanya melihat beberapa orang saja yang juga sedang asik menikmati susanan yang di tawarkan.  Setelah sekitar 1 jam mengelilingi taman alam lumbini,saya pun memutuskan untuk mengahiri kujungan saya di sini dan kembali melanjutkan perjalanan saya berikutnya yaitu mengunjungi air terjun sipiso-piso.



Selasa, 24 Januari 2012

Selamat Datang di Sumatera Utara

Setelah melepas ke pergian mba octa ke surabaya, baru lah sadar kalo saya akan melakukan perjalanan seorang diri ke sumtra utara. Perasaan berdebar-debar semakin terasa kencang,mengingat ini adalah tujuan backpacking saya terjauh sampai saat ini dan pun pertama kalinya saya menginjakan kaki di pulau sumatra. Sekitar pukul 6:30 semua penumpang pesawat garuda indonesia citilink di minta segera naik ke pesawat.
Cuaca saat itu cukup cerah,matahari bersinar lembut dari jendela pesawat terlihat deretan pegunungan di wilayah sumatra. Daratan sumatra di dominasi hutan-hutan yang masih hijau dan perkebunan kelapa sawit yang nampak terlihat jelas. Saat pesawat memasuki propinsi sumatra utara,saya di kejutkan dengan pemendangan spektakuler. Dari kejauhan nampak danau toba dengan pulau samosirnya,seolah tersenyum menyambut ke datangan saya. Untuk beberapa saat saya terpaku melihat semua ini,sampi ahirnya mendekati kota medan cuca jadi sedikit mendung dengan awan tebal yang menghalangi pandangan. Setelah mengudara sekitar 2 jam lamanya , pesawat mendarat mulus di bandara polonia medan. Ahirnya saya bisa menginjak bumi sumatra,terimakasih ya allah karena terus di kasih kesempatan menikmati alam yang indah ini.

danau toba
Selepas keluar dari pesawat dan menuju ruang pengambilan bagasi, susananya berasa di terminal bis. Banyak calo yang sudah menunggu di luar dan susananya saat itu sangat ramai di tambah lagi toiletnya sangat kumuh. Dari sini saya harus menuju simpang pos dan berdasarkan hasil tanya sanan sini beberapa hari sebelum keberangkatan ada beberapa opsi yang bisa mengantarkan saya ke simpang pos diantaranya ojek yang taripnya berkisar 10-20k atau angkot yang bertarip 3k, tapi jika menggunakan angkot konsekuensinya harus jalan agak jauh ke jalan raya (simpang polonia). Tapi beruntung saat itu seorang teman yang kerja di medan (mba anti) menjemput saya dan mengantarkan saya ke simpang pos. Makasih banyak mba anti.. 

Mba anti juga menasehati saya tentang hal-hal apa saja yang harus di patuhi dan di ketahui di sumatra utara. Salah satunya jika makan di daerah karo (air terjun sipiso-piso juga termasuk kabupaten karo) kita tidak boleh menyisakan makanan. Karena kalo menyisakan makanan, kita akan di marahi pemilik warung karena di anggap tidak bersukur dan membuang-buang rizki. Dan yang tak kalah penting bagi muslim adalah wajib memilih-milih warung sebelum kita memesan makan. Karena hampir sebagian besar warung-warung di sini menjual menu daging  babi, jadi harus makan di warung yang bertuliskan “warung muslim”.  Sekali lagi terimakasih banyak mba anti buat infonya.

Fyi:jika mengunakan angkot begini rutenya. Begitu keluar dari pintu ke datangan langsung belok kanan,lurus terus melewati bundaran dan lurus lagi. Melewati gapura selamat datang lurus lagi sampi ketemu perempatan (sipang polonia) jaraknya sekitar 15 menit jalan santai. Dari sini bisa menaiki angkot no 41,42 atau 43, minta di turunkan di simpang pos, bayar 3k.

Menginap di Bandara Soekarno-Hatta


Saya pernah mendengar kata-kata seperti ini: “jangan ngaku backpacker kalo belum pernah nginep di bandara/stasiun kereta/terminal bis”. Dan hari ini saya akan menegaskan diri, bahwa saya adalah seorang backpacker (padahal emang gak punya duit buat sewa penginapan,jadi terpaksa tidur di bandara demi mengejar penerbangan pagi hari.hahah). Tapi untung saja saya tidak sendiri,karena ada seorang teman (mba octa) yang juga akan menginap di bandara soekarno-hatta . Awalnya  kami akan menginap di terminal 3, tapi tak jadi karena mengingat ini musing hujan takut kalau-kalau butir-butir air hujan akan membasahi kami saat hujan turun karena tempat menginap di terminal 3 sendiri ada di luar ruangan (langsung berhadapan dengan udara luar tanpa ada pembatas meski ada atap).
Setelah tanya sana sini, cari-cari artikel di google ahirnya kita putuskan untuk menginap di terminal 2 (keberangkata). Karena selain rada sepi, juga karena tempat duduk (yang nantinya akan kita jadikan sebagai tempat tidur) ada di dalam ruangan. Jadi kami akan sedikit terbebas dari udara malam yang dingin (meski di sini juga dingin,karena ruanganganya menggunakan pendingin udara).

Pukul 8 malam saya sampai di bandara soekarno hatta terminal 2E keberangkatan luar negri (padahal kami berdua akan terbang di terminal 1C,hehe). Mba octa dengan ransel gedenya sudah menunggu saya di depan restoran cepat saji (AW), lalu kami masuk ke dalam terminal dan duduk-duduk di kursi (kursinya lebih menyerupai sebuah meja pendek  yang tersusun dari bialah-bilah kayu bisa di sebut juga berupa bale,kalau orang sunda menyebutnya amben). Di sini juga ada  rombongan ibu-ibu berseragam batik yang heboh banget mau ngetrip ke korea (nah saya kapan ya? Doakan saja,amin *ngarep). Ternyata di sini juga bukan hanya kami yang menginap,karena banyak juga wisatawan asing yang sudah mengelar selimut di atas kursi. Namun sayang kursi di sini (bale) tidak terlalu nyaman untuk tidur,karena tepat di tengah-tengah ada sebuah tiang yang membatasi,jadi tidurnya gak bisa slonjoran. 

Sekitar jam 22 bandara sudah mulai sepi dan kita sudah siap-siap tidur,kami tidur di dekat pintu pemeriksaan tiket di terminal 2E dekat mesin penjual minuman kaleng. Tapi suara pangilan untuk boarding yang terus-terusan berbunyi membuat saya tidak mampu tidur,belum lagi posisi kaki yang harus di tekuk agar muat di kursi membuat rasa tak nyaman. Sampai ahirnya saya bangun dan membangunkan mba octa untuk pindah ke tempat yang lebih baik. Kami berjalan menuju terminal 2D melewati beberapa toko yang sudah mulai tutup,hingga ahirnya kami bertemu sopa empuk milik donkin donuts yang nampaknya sudah tutup, tanpa basa basi kami mulai mengatur sopa,menjajarkanya sehingga bisa kami pakai buat tidur. Baru merebahkan diri sebentar,terdengar suara gaduh dari dalam kios,rupanya masih ada petugas yang sedang beres-beres. Kemudian saya menghampiri petugas yang sedang beres-beres tersebut dan meminta izin untuk memakai sopa buat tidur. Tapi sial, sopa itu malah mau di masukin ke dalam toko. Ahirnya kami pergi dari situ dan merelakan sopa empuk yang harusnya kami tiduri.

Kaki kami terhenti saat melewati kursi yang sama persisi dengan yang  tadi kami pakai tidur,bedanya di kursi ini tidak ada pembatas kayu,sehingga kami bisa tidur tanpa harus melipat kaki. Namun sayang kursi ini masih di pake orang buat duduk-duduk,jadi kami tidak bisa menggunakannya untuk tidur. Kami terus berjalan sampai terhenti di ujung lorong dan di sini ada musolahnya,saat mau masuk musolah buat tidur, kami kaget melihat banyaknya orang yang tidur di sini. Dengan langkah kaki yang semakin  berat karena kami sudah benar-benar ngantuk kami kembali ke kursi yang menjadi incaran kami. Sembari menunggu orang-orang yang mendudukinya pergi,kami tidur di kursi yang tak jauh dari sana. Begitu orang-orang itu pergi,kami berdua bergegas ke kursi tersebut,tapi sayang kursi yang gak ada pembatasnya cuma ada satu. Dan karena postur tubuh mba octa yang mungil, mba octa memberikan kursi itu buat saya, sementara dia tetap tidur di kursi yang ada penghalangnya. Thank mba octa atas pengertianyan.. :P . Dan ahirnya kamipun bisa tidur dengan nyenyak (?) . Fyi: sebenarnya di terminal ini terdapat beberapa musolah yang saya pikir akan jauh lebih nyaman dari pada tidur di kursi. Hanya saja kita harus secepat mungkin menempati musolah untuk mencari posisi yang nyaman.

ZZZzzzzzzz.....

Sekitar pukul 3:30 dini hari alarm berbunyi,mau gak mau kami harus bangun. Padahal baru tidur jam 11 malam. Setelah bersih-bersih,kita berdua ke luar bandara nungguin shutel bus gratis (bis warna kuning) yang akan mengantar kita ke terminal 1C. Jam 4 sudah berlalu tapi tak kunjung datang juga itu bis yang kami tunggu,padahal kami sudah memastikan bis itu dengan bertanya ke petugas bandara. Karena sudah lama menunggu,kami putuskan untuk jalan kaki ke terminal 1C (padahal jauh banget,di pikiran saya saat itu terminal 1C cukup dekat). Dari terminal keberangkatan,kami turun ke terminal ke datangan. Dan di sini mba octa bertanya jarak terminal 2D ke 1C pada penjaga toko roti. Si penjaga toko itu tidak menganjurkan kami untuk jalan karena jaraknya jauh,si penjaga roti menyarankan untuk kembali naik ke atas dan menunggu shutel bis. Kami pun putuskan untuk kembali ke atas,dan tak lama kemudian kami meliah shutel bus menghampiri kami, dan mengantarkan kami ke terminal 1C. Fyi: shutel bus (warna kuning) ini beroprasi dari jam 4 pagi (aktualnya jam 4:30) sampai sekitar  jam 9 malam, bis ini akan terus berkeliling bandara dari terminal 1,terminal 2,terminal 3 dan kembali lagi ke terminal 1. Untuk di terminal 2,bis ini hanya akan melewati jalan bagian atas(terminal keberangkatan) dan menaiki bis ini tidak di pungut bayaran alias gratis.

belum mandi pun tetap narsis,hehe

Setibanya di terminal 1C, kita masuk dan langsung chek in untuk kemudian menuju ruang tunggu. Pukul 6:30 mba octa sudah boarding dengan tujuan surabaya semenatar saya boarding pukul 7 tujuan medan.
Sebuah pengalaman yang berharga,suatu saat pasti akan saya lakukan kembali,, hehe

Karawang-soekarno hatta : Selalu Ada Cerita

Ahirnya hari –hari yang di tunggu tiba juga, perjalanan seorang diri ke bumi sumatra. Rasanya saat itu campur aduk antara senang dan khawatir, tapi hati terus mengebu-gebu dan berseru bahwa saya bisa.  Berhubung pesawat yang akan membawa saya ke kota medan  berangkat pada pagi hari, mau gak mau saya harus ada di bandara sekitar pukul 5 pagi jadi saya putuskan untuk menginap di bandara ke betulan saat itu ada seorang teman (mba octa) yang juga harus melakukan penerbangan pagi ke surabaya. Karena kalau saya harus berangkat dari rumah (karawang) sangat tidak memungkinkan. Awalnya saya akan berangkat dari rumah setelah magrib (ya sekitar jam 18;30 lah)  dengan harapan sampai di bandara sekitar pukul 22/23 malam dengan harapan  bandara sudah sepi. Tapi untunglah saya sempatkan diri untuk  mengcek jadwal bis damri terlebih dahulu. Dan ternyata bis damri tidak beroprasi 24 jam, melainkan hanya dari pukul 4 pagi sampai 19/20 malam. Jadi saya pun majukan jam ke berangkatan saya dari rumah menjadi pukul 15, dengan harapan sekitar pukul 18 saya sudah sampai di tanjung priuk dan melanjutkan perjalanan mengunakan damri ke bandara.

susana jalan tol
Sekitar pukul 15 ,saya sudah duduk di salah satu kursi bis tujuan karawang-tanjung priuk, satu jam berlalu dan bis mulai memasuki jalan tol jakarta-cikampek. Sekitar 10 meter berjalan di jalan tol, tiba-tiba mobil berjalan sangat pelan dan berhenti. Rupanya jalan tol jakarta-cikampek lumpuh total gara-gara ada demo pekerja pabrik di wilayah cikarang (bego kan tuh yang demo, demo  kok malah nutup jalan tol,gak ada hubungan sama sekali dengan apa yang mereka tuntut  malah yang ada  mengganggu kepentingan umum). 30 menit berlalu namun mobil tak kunjung bergerak , beberapa penumpang mulai bosan dan turun dari bis untuk  beristirahat di sisi jalan tol. Hari sudah semakin sore,dan rasa khawatir mulai muncul. Bagaimana kalau sampai tajung priuk jam 8 malam? Bagaimana kalo damri sudah tak ada? Bagaimana kalo ke malaman di terminal tanjung priuk? Pokoknya semua pemikiran buruk sudah memenuhi kepala. Tangan mulai ketak-ketik HP,Sms beberapa temen dengan harapan ada temen yang punya sodara/teman/kenalan yang di daerah tanjung priuk,agar saya bisa bermalam di tempat mereka kalau-kalu damri memang sudah tidak ada. Namun dari semua teman yang di sms tak di dapat hasil yang memuaskan. Sebenarnya kalo yang kelebihan duit sih gak usah bingung-bingun segala,toh ada taxsi 24 jam yang siap mengantar ke mana saja. Tapi bagi saya lebih baik nginep di musolah/masjid di terminal tanjung priuk aja dari pada harus naik taxsi ke bandara,hahaha.

Sekitar pukul 6 sore mobil bis mulai bergerak perlahan,mulai sedikit ada harapan bahwa saya akan bisa sampi di tanjung priuk tepat waktu dan masih ada damri di sana. Tapi harapan ini pupus saat sampai tanjung priuk sekitar pukul 19:30,saat turun dari bis saya langsung lari ke arah tempat mangkal damri (ke jadian seperti ini juga sempat saya alami beberapa bulan yang lalu, hanya bedanya kalo sekarang saya mengejar bis damri kalo dulu ngejar pesawat,hehe) tapi sayang bis damri sudah tidak ada. Tanya ke sana ke sini pun jawabanynya sama,mereka bilang bisnya sudah gak ada kalo jam segini. Tiba-tiba ada bapak tukang ojek yang menawarkan jasanya untuk mengejar damri di pintu tol,bapak itu menegaskan bahwa di sana banyak damri yang lewat. Setelah deal di angka 10k saya pun di antar ke gerbang tol yang di maksud. Benar saja,setelah menunggu kurang dari 5 menit ada sebuah damri yang bertuliskan “gambir”,saya pun menaikinya dan sampilah di bandara soekarno-hatta. Alhamdulilah,,,,,


#semua sumber gambar di tulisan ini berasal dari google.

Minggu, 08 Januari 2012

Dari Dieng,Mampir ke Jogja


Pukul 8 pagi,saya sudah terbangun dan siap-siap cek out dari penginapan. Hari ini saya berencana mengunjungi jogjakarta untuk mengantar dan mengobati rasa penasaran  temen saya  yang belum pernah ke jogja.
Dari penginapan,kami berjalan menuju pertigaan untuk menaiki mobil mini bis yang akan membawa kami kembali ke kota wonosobo. Kondisi mobil ini tetap saja sama,penuh sesak dengan para penumpang. Sekitar pukul  10:30 setelah menempuh perjalanan selama satu jam,kami sampai di kota wonosobo. Sebelum mobil masuk terminal,pak sopir menanyakan tujuan saya,setelah tahu tujuan saya adalah magelang,pak sopir menurunkan saya di persimpangan jalan yang terdapat mobil yang menuju magelang (Ongkos dieng- wonosobo 10k).
 Dari pertigaan ini,kami menaiki mobil  ¾ yang ukuranya lebih besar dari mobil yang baru kami naiki. Tak terlalu lama,mobil  langsung melaju  menyusuri kota wonosobo,sesampainya di jalan kertek (masih di wilayah wonosobo) kami memutuskan untuk turun karena tergiur spanduk  yang bertuliskan “mie ongklok “ di salah satu warung makan.Tak hanya mie ongklok saja yang memaksa kami turu dari mobil, tapi jajaran toko yang memajan aneka makanan ringan oleh-oleh khas wonosobo juga ikut memprovokasi kami untuk turun. Kami mampir di salah satu warung dan memesan dua porsi mie ongklok dan seporsi sate kelinci. Rasa mie ongklok sendiri tak terlalu cocok dengan lidah saya,namun karena perut lapar jadi tetap saya coba untuk menikmatinya(baca:menghabiskanya). Untuk dua porsi mie ongklok dan seporsi sate kelinci,kami cukup merogoh kocek 23k. Setelah kenyang  dengan  mie ongklok,kami mampir ke toko sebelah yang menjual aneka makan ringan untuk oleh-oleh. Saya langsung jatuh cinta dengan manisan carica saat pertama kali mencobanya (rasanya maknyus). Selesai dengan oleh-oleh,kami kembali menunggu mobil yang akan membawa kami ke magelang.
 Sekitar 30 menit menunggu,ahirnya lewat juga mobil yang kami tunggu. Tarif Dari wonosobo menuju magelang 12k dengan waktu tempuh sekitar 2 jam,melewati beberapa kota dan salah satu di antaranya temangung. Sepanjang perjalan dari wonosobo menuju magelang,kita akan di suguhi pemandangan yang menakjubkan,dari perkebunan teh,perbukitan,lereng-lereng curam dan  udara yang sejuk terus menemani sepanjang perjalanan. Gunung sindoro juga nampak terlihat jelas dari dalam mobil.
Sekitar pukul  14, kami sudah sampai di terminal magelang. Dari sini kami melanjutkan perjalanan menggunakan bis dengan tarif 8k menuju jogja (terminal jombor). Setelah menempuh perjalan sekitar 1,5 jam,kami sampai di terminal jombor. Sore itu hujan lebat menguyur  jogja ,sembari menunggu hujan cukup reda, kami mengisi perut  di warung yang berada  di salah satu pojok terminal.
Selesai dengan urusan mengisi perut,kami menuju halte trans jogja untuk melanjutkan perjalanan menuju malioboro. Dengan membayar 3k/ orang,kita akan di antar ke seantero jogja mengunakan bis transjogja (inilah salah satu yang membuat saya cinta jogja,transportasinya mudah dan murah). Dari halte terminal jombor, saya menggunakan bis trans jogja no 2A (kalo gak salah) menuju malioboro *setiap bis memiliki nomor tersendiri dengan trayek yang berbeda,sebelum naik ada baiknya bertanya lebih dulu. Sekitar 30 menit menaiki trans jogja,saya sampai di tujuan. Tapi sayang,kami tidak bisa turun di halte jalan malioboro,melainkan harus turun di halte jalan mangku bumi , karena di jalan malioboro sedang banyak wisatawan hingga mobil di larang melintas. Dari halte mangku bumi,saya harus berjalan sejauh sekitar 1 Km untuk sampai di jalan sosrowijayan (pusatnya penginapan murah di jogja) tapi untunglah saat itu hujan sudah mulai reda.
Sesampainya di jalan sosoro wijayan,saya langsung menuju penginapan selekta yang pernah saya singahi  sekitar satahun yang lalu. Namun saya terkejut dengan harga yang di tawarkan 150k/ malam tanpa sarapan,cuma satu tempat tidur dengan ukuran kamar yang sangat kecil.
Fyi : jalan sosrowijayan memiliki berbagai macam penginapan dari kelas melati sampai yang berbintang,taripnya mulai dari 50k untuk kelas melati (hostel). Jika anda ke jogja menggunakan kereta api ekonomi (kereta berhenti di satsiun lempuyangan),anda bisa berjalan menuju sosrowijayan (tapi jika tak ingin cape,bisa menggunakan ojek di area satsiun (bayar 5-10k). Dan jika anda ke jogja menggunakan pesawat,dari bandara tinggal naik transjogja dan nanti turun di halte malioboro.
Kami tinggalkan selekta,dan mulai berkeliling mencari penginapan yang murah lainya. Tapi sayang,semua penginapan yang kami sambangi di sosrowijayan sudah penuh (maklumlah sekarang kan tanggal 1 januari). Di tengah ke bingungan dan kelelahan,tiba-tiba hujan kembali turun denga lebat,kami berteduh di salah satu emperan toko. Karena hujan tak kunjung reda dan hari semakin gelap,kami memakai pakaian tempur (jas hujan) menuju hotel di sebelah pasar bringharjo (hotel pantes) namun hotel ini juga sudah ter isi penuh. Dari sini kami berjalan menuju jalan dagen berharap ada kamar kosong yang cocok di kantong,namun tak kunjung ada. Badan mulai terasa lelah karena  terus berjalan membawa  tas punggung yang mungkin beratnya sekitar 10kg. Dari jalan dagen,kami  berjalan menuju jalan pasar kembang dan alhamdulilah dapat kamar yang pas di kantong. Kami menginap di losmen shinta,tepat di depan stasiun tugu,dengan tarif 110/ malam(sepertinya harga ini bisa jauh lebih murah jika di hari biasa). Kami mendapat dua tempat tidur dan kamar mandi di dalan plus kipas angin.
Malam menjelang,selesai mandi dan beres-beres, kami  menuju angkringan kopi jos. Sebenarnya saya sangat malas untuk ke luar kamar dan harus jalan-jalan di tengah hujan. Namun karena teman saya sangat penasaran ingin menikmati kopi jos,saya pun terpaksa memaksakan diri mengantarnya menuju angkringan kopi jos(tentu  masih dengan pakaian tempur masing-masing / jas hujan).
Suasanan angkringan kopi jos malam itu sangat sepi (ya iyalah hujan lebat gini sipa yang mau nongkrong di sini,yang ada nanti malah hujan-hujanan). 
Selepas menikmati kopi jos yang melegenda (padahal rasanya biasa aja), kami berjalan menuju tugu jogja. Hujan semakin deras,tapi kami teteap bejalan dengan riang. Sesampainya di tugu jogja,saya mendapati suatu situasi yang sangat berbeda. Tak ada seorang pun di tugu jogja saat itu,hanya ada kami saja berdua yang asik berpoto di tengah guyuran hujan,hahah *kayak orang gila. Setelah puas bernarsisi ria,kami pulang ke penginapan.
Besoknya kami bangun pagi-pagi sekali,karena akan berburu tiket kereta ekonomi tujuan jakarta. Dari jalan kembang,kami berjalan menuju stasiun lempuyangan yang cukup jauh(berbekal google maps tentunya). Sesampainya di setasiun,ternyata sudah sangat banyak orang yang mengantri memesan tiket kereta api. Di loket tertulis jelas bahwa tiket kereta api progo tujuan jakarta sudah ludes terjual sampai tanggal  7 januri (sejak di berlakukannya larangan penjualan tiket  tanpa tempat duduk untuk kereta ekonomi, sekarang jadi agak susah membeli tiket). Karena tak mendapat tiket,kami putuskan untuk naik bis saja.
Dari stasiun lempuyangan,saya berjalan menuju halte transjogja terdekat dan melanjutkan perjalanan ke terminal giwangan (kata tenan saya bis-bis yang ke jakarta,bekasi,karawang berada di terminal ini). Setelah transit beberapa kali,kami sampai juga di terminal giwangan,saya kaget melihat betapa sepinya terminal ini. Tak nampak bis-bis dari luar kota. Karena ragu akan keberadaan bis yang ke karawang,kami putuskan untuk ke terminal jombor dan mencari di sana. Untunglah kami belum keluar dari halte trans jogja,jadi kami tak usah bayar lagi untuk menuju terminal jombor,hehe.
Sesampainya di terminal jombor, kami langsung menghampiri beberapa agen bus. Setelah mendapatkan tiket bus seharga 100k/ orang dengan keberangkatan jam 5 sore, kami kembali ke penginapan buat cek out. Karena jam 5 sore masih lama, saya berinisiatif untuk mengajak teman mengelilingi malioboro, membeli beberapa oleh-oleh di pasar bringharjo (mie basah dan  pecel di depan pasar enak banget *wajib di coba), kemudian di lanjut  mengelilingi keraton, taman sari,  sampai alun alun selatan, tentu saja dengan berjalan kaki. Dari alun-alun selatan (setelah mencoba melewati beringin kembar dengan menutup mata), kami kembali menyusuri jalan yang tadi kami tempuh. Sampai ahirnya kami sampai di halte transjogja di dekat kantor pos,dari sini kami melanjutkan perjalanan ke jombor menggunakan transjogja. Dan kembali ke karawang..