Senin, 21 November 2011

Sejuta Cerita Dari Ijen


kawah gunung ijen
Perjalana ke ijen bukanlah perjalanan yang mudah untuk di lakukan seorang diri. Namun dengan semua keajaiban yang di berikan tuhan, saya berhasil menjamah indahnya kawah gunung ijen. Iya,tuhan sangat membantu dalam perjalanan ini sehingga semua begitu terasa mudah. 
Berawal dari sebuah tekat kuat untuk mencicipi pesona ijen yang tersohor, maka saya putuskan untuk melakukan perjalana ini. Awalnya sempat ragu untuk memulai semua perjalanan ini,karna semua orang yang saya ajak tidak ada yang bisa ikut. Sampai menjelang hari keberangkatan ada orang yang ingin ikut dalam perjalanan ini, namun saya tidak tau jelas siapa dia, saya hanya mengenalnya dari jejaring sosial n sebuah forum komunitas pencinta jalan-jalan.
#Perjalanan terlama n terjauh dengan kereta api
kereta api, sumber gambar www.google.com
Pukul 19:30 saya langkahkan kaki ke sebuah stasiun kumuh (baca:cikampek) untuk kemudian mengantri membeli sebuah tiket kereta api ekonomi “bengawan” tujun solo seharga 35k. Kereta ini berangkat dari stasiun tanah abang n akan sampai di cikampek pukul 21:00, itu artinya saya harus menunggu sekitar 1,5jam sebelum ahirnya menaiki kereta ini. Setelah duduk manis di sebuah sudut stasiun, datanglah mas-mas yang juga akan menaiki kereta yang sama. Acara menunggu kereta pun terasanyaman karena terjadi perbincangan yang seru dengan mas-mas yang saya ketahui akan pulang ke purwokerto.  Pukul 21 sudah lama berlalu  namun petugas stasiun tidak juga mengumumkan kapan kereta bengawan sampai di sini,sampai waktu menunjukan pukul 10 malam barulah kereta yang di tunggu tiba. Setelah berpamitan sama mas-mas yang saya gak tau namanya, qta pun menuju  gerbong masing-masing karna qta menaiki gerbong yang berbeda.
Setelah masuk ke gerbong n mencari sebuah no kursi yang tertera di tiket,saya pun memulai acara pembunuhan waktu. Dengan mengatur posisi duduk yang nyaman n menelan pil kecil berwarna merah jambu(baca;antimo) yang selalu setia menemani perjalanan saya ke mana pun. Ahirnya saya sukses terkulai tak sadarkan diri alias tidur di kursi kereta ekonomi yang bisa di bilang agak empuk.hihihi
Perjalanan cikampek-jogja di tempuh dalam waktu sekitar 8jam, n perjalana selama ini bisa saya bilang tidak terlalu jauh, karana saya sering melakukan perjalanan jauh menggunakan kereta ekonomi. Begitu kerta memasuki stasiun lempuyangan saya siap-siap turun untuk transit dan berganti kereta tujuan banyuwangi.
            Setelah keluar dari kereta, saya langsung bergerak menuju loket pembelian tiket kereta sri tanjung tujuan jogja-banyuwangi seharga 35k. Untunglah dapat tiketnya, walau awalnya sempet was-was takut gak kebagian tiket, karena sekarang tiket Cuma di jual 100% sesuai  jumlah kursi, yang artinya tidak melayani tiket berdiri. Setelah berhasil mendapatkan tiket, saya masuk kembali ke peron stasiun n duduk-duduk di kursi yang tersedia banyak di sana namun sebelumya mampir dulu ke toilet buat bersih-bersih. Kereta api sri tanjung baru akan berangkat sekitar pukul 7:30 n sekarang baru pukul 6, jd lagi-lagi saya harus menunggu. Waktu yang cukup lama ini saya manpaatkan untuk mengisi perut yang dari tadi malam belum di isi. Pukul 7:15 saya sudah bergerak masuk ke dalam kereta yang di parkir di salah satu peron di lempuyangan, saya duduk bersama ibu lumajang n mba jombang(gak tau namanya tapi mereka turun di jombang n lumajang,heheeh). Ibu n mba itu sangat baik n ramah, sepanjang perjalanan begitu banyak hal yang di bahas bersama mereka n ketawa ketiwi bareng. Perjalanan yang lamapun jadi tidak terlalu terasa melelahkan. Bahkan ibu n mba itu pun beberapa kali metraktir saya jajan,,hahaha. Terimakasih banyakya ibu...
          
stasiun gubeng
  Pukul 2 siang kereta api tiba di stasiun gubeng(surabaya) n mba jombang sudah turun beberapa jam yang lalu di stasiun jombang dengan meninggalkan banyak makanan yang memang sengghaja di beli buat di makan bareng-bareng. Dan di sini pula saya mendapat kabar dari seorang teman di jakarta, bahwa ternyata orang yang akan jalan bareng sama saya ke ijen adalah seorang  maling. Sontak saya kaget,tapi alhamdulilah saya janjian sama  orang itu di banyuwangi, jadi belum sempat bertemu. Setelah dapat kabar dari teman jkt itu, ahirnya saya membatalkan pertemuan saya dengan orang itu, meski harus sedikit berbohong. Terimaakasih banyak teman,,,*big hug
            Dengan  sedikit rasa ragu saya yakinkan diri saya,bahwa saya akan tetap melanjutkan perjalanan ini, gak lucu juga kan udah nyampe surabaya harus pulang lagi,,hahaha. Saat si ibu lumajang turun di stasiun, saya merasa ke sepian sebab gak ada orang yang  bisa di ajak ngobrol lagi. Jadi saya hanya bisa tidur sepanjang perjalanan ke banyuwangi.
#Dipungut di stasiun
                pukul 22:30 kereta yang saya tumpangi berhenti di stasiun karang asem(banyuwangi). Suasana dalam gerbong sudah sangat sepi karna kebanyakan orang sudah turun di stasiun jember. Begitu melangkahkan kaki ke luar  gerbong, saya termenung melihat stasiun ini. Ternyata stasiun ini sangat jauh berbeda dari pemikiran saya, awalnya saya pikir stasiun ini cukup luas seperti lempuyangan atau jebres. Namun stasiun ini sangat kecil dan sepi, padahal saya akan bermalam di stasiun ini. Karna tidak ada angkutan umum malam-malam begini. Setelah sempat berkeliling stasiun untuk mencari tempat yang nyaman untuk tidur, saya putuskan beristiraht dulu di sebuah dereta kursi di dekat toilet, n berencana akan tidur di sini saja biar gampang ke toilet.
            Baru duduk sebentar lalu  ada dua orang ibu-ibu yang akan ke toilet, ibu yang satu tidak ikut ke toilet melainkan ikut duduk di sebelah saya. Sepertinya ibu-ibu ini juga satu kereta sama saya, namun beda gerbong. Setelah si ibu itu duduk, saya bertanya apakah di stasiun ini ada musolah, namun ibu itu bilang tidak tau.  Ahirnya terjadilah percakapan di antara kita, si ibu bertanya tentang siapa saya n mau k mana,dan  saya  pun ceritakan ke ibu itu bahwa saya mau ke ijen n sekarang mau nginep di stasiun ini. Beberapa saat ke mudian ibu yang satunya keluar dari toilet,n ibu-ibu yang duduk di sebelah saya pun bercerita ke ibu-ibu yang baru saja keluar dari  toilet, yang ahirnya saya tau itu adalah adiknya, namanya ibu akni. Kemudian bu akni mengajak saya tinggal di rumahnya yang tidak terlalu jauh dari sini. Awalnya saya gak mau karna gak enak, namun melihat ibu itu bener-bener tulus niat mau membantu, ahirnya saya pun ikut ke rumah ibu akni. Dari stasiun saya mengunakan ojek ke rumahnya ibu akni, sementara ibu akni di jemput suaminya(pak asep).
            Sesampainya di rumah bu akni saya langsung di sambut hangat n di perlakuakn seperti sodara mereka sendiri, Bahkan ongkos ojek pun di bayarin. Terimakasih ibu akni n keluarga,,
  *                       *                    *

pertigaan jambu
Pagi hari setelah mandi n siap-siap,bu akni membuatkan sarapan n bilang kalo saya akan di anter oleh suaminya ke pertigaan jambu(tempat truk belerang yang ke ijen), tapi saya harus menunggu dulu sampai pukul 9, karna pak asep ada perlu dulu. Tepat pukul 9:30 pak asep mengantarkan saya ke terminal sasak perot, karena saya gak  enak kalo harus di antarkan  ke jambu yang jaraknya 1 jam dari rumah mereka. Begitu sampai terminal, ternyata mobil angkot berwarna orange yang biasa ke jambu tidak ada, pak asep pun mengantarkan saya ke pertigaan jambu.. terimakasih banyak pak.

#jambu-paltuding=lama dan menegangkan
                Sesampainya di jambu pukul 10:30, lagi-lagi jambu jauh dari perkiraan saya. Saya pikir jambu adalah sebuah pangkalan truk yang mengangut belereng dari  ijen. Namun jambu adalah sebuah pertigaan dengan sebuah lapangan kecil. Di situ emang terdapat sebuah truk besar, setelah tanya sama supir(yang ke betulan saat itu lagi bersih2 mobilnya) ternyata itu bukan truk pengangkut belerang. Pak supirpun bilang kalo mau ke ijen tunggu saja di sini, biasanya truk yang akan ke ijen berangkat pukul 12 atau 13. Ahirnya saya duduk-duduk di sebuah bangunan yang sepertinya sudah tak terpakai lagi.
            30menit,45menit,1 jam,2 jam, namun truk belerang tak kunjung datang n tak ada tanda-tanda angkutan yang akan ke ijen. Saya hanya melihat beberapa muda mudi dengan speda motor n beberapa mobil pribadi yang melintas menuju jalur paltuding(posko terahir ijen). Di pikiran saya mungkin mereka juga mau ke ijen, bahkan sampai beberapa dari mereka sudah pulang kembali namun saya belum juga beranjak dari tempat saya.
            Setelah menunggu 3jam ahirnya ada sebuah truk yang lewat n berhenti tepat di depan saya,mungkin supir truk di sini sudah tau, kalau ada orang yang membawa ransel besar  n duduk-duduk di pertigaan berarti  dia akan ke ijen dan sedang menunggu truk. Si bapa supir truk pun membuka kaca dan menyuruh saya duduk di depan. Begitu masuk ternyata di kursi sudah ada sekotak besar telur ayam, jd saya duduk sebelahan dengan telur ayam,,hihihi.
jalan menuju paltuding

            Sepanjang perjalanan di hiasi perkebunan cengkeh,yang ternyata menurut penuturan bapak truk, itu adalah perkebunan milik PT.gudang garam. Setelah berjalan agak jauh, sisi kiri n kanan jalan pun berubah menjadi perkebunan kopi robusta. Dan saya sempat bingung dengan cerita teman-teman tentang jalur jambu-paltuding yang katanya rusak berat. Tapi sejauh ini jalanya mulus-mulus aja.  Baru setelah melewati perkebunan kopi,perjalanan menjadi sangat rusak. Namun pemandangan berubah 180 derajat, dari sebuah perkebunan kopi yang terawat menjadi sebuah hutan hujan tropis yang memukau. Pohon-pohon paku menjulang tinggi berderet sepanjang jalan,batang pepohonan besar yang di tumbuhi berbagai jenis tumbuhan lumut n tumbuhan rambat.
suasana hutan hujan
            Semakin lama perjalanan semakin extrim,jalanan rusak semakin parah,tanjakan yang semakin curam n tikungan semakin tajam. Guyuran hujan deras menambah licin jalan-jalan rusak ini. Sempat beberapa kali mobil tidak bisa menanjak dan harus mundur untuk memilih jalur yang strukturnya lebih kuat. Rasanya seperti sedang beradi di sebuah jalur untuk reli, dan perut di buat mual karna berkali-kali terpontang panting. Sepanjang perjalana hanya bisa berdoa aja n beberapa kali harus nahan napas saat roda mobil slip. Saya beberapa kali melirik telur-telur di sebelah saya,beberapa dari mereka retak n penyok, kasihanya mereka,,,hahahaah. Tapi alhamdulilah selamat sampai paltuding.
paltuding
            Perjalana dari jambu ke paltuding di tempuh dalam waktu 1 jam, kalo jalanya mulus mungkin bisa di tempuh sekitar 30 menit. Setelah membayar 10k ke bapak truk,kemudian saya menuju pos paltuding buat beli tiket n lapor ke polisi huta,bayar tiket 7k(tiket masuk,asuransi n kamera). Sempat ngobrol-ngobrol sama petugasnya, ya biasa lah pasti  setiap ketemu orang baru dalam perjalanan ini selalu di tanya”dari mana mas?”,”ko sendiri?”,, *sedih dah di tanya gitu terus,berasa gak punya teman..hahaha
            Setelah ngobrol ngalor-ngidul dengan pak poisi hutan, saya putuskan untuk menuju sebuah  warung yang Cuma ada 2 di sana.  Seya menuju warung bu im n memesan seporsi mie rebus pake telur + teh hangat, banyarnya 7k. Sempet ngobrol-ngobrol dengan penjaga warung(bang rudi),n sempet juga minta ijin buat nanti malam tidur di warung ini. Sebenarnya pemilik warung ini adalah bu im, namun bu im sedang turun gunung karna ada keperluan keluarga. Pukul 5 sore genset di nyalakan, karna di sini belum terjamah aliran listrik. Semakin sore udara semakin dingin, pukul tujuh pun sudah sangt sepi. Di kawasan paltuding ini Cuma ada saya, penjaga warung, polisi hutan,beberapa penambang belerang n 5 bule yang menginap di penginapan yang di kelola sama polhutan, tarip penginapanya 100k perkamar n Cuma di kasih kasur yang muat untuk ber 2 n selimut, sangat sederhana.
paltuding
            Setelah selesai dengan perlengkapan tidur(pake sarung tangan,kupluk n kaus kaki), saya benamkan diri saya ke dalam slepingbag yang memang saya bawa dari rumah. Awalnya saya tidur di luar warung di bangku-bangku panjang yang memang banyak tersedia di sana, namun bang rudi menyuruh saya masuk ke dalam. Dia bilang kalo di luar akan sangat dingin saat menjelang malam hari,ahirnya saya pun pindah kedalam. Pukul 2 malam ada 2 bule suami istri asal belanda yang  mengetuk pintu warung, rupanya mereka akan melakukan pendakian ke gunung ijen pada jam segini untuk melihat api biru.  Mereka datang ke warung untuk sekedar ngopi-ngopi n bertemu dengan guide yang akan mengantar mereka naik ke ijen, guide nya sendiri adalah seorang penambang belerang yang bisa alih pungsi saat ada bule yang butuh pendamping untuk melakukan pendakian dini hari seperti ini.
#Treking  to ijen
            Saat terlelap tidur, saya di kagetkan dengan suara alaram yang memang senghaja saya pasang. Waktu itu  menunjukan pukul 4 pagi, di tengah keadaan yang gelap gulita(karna kalo lepas jam 10 malam genset di matikan n dinyalakan lagi pukul 4:30 pagi), saya membereskan sleping bag n merapikan ransel saya. Tak lupa memesan segelas wedang jahe buat menghangat kan badan, tidak berapa lama kemudian listrik menyala.
tempat para penambang beristirahat
            Pukul 4:30 saya langkahkan kaki keluar warung, tak lupa saya titipkan ransel saya ke bang rudi. Walau langit sudah sedikit cerah,namun saya masih ragu untuk memulai perjalanan ini, karna suasana sangat sepi n saya adalah seorang yang penakut(sangat paranoit dengan ke gelapan). Sesampainya di gerbang hutan, saya sempat termenung lama n berharap ada orang yang akan mendaki atau ada penambang belerang yang akan lewat. Setelah 15menit menunggu, namun tak ada satu orang pun yang lewat. Dengan sisa keberanian saya n mulut yang terus mengucap doa saya mulai memasuki hutan( sumpah saat itu takut banget,,hahaha cemen y,,). Baru beberapa meter memasuki hutan, saya merasa di sisi kiri n kana ada yang mengawasi saya. Sambil tertunduk saya terus mempercepat langkah n tak lupa mulut terus kumat kamit baca doa,,hihihi. Semakin lama langit semakin terang,langkah semakin berat n hidung mulai terasa sakit(efek dari udara yang sangat dingin).  Saya baru menenmpuh jarak 1km dari  3 km yang harus saya tempuh. Dan setelah tanda 1km, jalanan yang tadi landai berubah jadi  tanjakan-tanjakan curam dan panjang.  Saya putuskan untuk duduk di sebuah tempat peristirahatan di km 1,1 , karna saya sudah gak kuat jalan. Napas yang semakin gak karu-karuan, hidung yang semakin sakit n di tambah rasa mual n sakit kepala yang begitu hebat.  Tiba-tiba semua cairan di lambung terdorong n naik ke atas, di situ saya muntah. Semua minuman n makanan yang saya konsumsi keluar tanpa bisa saya tahan. Badan mulai lemas n gemetar, saya gak tau apa yang terjadi sama saya. Saat itu yang saya pikirkan adalah saya harus segera turun kembali ke bawah.  Namun saya mencoba meyakinkan diri bahwa saya gak apa-apa, mungkin saya masuk angin atau mungkin karna efek dari ketinggian.  Setelah cukup lama beristirahat saya mulai kembali melangkah. Namun baru seratus meter berjalan  saya kembali muntah hebat, muntahanya sekarang hanya berupa cairan n rasanya pahit, saya sadar bahwa cairan itu berasal darui usus halus saya, karena lambung  saya sudah kosong. Disinilah saya meyakinkan diri saya untuk mengubur mimpi saya mendaki rinjani,begini saja saya sudak kewalahan apalagi kalo harus mendaki rinjani (fyi: ini adalah pertama kali saya naik gunung).

#keramahan para penambang
gunung merapi
            Setelah muntah hebat, saya hanya terduduk lemas di pinggir jalur pendakian. Setiap kali bertemu dengan para penambang, mereka bertanya tentang asal usul saya n menyemangati saya untuk segera bangkit n memulai pendakian lagi. Namun saya hanya tersenyum saja menanggapai ajakan mereka, bahkan beberapa dari mereka menasehati saya agar jalan perlahan saja. Langit semakin cerah, cahaya matahari mulai mengintip di balik rimbunya pepohonan, saya sadar bahwa saya sudah tidak akan bisa mengejar sunrise lagi. Dengan sisa tenaga,saya mulai melangkahkan kaki kembali,meski harus berhenti setiap beberapa puluh meter atau saat melewati tanjakan yang panjang. Ahirnya saya sampai juga di posko tempat pemberhentian para pengangkut belerang. Posko ini terletak di ketinggian 2214, setelah melewati posko ini jalanan berubah menjadi sangat sempit n di sebelah kiri adalah tebing  sementara di sebelah kanan adalah jurang. Di jalan ini kita bisa melihat hamparan hutan di bawah kaki gunung ijen n qta juga dapat melihat beberapa puncak gunung lain,yang paling dekat dan jelas adalah puncak gunung merapi.
            Di sini saya berkenalan dengan bapak madura(lupa namanya, tp dia berasal Dari madura namun sudah menetap di banyauwangi). Bapak ini adalah salah satu penambang belerang n  sangat baik, dia menemani perjalanan saya n sesekali ikut berhenti saat saya tak kuat lagi jalan. Di sepanjang perjalanan bapak ini bercerita banyak hal, mulai dari keluarganya, sampai extrimnya cuaca di sini saat musim kemarau. Menurut penuturan bapak madura,saat musim kemarau suhu di sini bisa (-) n menyebabkan ujung-ujung dari dedaunan n rerumputan di selimuti es. Tapi beruntung sekarang sudah memasuki musim hujan jadi suhunya tidak terlalu dingin, namun buat saya yang tinggal di kota panas(baca:karawang), suhu ini sudah sangat dingin. Karena saya sering bertyhenti, maka saya mempersilahkan bapak madura untuk pergi duluan. Karna gak enak juga kalo dia terus berhenti jalan gara-gara saya.
#Pesona kawah ijen


Sejauh ini,bagian  ini adalah trek  yang paling menarik.Dari sini qta bisa menatap lereng-lereng pegunungan yang lain, n dari kejauhan punkita bisa melihat kota banyuwangi yang di hiasi butiran-butiran awan putih yang berarak.  Angin mulai berhembus kencang,udara jadi terasa semakin dingin. Matahari sudah semakin jauh dari tempatnya muncul,langit mulai merona biru cerah di beberapa sudut bergurat awan putih tipis. Kaki semakin cepat melangkah karna tak sabar melihat pesona ijen. Sampai ahirnya pukul 6:30  saya sampai di ahir jalur pendakian,semua lelah yang tadi berkecamuk seolah hilang tertiup angin begitu melihat keindahan kawah ijen. Tebing-tebing tinggi mengepung danau berwarna hijau toska,asap putih membumbung tinggi di salah sudut danau. Langit saat itu begitu cerah dengan warna biru cerah,hilir mudik para penambang belerang dengan keranjang berisi bongkahan belerang semakin memperkaya pencitraan saya. Dalam hati hanya bisa berdecak kagum dan bersukur bisa melihat keindahan ini. Sambil melempar pandangan ke berbagai  sudut,saya langkahkan kaki menyusuri bibir kawah. Sampai saya terhenti di sebuah tebing dengan sebuah jalan setapak curam yang membawa para penambang ke bawah tebing  untuk mengambil bongkahan belerang n mendekat ke bibir danau. Beberapa dari wisatawan asing pun ikut turun ke bawah n melihat lebih dekat proses penambangan belerang, namun saya cukup puas menikmati pemandangn dari atas tebing. Namun tak begitu lama saya pun tergoda untuk turun n melihat preoses penambangan, tapi langkah saya terhenti ketika melihat expresi wajah beberapa wisatawan yang baru  kembali dari bawah. Mereka sangat terlihat ke capean, saya langsung kepikiran gimanan nanti kalo gak bisa naik lagi, mengingat ini sangat curam. Jadi ahirnya saya hanya turun beberapa meter n dududk di sebuah sudut jalan untuk sekedar melihat perjuangan para penambang belerang yang memikul beban sekitar 80 kg menaiki tebing curam. Meski sempat ada beberapa penambang yang mengajak saya turun ke bawah tapi saya tetap berkeras tidak akan turun(sadar diri,,hahaha).




pak madura yang ramah





Setelah puas menikmati alam ijen,sekitar  pukul 8 saya putuskan untuk mengahiri ini n kembali ke paltuding. Perjalanan turun sangat mudah karna tidak ada tanjakan,namun hal ini membuat otot betis bagian depan menjadi sedikit sakit karna harus menahan langkah kaki. Sesampainya di paltuding saya bertemu dengan bapak truk yang kemarin,n bapak truk pun menawari untuk pulang bersama dia. Ahirnya saya meng-iya kan, namun saya harus menunggu cukup lama, dari pukul 9:30-13:30 karna truknya sedang di muat belerang. Setelah makan n ngobrol-ngobrol dengan penjaga warung n beberapa wisatawan lain, saya putuskan untuk melihat proses penimbangan belerang n sekalian melihat truk yang akan saya tumpangi apa sudah penuh dengan belerang atau belum. Setelah cukup lama menunggu di tempat penimbangan belerang,ahirnya truk penuh dan segera turun ke jambu. Kali ini bukan Cuma saya saja yang ikut dengan truk ini,namun beberapa penambang pun ikut menumpang truk.
#mas  jambu yang baik hati
            Perjalanan paltuding-jambu melewati jalan yang sama seperti dari jambu ke paltuding, namun kali ini tidak ada tanjakan  hanya  turunan-turunan tajam yang tetap saja membuat ngeri. Pukul 14:30 truk yang saya tumpangi sampai di pertigaan  jambu. Sebelum turun bapak truk sempat nawari buat melihat proses pengolahan belerang,namun karena sudah sore saya tidak menerima tawarna itu. Saya sempat bertanya sama bapak truk tentang angkutan yang ke banyuwangi kota,namun bapak truk bilang kalo di sini jarang angkot n hanya ada ojek. Namun saat itu saya tidak melihat ada ojek atau angkutan umum,sempat bingung juga mau pulang naik apa. Setelah memastikan tidak ada angkot pada warga sekitar, ahirnya saya beristirahat di sebuah masjid n melaksanakan ibadah solat.  Setelah solat n beristirahat saya putuskan jalan kaki ke banyuwangi kota(padahal jambu-banyuwangi kota sekitar 1jam naik motor). Di tengah ke bingungan, saya terus mempercepat langkah, dan beberapa kali menoleh ke belakang berharap ada angkot atau ojek. Baru berjalan sekitar 500 meter,tiba-tiba ada sepedah motor yang di kendarai mas-mas berhenti tepet di depan saya. Tampangnya tidak seperti tukang ojek,karna mas-mas ini menggunakan pakaian resmi. Mas itu menyapa saya n menayakan saya mau ke mana, setelah saya menjelaskan tujuan saya, mas itu pun mengajak saya ikut membonceng motornya, karena kebetulan mas itu mau ke banyuwangi kota juga. Tanpa pikir panjang saya langsung membonceng mas yang saya gak tau namanya namun saya menjulukinya mas jambu,karna rumahnya di daerah jambu,hihihih. (allah tuh baik ya,, selalu memberi pertolongan dengan berbagai cara) terimakasih ya allah. J
            Setelah satu jam perjalanan ahirnya saya smpai di stasiun karang asem. Saat saya mengeluarkan uang untuk mengganti biyaya bensin, tapi mas jambu menolak n dia berkata bahwa dia tulus membantu. Wahhhhhh,,,,terharu dah,,, makasih ya mas jambu. Mas jambu sempat bertanya malam ini saya akan ke mana,mengingat kereta yang kejogja baru akan berangkat esok pagi. Awalnya saya bilang mau menginap di stasiun,namun mas jambu menyarankan saya untuk menginap di mesjid aja, biar lebih aman. Setelah berpamitan dengan mas jambu, saya melangkah menuju stasiun untuk membeli tiket kereta sri tanjung. Saat itu waktu menunjukan pukul 15 sementara kerata baru akan berengkat pukul 6:15 esok pagi. Setelah sempat bertanya sama penjaga loket tentang ke amana di stasiun ini, saya tidak di saran kan menginap di sini.
            Ahirnya dengan membuang rasa malu n menumbuhkan rasa tidak tau diri, saya menelpon mba akni untuk ijin menginap di tempatnya dia lagi. Tapi di luar dugaan, maba akni sangat senang hati menyambut saya untuk menginap di rumahnya. Ahirnya saya menginap di rumah mba akni n ke esokan paginya di anter pak asep ke stasiun.
#perjalanan penuh berkah
            Perjalanan kali ini sangat luar biasa, karna saya bertemu dengan begitu banyak orang yang baik. Meski awalnya saya ragu untuk memulai perjalanana ini namun tuhan memberi sebuah petunjuk agar saya tetap melanjutkan perjalanan ini. Sepertinya tuhan ingin membuka hati dan mata saya, bahwa tuhan akan selalau ada menemani ke mana pun kaki ini melangkah. Dan tuhan pun sepertinya ingin agar saya lebih berbuat baik lagi sama semua orang yang membutuhkan pertolongan tanpa melihat siapa mereka.  Terimakasih banyak ya allah,,
            Dan tak lupa saya pun berterima kasih sama mahluk-mahluk tuhan yang begitu baik menolong saya.
 Buat mba firti yang menjadi mata dalam perjalanan ini, karna berkat tulisannya saya menjadi tahu bagai mana cara ke ijen.
Buat ibu jombang n lumajang yang telah begitu baik mentraktir saya n membuat perjalana menjadi menyenangkan dengan guyonan n cerita-cerita yang menarik.
Buat keluarga besar mba akni(pak asep,tiyas,n adit) yang sudah begitu baik menolong saya di stasiun,mengijinkan saya menginap di rumahnya n di perlakukan seperti sodara sendiri.
Buat mas rudi yang sudah mengijinkan saya bermalam di warung n pak truk yang mengantarkan saya ke paltuding.
Buat pak madura yang sudah menemani perjalanan mendaki ijen n cerita-cerita soal ijen, n buat para penambang yang sudah begitu ramah.
Dan tentu saja buat mas jambu yang ke hadirannya seperti sebuah oasis di padang gurun, yang sudah begitu baik mengantarkan saya ke stasiun....Semoga allah membalas kebaikan xan semua,,, Amin.. 
para penambang belerang


Sabtu, 19 November 2011

Menjelajah Bali Selatan

Hari ini adalah hari terahir saya di bali,sebelum ahirnya besok siang saya harus kembali pulang ke karawang. Hari ini saya berencana untuk mengexsplorasi bali bagian selatan yang terkenal dengan pantai dan ombaknya yang indah.
Pagi-pagi setelah selesai sarapan,saya menyempatkan diri mengganti beberapa sperpart motor yang rusak di bengkel yang letaknya tak terlalu jauh dari kosanya bang toni. Selesai mengganti beberapa komponen yang rusak,saya kembali ke kuta dan memperlihatkan motor yang sudah saya perbaiki ke orang yang menyewakan motor. Setelah tak ada komplen dari orang yang punya motor,saya kembali melanjutkan perjalanan menuju uluwatu yang akan menjadi tujuan ahir perjalanan saya hari ini. Dari kuta saya harus menempuh jarak sekitar 21 Km untuk sampai di uluwatu,tapi karena saya akan menikmati senja di sana, jadi saya putuskan untuk  menyinggahi objek wisata lain terlebih dahulu di sepanjang jalan menuju uluwatu.

Pilihan  pertama saya jatuh pada pantai dremland yang terletak di daerah pecatu (saya senghaja tidak memasukan pantai nusa dua pada exsplorasi kali ini,karena pantai nusa dua sudah saya kunjungi saat hari pertama saya menginjakan kaki di bali).Dari kuta saya mengambil arah menuju uluwatu mengikut petunjuk arah yang banyak tertera di marga jalan. Ternyata daerah selatan bali itu berupa perbukitan,hal ini terlihat dari jalur menanjak yang harus saya tempuh setelah keluar dari jalan bay pass ngurah rai. Setelah melaju sekitar 30 menit,saya bertemu dengan jalan yang merupakan pintu masuk menuju Garuda Wisnu Kencana (GWK). Namun saya tidak berencana masuk, karena mengngingat harga tiket masuknya yang cukup  mahal (25k / orang). Sekitar 15 menit setelah melewati  pintu masuk GWK,saya melihat ada sebuah pintu masuk menuju kompleks perumahan mewah yang  letaknya di sebelah kanan jalan  (namanya pecatu resort, kalo gak salah). Nah inilah pintu masuk menuju pantai dremland,seperti lajimnya sebuah perumahan. Di gerbang masuk  terdapat beberapa security yang berjaga,tapi jangan khawatir,karena motor bisa melenggang bebas tanpa ada pemerikasaan dari security (yang di periksa hanya mobil saja). Sesampainya di dalam,terdapat jajaran  bangunan mewah di kompleks perumahan ini,di sini tak ada petunjuk jalan yang jelas untuk sampai di pantai dremland. Saya hanya mengikuti beberapa bule yang membawa papan selancar di motornya,dan saya tahu mereka pasti akan ke pantai dremland juga. Sesampainya di  parkiran,saya di pungut bayaran sebesar 5k untuk biyaya masuk dan parkir (tapi tentu saja ini bukan pungutan resmi,karena tak menggunakan karcis dan yang memunguti adalah para satpam di situ).
Dari parkiran,saya harus masih berjalan sekitar 200m sebelum ahirnya sampai di pantai. Sesampainya di pantai saya di suguhkan pemandangan yang luar biasa cantik. Laut  dan langit yang biru,batukarang yang menjulang tinggi,dan suasanan yang begitu sepi di pantai ini. Saat itu hanya ada sekitar 10 orang saja pengunjung di pantai ini(mungkin karena masih pagi,karena saya tiba di sini sekitar pukul 10 pagi). Saya merasa seperti pemilik pantai ini,karena beberapa wisatawan hanya berdiam diri di kursi malas yang memeng banyak tersedia di pingir pantai,meski ada juga yang sedang berenang. Saya mulai menyusuri pantai ke sebelah kiri,di sini terdapat tebing karang tinggi yang menjadi sebuah pembatas pantai. Setelah puas meliahat-lihat pantai di sebelah kiri,saya langkahkan kaki menyusuri pantai ke arah sebaliknya. Melewati bangunan utama berupa restoran dan pos penjaga pantai. Saya berjalan terus menyusuri pantai ini sampai ahirnya kaki saya terhenti ,karena saya berjalan sudah cukup jauh dari pos penjaga pantai dan karena agak  ngeri juga takut kalau-kalau  terjadi apa-apa, mengingat  pantai di sebelah sini sangat sepi (gak lucu dong kalau saya mati ke seret ombak yang tiba-tiba gede,dan tak ada orang yang nyelametin saya. Di tambah lagi saya gak jago renang,hahah *serem banget kan pikiran saya). Jadi saya putuskan berhenti sampai sini saja.
Pantai Dremland

Sambil duduk-duduk menikmati ke indahan pantai ini,mata saya terus  melihat  ke segala penjuru pantai. Dan  saya melihat beberapa batu karang dan bangunan pondasi yang hancur bekas terjangan ombak. Di salah satu sudut terdapat tulisan “dilarang mendirikan bangunan di sini”. Sepertinya jika air laut sedang pasang dan ombak tinggi,pantai ini menghilang tertelan air laut. Hal ini bisa terlihat dari pondasi  bangunan yang hancur berserakan di belakang saya ( saat saya ke sini,jarak pondasi bangunan dengan bibir pantai sekitar 5 meter). Setelah puas berkeliling pantai ahirnya saya putuskan untuk menyudahi kunjungan saya di sini,awalnya ingin mencoba untuk berenang di sini. Namun karena tak membawa baju ganti jadi saya mengurungkan niat itu. Di tambah lagi saya ogah jika harus mengeluarkan kocek 10k cuma untuk bilas (gila mahal bener kan). Dari parkiran, saya arahkan kembali motor menuju jalan uluwatu dan keluar dari komplek pemukiman ini. Tujuan saya berikutnya adalah pantai padang-padang,berbekal informasi yang saya dapat saat bertanya pada seorang ibu penjual minuman di parkiran tadi. Saya pun  mulai menyusuri kembali jalan uluwatu sampai ahirnya saya bertemu dengan sebuah persimpangan jalan yang bertuliskan Labuhan Sait di papan petunjuk arahnya.  Saya arahkan laju motor saya menuju labuhan sait,karena memang ini lah jalan yang menuju pantai padang-padang. Sebelum sampai pantai padang-padang,saya sempat melewati pantai lain (lupa namanya). Dan setelah berkendara sekitar 30 menit,sampailah saya di parkiran pantai padang-padang.
lorong untuk sampai di pantai padang-padang
Untuk mencapai pantai ini, saya harus turun ke bawah meniti beberapa puluh  anak tangga dan melewati lorong sempit yang terbentuk dari dua buah batu karang yang berhimpitan(saking kecilnya lorong,kita harus bergantian/mengalah jika ada orang yang akan naik). Sebenarnya buat saya pantai ini biasa saja,karena hanya berupa sebuah teluk kecil yang di kelilingi bebatuan karang. Tapi bagi para surfer,ini merupakan pantai favorit karena memiliki ombak yang bagus. Saat saya tiba di pantai ini,suasananya sudah sangat ramai dengan bule-bule yang berjemur. Sejauh mata memandang, saya hanya melihat bule-bule yang sedang berbaring menikmati sinar matahari. Sangat sedikit sekali wisatawan lokal di sini,jumlahnya bisa di hitung dengan jari. Dan tak kalah mengejutkan (padahal menyenangkan) adalah,banyak cewe - cewe bule yang hanya mengenakan celanan dalam saja saat berjemur ataupun  berenang (alhamdulilah,,eh astagfiruwloh,,haha).
pantai padang-padang
Cukup lama saya berdiam diri di sini melihat cewe cewe bugil orang-orang yang sedang bermain surfing. Namun sayang, karena ombak yang sudah sekitar 2 minggu ini kurang bagus (berdasar penuturan salah satu penjual minuman),membuat para pemain selancar harus puas dengan ombak kecil sehingga.
Dari pantai padang-padang,saya kembali melanjutkan perjalanan menyusuri jalan labuhan sait sampai ahirnya saya tiba di blue poin. Dengan membayar tiket masuk + biayaya parkir 3k,saya sudah bisa masuk dan menikmati pantai ini. Dari parkiran saya berjalan menyusuri cafe-cafe yang di bangun di bebatuan karang dan menuruni puluhan anak tangga. Sepertinya tidak tepat jika saya menyebut  blue poin ini sebagai pantai,karena sama sekali tak ada pantai disini. Tempat ini berupa bongkahan-bongkahan karang yang berbatasan dengan laut yang di jejali berbagai bangunan. Namun demikian, kita bisa juga turun sampai bawah karang untuk sekedar merasakan cipratan ombak dan menginjak pasir putih. Melewati celah-celah karang yang sudah di beri anak tangga.Tempat ini di penuhi wisatawan asing yang bermain surfing,  ada juga turis yang hanya sekedar bersantai di cafe-cafe sembari melihat para pemain surfing.

Blue Poin
Siapkan tenaga yang cukup untuk menjelajah tempat ini,karena butuh tenaga ekstra untuk meniti puluhan anak tangga yang jaraknya cukup tinggi.Dari blue poin,kembali saya arahkan laju motor saya menuju pantai  padang-padang sampai ahirnya saya sampai di pertigaan jalan yang tadi saya lewati. Dan dari sini saya kembali arahkan motor saya menuju uluwatu. Ohya ada hal yang menarik di pantai padang-padang,pantai ini dapat terlihat jelas dari atas sebuah jembatan jalan raya yang menuju blue poin.Sekitar pukul 14:30 saya sudah sampai di uluwatu.

Uluwatu
Sebelum sampai, saya sempatkan dulu makan di warung pingir jalan yang berada di sekitaran jalan uluwatu. Masuk objek wisata uluwatu saya harus membayar 4k sudah termasuk parkir. Dari parkiran,sudah banyak monyet-monyet yang berkeliaran dan meminta makanan dari para pengunjung. Sebelum masuk kawasan pura,saya terlebih dahulu harus menggunakan kain(berbentuk tali) warna kuning yang di ikatkan di pinggang,dan jika celana pengunjung terlalu pendek,biasanya akan di suruh memakai kain yang agak lebar berwarna ungu yang juga di ikatkan ke pinggang membentuk seperti sarung, kain-kain ini di pinjamkan secara gratis.Dari pintu gerbang,saya dan beberapa pengunjung lainya mulai menyusuri jalanan yang sudah di beton, sisi kiri dan kanan jalan berupa  semak belukar. Bagi pengunjung yang ingin memberi makan monyet-monyet ini juga bisa,kita tinggal membeli saja beberapa pisang yang di jual di tempat peminjaman kain. Sore itu,banyak wisatawan yang sedang berkumpul  di sekitaran pura sambil menyaksikan tingkah monyet-monyet yang lucu . Meski saya sangat takut monyet,namun saya mencoba memberanikan diri mendekati pura. Berbekal dua wisatawan asing dan guide yang sedang memandu mereka,saya mencoba mendekati pura dengan  mengikuti mereka dari belakang (lumayan lah, gratis dan bebas dari ganguan monyet,haha). Monyet yang ada di pura ini banyak sekali dengan berbagai usia,dari yang masih bayi sampai monyet yang udah tua banget (nah yang ini serem banget mukanya). Belum terlalu lama saya di sana,tiba-tiba terdengar suara teriakan kaget dari seorang nenek warga negara korea (sepertinya) yang  sendalnya di ambil monyet (padahal sendalnya lagi di pake,tapi di rebut sama monyet). Tapi tenang,setelah itu ada sang pahlawan(penjaga pura/pawang monyet/entahlah) yang menyelamatkan sendal si nenek tadi,tapi tentu saja  tidak gratis. Sang pawang itu memberi moyet sebungkus anggur dan menukarnya dengan sendal itu dan si nenek harus memberi beberapa ribu pada pawang itu untuk biyaya anggur yang di berikan pada monyet. Banyak orang yang menilai hal ini adalah ulah pawang monyet yang senghaja melatih monyet-monyet di sini untuk mengambil barang-barang milik pengunjung,sehingga pengunjung harus membayar sejumlah uang ke pawang tersebut jika ingin barangnya kembali. Tapi saya tak tau itu benar atau tidak,silahkan anda nilai sendiri. Yang jelas saat berkunjung ke uluwatu,pastikan anda tidak menggunakan kaca mata,perhiasan,topi,bando atau apapun itu yang mudah di ambil oleh monyet. Dan pastikan barang-barang yang anda bawa selalu dalam pengawasan.
pura Uluwatu
Pura uluwatu ini tidak lebih bagus jika  di bandingkan dengan  pura tanah lot/pura yang lainya, yang membuatnya istimewa adalah karena lataknya yang di atas tebing yang langsung berbatasan dengan samudra hindia. Dari pura ini, saya berjalan ke arah kiri menyusuri pinggir tebing yang sudah di beri pagar pembatas.
Saya terus berjalan melewati bangunan yang di gunakan untuk pertunjukan tari kecak,sampai di ujung tebing saya bertemu dengan sebuah warung penjual minuman yang di jaga ibu-ibu yang sedang sibuk membuat kerajinan tangan berupa gelang dari manik-manik. Saya cukup lama berdiam di sini sambil mengobrol dengan ibu yang ramah ini (gak tau namanya). Di sini saya baru berani mengeluarkan tripot saya untuk sekedar berfoto dengan background tebing dan laut, karena di sini tidak ada monyet. Saat hari semakin sore saya kembali berjalan ke arah pura untuk menikmati sunset di ujung tebing yang satunya,saat saya melewati bangunan pertunjukan tari kecak,rupanya sedang berlangsung pertunjukan tarian kecaknya. Tapi untuk menyaksikan pertunjukan ini,kita harus membayar sekitar 75k/ orang,tentu saja saya ogah mengeluarkan 75k untuk menyaksikan pertunjukan tersebut,,haha.
Setelah sampai pura,kembali saya menyusuri pinggiran tebing ke arah kanan (menuju arah pintu masuk/keluar ) yang juga sudah di pagari pagar beton.Sesampainya di ujung tebing,saya di sambut dengan puluhan monyet yang juga lagi nunggu sunset kayaknya,haha. Tapi untunglah di sini banyak juga wisatawan lain dan beberapa guid yang memandu mereka. Semakin lama,matahari semakin condong dan langit semakin merona jingga. Dari atas tebing  saya dapat menyaksikan beberapa buah kapal nelayan yang sepertinya akan melaut. Tak hanya itu,saya juga melihat beberapa lumba-lumba yang melompat-lompat seolah tahu sedang di perhatikan. Matahari semakin turun,kilat lampu kamera terus bergantian  bersinar dari beberapa wisatawan,tak terkecuali saya. Namun monyet-monyet yang bertengkar/ monyet-monyet yang mengganggu pengunjung di sini membuat saya tak terlalu khusuk menikmati senja di sini (bawaannya was-was terus,haha).
Saat matahari sudah lenyap di telan samudra,saya  meninggalkan tebing ini dan kembali ke parkiran untuk kemudian pulang ke denpasar,tapi tak lupa sebelumnya saya kembalikan kain pinjamannya.

Ke esokan harinya,sekitar pukul 10 pagi saya berpamitan dengan bang toni,karena saya akan pulang. Ahirnya,,setelah backpacking selama 2 minggu,menjelajah bali dan lombok saya pulang juga,hehe. Dari denpasar saya menuju kuta untuk mengembalikan motor sewaan. Dari kuta saya menuju bandara I Gusti Ngurahray Bali dengan menggunakan jasa ojek dengan tarif 20k. Dan sekitar pukul 14 ,pesawat yang saya tumpangi take off meninggalkan pulau dewata. Semoga suatu saat bisa menginjakan kaki kembali ke pulau ini,,,Amin.
#terimakasih banyak buat bang toni yang sudah menampung saya selama di bali, dan terimakasih juga buat mas rizky yang sudah menjemput saya di bandara dan mengajak berkeliling nusa dua. Ke baikan kalian ber dua akan saya ingat selalu. :)

Menunggu Senja di Kuta Bali



Kuta,sebuah nama yang sudah tak asing lagi di telinga, sebuah pantai di pulau bali yang begitu terkenal dan menarik berjuta wisatawan domestik maupun  manca negara. Tak terkecuali saya,hari ini saya berencana menghabiskan senja di pantai yang indah ini. Namun karena hari masih pagi,saya pun berencana untuk mengunjungi  belahan bali lainya terlebih dahulu, dan pilihan saya jatuh pada tanah lot dan pura taman ayun di daerah Tabanan.
Dari denpasar,saya arahkan motor menuju tabanan  mengikuti  petunjuk arah menuju tanah lot. sampai ahirnya sekitar pukul 11 siang , saya sampai di pintu gerbang tanah lot. Tiket masuk ke objek wisata ini di bandrol sebesar 7,5k/ orang dan 2,5k untuk tarif parkir kendaraan roda dua. Sesampainya di parkiran tanah lot,saya berjalan melewati gerbang yang di sisi kiri dan kanan nya terdapat patung perempuan dan laki-laki yang sedang menari. Dari sini saya masih  harus  berjalan sejauh 300 meter melewati kios-kios yang berjajar rapih di sisi kiri dan kanan jalan. Sesampainya di tepi laut (pura tanah lot),saya langsung turun menuju karang-karang  yang di hantam ombak untuk melihat lebih dekat pura tanah lot yang terletak di atas sebuah karang. Namun sayang, saat itu air cukup pasang sehingga pengunjung tidak bisa menyebrang menuju pura tersebut.
Setelah di rasa puas melihat lebih dekat pura tanah lot,saya mulai berjalan mengelilingi taman yang tertata rapi di area komplek wisata ini. Mulai dari jajaran restoran yang menyajikan view langsung ke tanah lot(kalo makan di sini sambil lihat sunset,di jamin bikin pasangan klepek-klepek,haha). Tak hanya tanah lot yang menarik hati saya,tapi saya juga tertarik dengan karang-karang  yang menjorok ke lautan yang terhantam deburan ombak. Tak hanya itu saja, saya juga tertarik melihat sebuah karang bolong  yang juga terdapat di komplek pertamanan ini. Dari salah satu jorokan karang, kita bisa langsung memandang lurus ke arah tanah lot, dan ini merupakan tempat favorit untuk berfoto dengan background pura tanah lot.
Saat itu cuaca  cukup  terik,mentari  tak membiarkan saya berlama-lama di bawah sinar yang panas. Saya pun memutuskan duduk-duduk santai  di bawah pohon di salah satu sudut taman sambil menikmati deburan ombak yang cukup ganas. Setelah sekitar 1 jam istirahat dan berputar-putar melihat sekeliling  tanah lot. Saya putuskan untuk mengahiri kunjungan saya  di sini dan berencana meneruskan perjalanan menuju pura taman ayun. Dari tanah lot,saya mengandalkan petunjuk arah yang di berikan google maps,karena memang tak ada petunjuk arah yang jelas untuk ke sini. Google maps memang sangat membantu penjelajahan saya di sini,dan  sekitar 1 jam berkendara saya pun sampai di pura taman ayun. Namun sebelum sampai di pura, saya sempatkan diri makan siang di pasar tradisional mengwi yang letaknya sekitar 200 meter sebelum  pura taman ayun. Sesampainya di sekitaran pura,tiba-tiba saya tidak terlalu ingin  masuk dan mengexsplorasi pura ini. Entah kenapa,saya hanya memandangi pura ini dari jalan raya saja. Setelah bengong dan bingung untuk beberapa saat,ahirnya saya arahkan motor menuju pantai kuat untuk menyaksikan sunset, padahal saat itu masih sangat siang (sekitar pukul 13:30).
Sekitar pukul 15 , saya sudah sampai di pantai kuta, namun saat itu matahari masih terlalu terik, jadi saya putuskan untuk berputar-putar dulu  di daerah kuta dan legian,membeli beberapa camilan dan minuman,serta  menyempatkan diri berkonsultasi ke pemilik motor yang saya sewa  (karena saat jatuh di kintamani,ada beberapa bagian motor yang rusak) .
Sekitar pukul 16, barulah saya memarkirkan motor  di area parkiran pantai  kuta tepatnya di depan hard rock cafe. Meskipun matahari masih cukup terik,ternyata sudah banyak orang yang mengelar kain di pantai ini untuk menikmati sunset. Seolah tak mau kalah, saya pun  mengelar kantong plastik yang saya dapat saat membeli camilan di mini market (haha,gak apalah yang penting celana gak kotor). 
Saya mulai terlarut bersama ratusan orang yang juga sedang menikmati ke indahan pantai ini. Di temani camilan dan minuman ringan,mata saya terus berkeliling melihat berbagai aktifitas yang di lakukan wisatawan lain,ada yang sibuk mengoles sunblock ke badan,ada yang asik berenang,ada yang seru-seruan main surfing dan ada juga cewe-cewe berbikini yang menjemur tubuhnya (bagian ini lah yang paling saya suka,haha). Suasananya saat itu sangat  ramai (udah kayak di pasar), tapi entah kenapa saya merasa nyaman menikmati suasana pantai ini. Semakin sore,orang-orang semakin banyak  dan semakin memilih tempat yang  lebih mendekat ke bibir pantai. Semua orang mulai sibuk  dengan kameranya masing-masing, ada yang  sibuk  membidik setiap pergerakan matahari, ada orang yang sibuk berpoto dengan pasanganya, ada yang sibuk berpoto denga keluarganya, dan saya juga tak kalah sibuk dengan tripot saya ( agar menghasilkan poto yang bagus,tentunya ada saya di dalamnya,haha).


Saat matahari menghilang dan langit semakin gelap,pantai semakin sepi dan saya pun kembali pulang ke denpasar.
Sebuah pengalaman yang menyenangkan..

Jumat, 18 November 2011

Pesona pulau dewata part 2 ( kintamani dan pura ulun danu )


Hari sudah beranjak siang saat saya  dan monik meninggalkan pura besakih, kami arahkan motor ke arah  barat laut  mengikuti petunjuk arah yang tertera di google maps. Tujuan kami berikutnya dalah kintamani dan bedugul.  Perjalanan ke kintamani,  kami masih di temani  hujan rintik,kadang hujan lebat, dan kadang di beberapa tempat tidak terjadi hujan sama sekali. Hal ini membuat kami  tetap mengenakan jas hujan sepanjang perjalanan (kadang berasa kayak orang gila, pake jas hujan di tempat yang panas,haha), tapi tak apalah karena  kami males harus buka pakai jas hujan.
Perjalanan ke kintamanai sama seperti perjalanan ke besakih,penuh dengan tanjakan dan tikungan tajam. Dan  begitu  memasuki wilayah kintamani,sisi kiri dan kanan jalan berubah menjadi pohon-pohon pinus  tua yang di penuhi lumut dan tumbuhan paku. Udara dingin menyeruak menembus jas hujan yang masih kami kenakan. Samar-samar kami melihat gunung batur di balik rimbunya pepohona.
danau batur
Sesampainya di penelokan,kami  langsung memarkirkan motor di pinggir jalan(di sini gak ada tempat parkir/mungkin saya yang gak tahu,jadi motor di parkir di sepanjang jalan dan free alias gratis). Di hadapan kami sekarang berdiri gagah gunung batur yang indah.  Saya langsung jatuh cinta dengan tempat ini, dan menganggap ini adalah tempat terindah yang wajib di kunjungui jika bertandang ke bali. Bagai mana tidak,mata ini begitu di manjakan dengan pemandangan yang luar biasa cantik, gunung batur yang gagah,danau batur yang cantik dengan airnya yang  berwarna biru ke hijauan,dan rindangnya tebing-tebing yang mengelilingi danau batur. Suasana  ini mirip seperti gunung rinjani dengan segara anak-nya*sok tau padahal belum ke rinjani ( andai ke puncak rinjani bisa naik motor kayak gini,pasti sudah saya lakukan dari dulu,hehe).
view dari penelokan
Warung-warung makan yang berjejer di pinggir tebing,menyuguhkan nuansa yang sangat romantis (kalo bawa pacar ke sini dan makan di sini di jamin bakal berkesan banget dah,hehe). Cukup lama kami menikmati  suguhan indah dari alam kintamani ini, sampai ahirnya kami sadar bahwa bedugul dengan pura ulun danunya sedang menunggu kami.
Setelah di rasa puas, kami arahkan kembali motor ke arah utara, jalan yang menuju singaraja.  Namun baru  beberapa ratus meter kami  meninggalkan penelokan,saya bertemu dengan bangunan yang saya cari-cari selama di bali. Mesjid,ya bangunan ini lah yang saya cari-cari selama di bali,karena susah sekali menemukan masjid di denpasar,ini adalah masjid ke 2 yang saya lihat (masjid yang satu lagi saya temukan berada di kawasan pantai sanur). Setelah melaksanakan solat duhur dengan air wudhu yang super dingin,kami lanjutkan kembali perjalanan kami.
view dari penelokan
 Kabut mulai turun saat kami meninngalkan kintamani. Sepanjang perjalanan selepas penelokan,kami di sambut lagi dengan hutan pinus dengan pohonnya yang sudah tua dan di hiasi aneka tumbuhan lumut.  Kabut tipis mulai menghalangi  pandangan kami, udara jadi semakin dingin. Di sebelah kanan kami, sekarang berubah menjadi sebuah jurang yang di selimuti kabut tebal,kami seperti mengendarai motor di atas awan. Jalanan yang berliku-liku serta turunan-turunan tajam menemani perjalanan kami,dan sampailah kami di sebuah pertigaan(kami sama sekali buta arah dan gak tau jalan,kami hanya mengikuti arah yang tertera di google maps), kami mengambil arah kiri sesuai petunjuk google maps(jalan ke arah kanan  merupakan jalan ke singaraja,bisa langsung tembus ke lovina). Selepas pertigaan,suasana di sisi jalan berubah. Dari hutan pinus, menjadi perkebunan sayar-sayuran. Jalanan ini sangat sepi karena tidak ada lalu lalang kendaraan di sini,jalanan pun bisa di bilan cukup sempit hanya cukup untuk satu mobil saja. Susana di sini mengingatkan saya pada sebuah perjalanan yang lalu(perjalanan dari probolinggu menuju cemorolawang),dari mulai jalan,view, sampai suasanan pun mirip perjalanan ke cemorolawang. Turunan dan tanjakan membelah perbukitan yang di tumbuhi sayur-sayuran,sejauh mata memandang kami  di suguhi pemandangan yang luar biasa cantik.
Selang beberapa puluh menit  perkebunan sayur berubah menjadi hamparan perkebunan jeruk, dan jeruk-jeruk di sini sedang berbuah lebat dan sudah banyak yang masak(jeruk di sini berukuran sangat kecil dan  merupakan jenis jeruk yang biasnya banyak saat ada perayaan imlek). Perkebunan jeruk kadang berganti dengan perkebunan kopi,terong belanda dan alpukat(dan semuanya sedang berbuah).
Di sepanjang jalan ada juga gubuk-gubuk kecil yang menjajakan aneka buah-buahan.
Kami tetap melaju mengikuti jalan ini,sampi ahirnya kami sampai di sebuah bangunan yang menbuat kami teheran-heran. Jembatan,kami menemukan jembatan beton yang besar dan kokoh yang menghubungkan dua buah bukit. Bangunan ini begitu kontras di tengah hijaunya pepohonan dan hutan di bawahnya. Kami merasa sangat beruntung bertemu jembatan ini,tanpa basa basi kami langsung berpoto ria di jembatan itu. Jembatan ini juga sepertinya menjadi sebuah objek wisata,karena banyak orang yang nongkrong dan berpoto di atas jembatan ini serta banyak juga penjual makan di pinggir jembatan. Yang menarik dari jembatan ini ialah,selain menghubungkan dua buah bukit,jembatai ini juga tidak menyebrangi sungai,melainkan menyebrangi hutan. Saya sama sekali tidak melihat adanya sungai di bawah jembatan ini,saya hanya melihat hutan lebat di bawah jembatan ini, entah saya yang tidak melihat atau itu memang benar.
Selepas jembatan,susana jalan berubah bergantian dari mulai pemukiman warga,hutan,sawah,dan kebun. Jalan aspal semakin jelek,sehingga saya harus bergantian turun saat menghadapi tanjakan atau turunan yang cukup tajam. Sampai ahirnya kami bertemu dengan jalan besar yang mulus(alhamdulilah),dan ini adalah jalanan umum yang biasa di gunakan untuk menuju objek wisata bedugul dari arah denpasar.
Setelah menenpuh perjalanan selama 2,5 jam dari kintamani,ahirnya kami sampai di pura ulun danu di danau baratan. Saat kami memarkirkan spedamotor yang kami tumpangi, kami agak kaget dengan lengangnya susanan di sini, di tempat parkir hanya ada satu motor saja dan bis-bis wisata sudah siap-siap akan meningalkan parkiran. Rupanya memang sudah sore,waktu itu jam menunjukan pukul 15:30 dan susana di sini juga sudah sangat dingin dengan kabut tipis yang mulai turun.
taman yang ada di sini
Setelah membayar tiket masuk sebesar 10 k buat berdua(sebenarnya harga resminya 10k/orang,mungkin karena kami datang sudah sore dan dengan tampilan kucel juga,makanya Cuma di minta bayaran 10k untuk 2 orang),kami memasuki kawasan pura ulun danu,taman yang indah dengan aneka bunga dan pohon-pohon yang menjulang tinggi menyambut kami. Kami berjalan di jalanan yang sudah tertata rapi,di sini juga ada sebuah bangunan semacam pendopo. Kami bergesa berjalan ke icone objek wisata ini(pura ulun danu). Pura ulun danu sendiri adalah sebuah pura yang di bangun di pinggir danau baratan namun letaknya berpisah dari daratan utama dan di hubungkan oleh sebuah jembatan bambu kecil (gambar pura ulun danu bisa di lihat pada uang 50rb yang berwarna biru).
 
 Namun sayang, saat kami ke sana danau baratanya sedang surut, jadinya pura ulun danu tidak di kelilingi air danau. Tapi hal ini tak sedikit pun mengurangi ke indahan pura ini. udara yang sangat dingin membuat saya tidak begitu betah di sini,suasanaya lebih dingi dari kintamani,namun monik kayaknya betah banget di sini.


 danaunya kering


Kita berkeliling menikmati pura ini dari bebagai sudut, sampaia kami memutuskan untuk duduk-duduk di pingir danau yang sudah kering. Kami sama sekali tidak bisa melihat danau dan pemandangan lain  yang mengelilingi danau,karena kabut menutupi pandangan kami. Saat hari semakin sore dan kabut semakin tebal,terdengar suara petugas dari sebuah pengeras suara yang meminta wisatawan menjauh dari pinggir danau.  Kami ahirnya mengelilingi  taman yang ada di sini.
Selain taman, di sini juga terdapat beberapa hewan yang di pelihara di kandang,kami sempat mampir ke kandang rusa.
Setelah dirasa cukup puas menikmati pura ulun danu di tambah lagi perut yang sudah sangat keroncongan,kami mampir di sebuah rumah makan yang banyak terdapat di sebrang jalan. Seporsi nasi goreng dan teh manis hangat ludes seketika dan berpidah ke perut saya,hehe. Sebenarnya masih ada satu lagi objek wisata yang akan kami kunjungi,kami sebenarnya akan menutup  hari melihat senja di tanah lot. Tapi karena badan yang sudah sangat lelah dan waktu yang tidak memungkinkan,kami pun membatalkan kunjungan ke tanah lot . Sekitar pukul 17 kami putuskan untuk kembali ke denpasar,sekarang kami melewati jalan lebar dan mulus. Namu kami di paksa harus lebih wapada,karena selain jalan yang berkelok-kelok juga karena kabut  tebal sudah menutupi jalan,kami hanya bisa memandang tidak lebih dari dua  meter saja. Sepanjang jalan selepas pura ulun danu kami melihat para penjual strowberi yang berjejer di jalan (berasa kayak di bandung).

Kami memacu motor sangat pelan,karen badan yang sudah sangat lelah dan mata juga sudah mulai ngantuk. Dan sekitar pukul 19:30 kami sampai di denpasar,setelah mangantar monik ke kosanya. Saya balik ke kosan temen saya dan menutup hari ini dengan rasa lelah,tapi sangat puas....
Thank buat monik a.k.a si wanita super yang udah menemani perjalan yang melelahkan ini, dan  thank juga buat bang toni yang dah begitu baik memeberikan saya tumpangan di kosanya.