Rabu, 12 September 2012

Waspada , Aksi Pemerasan di Labuan Bajo



Tulisan ini tidak bermaksud menjelekkan citra labuan bajo atau pun membuat orang – orang yang akan ke labuan bajo mejadi takut atau was – was. Tulisan ini bertujuan agar kita lebih waspada dan lebih berhati-hati lagi saat mengunjungi wilayah manapun saat traveling. Ini cerita tentang pemerasan yang di alami teman saya di labuan bajo oleh oknum supir bis (mungkin tepatnya supir preman). Sore itu 2 orang teman yang berasal dari solo baru tiba di labuan bajo menggunakan kapal fery  dari pelabuhan sape, sumbawa. Sebenarnya tujuan  mereka adalah bajawa, namun karena sampai di labuan bajo sudah sore sehingga tak ada lagi bis yang ke bajawa. Mereka putuskan mengnginapa di salah satu penginapan murah di labuan bajo, namun sebelumnya mereka sempat bertemu dan mengobrol dengan orang yang bertanya tentang tujuan mereka saat di pelabuhan, teman saya pun di mintai no hp (entah apa tujuanya) dan inilah awal mula musibah itu terjadi.
***
Pagi – pagi sekali, teman saya sudah cek out dari penginapan dan menunggu bis yang akan menuju bajawa (bis gemini).  Saat bis sudah tiba, mereka  berdua menaiki bis itu. Saat bis gemini mulai melaju, tiba – tiba teman saya mendapat telpon dari orang yang meminta no hpnya kemarin sore. Si penelpon menayakan  posisi mereka, dan saat tau mereka sudah naik bis gemini. Si penelpon tiba –tiba jadi marah – marah. Si penelpon yang ternyata supir bis (preman yang sok – sokan jadi supir atau supir yang sok-sokan jadi preman) mengejar bis gemini dengan bisnya dan mencegatnya  bis gemini yang teman saya naiki. Teman saya di maki – maki di dalam bis dan di paksa turun untuk ikut bis dia(di sini sudah mulai terjadi keanehan, padahal teman saya itu tidak mempunyai janji untuk menggunakan bis supir itu). Mereka yang bingung dan tak ingin mencari masalah di tanah orang, ahirnya menurut saja ikut naik ke bis supir itu. Mereka naik mobil itu menuju ruteng ( supir menjanjikan akan mengangkut mereka sampai di bajawa , padahal bis itu bukan bis tujuan bajawa melainkan bis yang hanya memiliki trayek sampai  ruteng saja).
Sesampainya di terminal ruteng, teman saya minta di turunkan di sana karena melihat bis yang akan ke bajawa , namun supir tak mengijinkan mereka turun (padahal banyak penumpang lain yang turun saat itu). Sampai ahirnya mereka di turunkan di pusat kota ruteng (tempat mangkalnya mobil – mobil travel yang ke bajawa). Mereka di suruh bayar 400k / orang (gila mahal banget, padahal tarif normal labuan bajo – ruteng 40k/ orang jika  naik bis). Kedua teman saya tentu saja kaget dan menolak membayar begitu mahal, namun si supir tetap memaksa mereka (malah si supir ngajak berantem,kalau mereka tak membayar segitu), sampai ahirnya teman saya membayar 300k / orang dengan catatan mereka tak usah membayar lagi ongkos mobil travel  yang akan mereka tumpangi ke bajawa. Jadilah siang itu teman saya harus mengeluarkan uang 600k untuk supir itu. Semoga uangnya berkah dan semoga gak akan ada lagi orang – orang yang terkena pemerasan / penipuan seperti ini. Benar –benar sebuah pengalaman pertama yang tak menyenangkan buat mereka pada kunjungan pertama mereka di tanah flores.
Semoga setelah membaca tulisan ini kita jadi lebih berhati – hati lagi. Tapi jangan jadikan kejadian ini sebagai sebuah alasan kalian untuk takut mengunjungi tanah flores yang indah, karena kejahatan ada di mana - mana. Meskipun masyarakan flores memiliki garis wajah yang keras (terkesan galak dan sangar), tapi demi tuhan, mereka  adalah masyarakat yang paling ramah yang pernah saya temui selama saya traveling ke beberapa daerah di indonesia. Senyum mereka yang manis selalu menghiasi wajah mereka yang terkesan galak, dan saya pribadi sangat suka sama orang flores. Kalau saya ibaratkan buah, warga flores itu seperi buah durian. Penampilan luarnya begitu keras namun memiliki isi (hati) yang manis, ramah dan baik hati. Hehe
Senyum yang begitu tulus dan hangat dari warga kampung Bena, Bajawa
.


I love flores so much...


Berikut ini tips – tips agar kalian tidak mengalami kejadian seperti yang di alami teman saya,
1.            Jangan mudah percaya sama orang yang baru kita kenal, jangan mudah memberi informasi pribadi dan jika mereka  meminta  no hp, tanyakan untuk  tujuan apa mereka  meminta no hp.
2.            Saat mengunjungi suatu daerah baru, bersikaplah seolah – olah kalian sudah kenal dengan daerah itu. Jangan pernah pasang tampang bingung, karena bisa di pastikan kalian akan menjadi mangsa yang empuk untuk orang – orang yang tak bertanggung jawab (penjahat).
3.            Selalu tanyakan tarif angkutan terlebih dahulu sebelum naik. Ada baiknya kalian browsing dulu tentang tarif angkutan yang biasanya melayani trayek yang akan kalian tuju, atau bertanya pada pedagang (pemilik warung)
4.            Sebelum menuju suatu daerah, pastikan kalian sudah tau sedikit banyak tentang daerah yang akan kalian tuju (browsing di internet)
5.            Selalu berdoa, dan meminta perlindungan dari tuhan saat kalian berada di mana pun.
6.            Jangan ragu lagi menjelajahi indonesia, negri ini indah kawan.


Labuah Bajo, Indahnya Hari Pertama di Flores


Sinar mentari yang hangat menyambut kedatangan saya dan hendra di bandara Komodo, Labuan Bajo. Dari bandara, kami di jemput oleh pihak hotel yang akan kami tempati malam ini.
Golo Hilltop
Hari pertama  kami di labuhan bajo memang akan kami habiskan di hotel Golo Hilltop yang sudah di pesan hendra sebelumnya,harganya 450k / malam (harganya bikin saya mau muntah, untunglah semua di tanggung hendra, hahaha * thank bang hendra).Sesampainya di hotel, saya langsung menuju kamar setelah sebelumnya mengambil kunci di resepsionis. Hotel Golo Hilltop ini  berkonsep bungalow yang tersebar berundak ke atas bukit, semakin atas, harganya semakin mahal. Sesampainya di kamar, saya langsung terkesima dengan view dari depan balkon, ini sempurna sekali.  Laut lepas yang di hiasi gugusan pulau dan perbukitan tandus nampak begitu indah sore itu. Setelah menaruh tas, kami segera pergi ke kolam renang yang terletak di sebelah area resepsionis. Badan yang sudah sangat lelah, segera saya basuh dengan dinginnya air kolam renang. View dari kolam renang pun tak kalah indah, kolam ini menghadap langsung ke arah laut (tapi sayang kolamnya kecil).  Puas berenang, kami dududk – duduk manis di sebuah kursi malas di temani segelas teh jahe hangat dan semburat senja yang mempesona, oh nikmatnya dunia (meski Cuma untuk satu hari ini saja, hehehe. Soalnya 11 hari kedepan bakal jadi gembel --____-- ).
FYI : Dari bandara komodo, anda bisa menggunakan jasa ojek untuk menuju kawasan labuhan bajo, taripnya sekitar 5 – 10k. Penginapan murah berada dekat dengan area pelabuhan, saya akan membahas tentang penginapan murah nanti di postingan yang berikutnya.
Ah,,,Nikmatnya Dunia. :D
Beutiful Sunset

 
                                                                                              
***
Pukul 6 pagi , kami sudah siap meninggalkan hotel . Pagi ini kami akan melanjutkan perjalanan menuju bajawa. Ya beginilah sebuah perjalanan , kadang semua rencana bisa berubah dalam hitungan jam dari apa yang kita rencanakan sebelumnya. Jika mengikuti itinerary yang saya buat, seharusnya pagi  ini kami masih berleyeh –leyeh di hotel dan siang harinya kami  mengunjungi pulau kanawa , di lanjut dengan menyaksikan ke indahan pulau komodo. Namun semua rencana itu harus berubah dengan pertimbangan ke efektifan dan keefisiensian waktu dan uang. Dari hotel, kami berjalan kaki ke sebuah pertigaan yang menuju pelabuhan. Di sana kami akan menaiki bis yang menuju bajawa (bis gemini). Kami cukup lama menunggu bis yang akan ke bajawa, namun bis “gemini” yang kami tunggu tak kunjung ada, ahirnya kami putuskan untuk menaiki mobil bis  yang akan ke ruteng, untuk kemudian nanti kami pindah angkutan di ruteng menuju  bajawa. FYI : Bis yang saya maksud di sini adalah mini bis atau mungkin lebih menyerupai elf,tarif dari labuan bajo ke bajawa di patok 100k / orang.
Ruteng
Dari pertigaan jalan, kami menaiki bis yang menuju ruteng dengan tarif 40 k / orang (harga ini harga hasil menawar). Perjalanan menuju ruteng akan kami tempuh sekitar 4-5 jam perjalanan. Sepanjang jalan mata saya di suguhi pemandangan yang luar biasa cantik, savana kering, hutan yang lebat, jurang dan kelokan – kelokan jalan yang curam. Mobil yang kami tumpangi  sempat berhenti beberapa kali untuk bergiliran dengan mobil lain dari arah berlawanan untuk melewati jalan trans flores yang sedang di lakukan proyek pelebaran jalan. Udara dingin  menggantikan udara kering yang sebelumnya kami rasakan saat di labuan bajo, rupanya kami sudah hampir sampai di kota ruteng yang memiliki udara yang sejuk. 1 jam sebelum memasuki kota ruteng, mobil yang kami tumpangi memasuki desa cancar yang terkenal dengan sawah laba – labanya. Namun kami tak bisa turun dan menyaksikan keunikan sawah tersebut, kami hanya bisa mengintipnya di jendela mobil yang terus melaju. Di daerah ruteng terdapat banyak sekali lahan persawahan yang unik, selain sawah yang memiliki motip seperti sarang laba-laba, di sini juga  banyak sawah berundak seperti yang ada di tegalalang, Bali. Pukul 12 siang, kami sudah memasuki kota ruteng. Pak sopir menurunkan kami di pangkalan mobil travel yang akan ke bajawa (jika sudah siang tak ada lagi angkutan bis, jadi kita terpaksa harus menggunakan travel yang taripnya lebih mahal 10 – 20k). Begitu turun dari bis, sudah banyak sekali supir travel yang menawarkan jasanya. Sampai ahirnya kami memilih supir yang menawarkan harga yang paling murah, 60k / orang. Meskipun sudah sepakat soal harga, namun kami masih harus bersabar menunggu 2 – 3 penumpang lain, baru mobil akan berangkat. Setelah menunggu sekitar 1 jam, ahirnya mobil melaju meninggalkan kota ruteng dengan 3 orang tambahan penumpang lain, 1 orang warga ruteng dan 2 orang warga solo. Sepanjang jalan terjadi percakapan di antara kami, dan saya baru tau kalau 2 orang solo itu (jeje dan andro) akan mengunjungi teman kuliahnya yang berada di riung (tempat yang akan kami tuju setelah bajawa). Karena tujuan kami sama, ahirnya kami pun tukeran nomber HP dengan harapan kami bisa patungan untung sewa perahu nanti. Setelah tukeran no hp dan ngobrol panjang lebar,kami baru mengetahui kalau mereka baru saja mengalami musibah, mereka di peras oleh supir bis yang membawa mereka dari labuan bajo ke ruteng, cerita selengkapnya di sini. 
Danau Ranamese
Mobil terus melaju meliuk – liuk menyusuri jalanan yang di hiasi jurang dan tebing di kiri kanannya,pak sius (supir mobil travel yang kami tumpangi)  melambatkan laju mobilnya saat kami mulai mendekati danau Ranamese , tak hanya itu. Pak sius juga memberi kesempatan pada kami untuk melihat sebentar keindahan danau Ranamese dengan turun dari mobil dan berpoto dengan latar danau Ranamese (pak sius baik banget, mungki dia tau kalau kami memang turis *turis kere, hahaha. Ini no hp pak sius, sipa tau ada yang butuh 0821-4509-4013). Puas mengambil beberapa gambar, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kembali mobil meliuk –liuk di temani obrolan dan candaan hangat yang terlontar dari mulut pak sius. Jalanan ruteng yang berliku berubah menjadi jalanan datar pinggir pantai saat mobil yang kami tumpang memasuki daerah Aimere. Kali ini mobil berjalan menyusuri pantai aimere. Di sepanjang jalan juga ada lapak – lapak sederhana ibu – ibu penjual ikan  (fresh from the ocean neh, hehe), selain itu saya juga melihat botol – botol bekas air mineral yang berisi sofi (arak khas flores) di jual di pinggir jalan. Selepas aimere, mobil kembali melaju menyusuri jalanan menanjak yang berliku – liku, pemandangan di luar sana nampak begitu indah dengan latar laut yang memantulkan cahaya matahari senja. Saat mulai mendekati bajawa, kabut tipis menyelimuti lebatnya pepohonan. Kami semua di suguhi pemandangan puncak gunung inerie yang begitu bagus.
Gunung Inerie
Hari sudah gelap saat kami sampai di kota bajawa. Jeje dan andro turun di rumah pamannya niuk(teman kuliah mereka yang asli riung). Sementara kami minta di antarkan dan di turunkan di Bruderan sebuah Biara bernama ST. Yosef Bogenga. Malam ini kami memang akan menginap di sebuah bruder pelatihan Frater muda. Hendra lah yang punya ide untuk menginap di sini, karena ada temen dia yang pernah menginap di sini. Sebenarnya di bajawa ada kok beberapa penginapan yang terjangkau, tapi karena alasan HEMAT, kami memutuskan untuk menginap di Bruder,hehehe. Di sana kami di sambut oleh salah satu Frater, kebetulan saat kami datang ada kamar kosong, dan kami di persilahkan untuk menempati kamar ini. Setelah istirahat sebentar, kami ijin mau keluar untuk cari makan dan beli sim cart. Dengan bermodal sebuah motor milik biara yang di pinjamkan (jarak biara ke pusat keramaian bajawa cukup jauh) kami berdua menembus dinginnya malam di kota bajawa, jangan di tanya sedingin apa? Dingin banget pokoknya. Setelah mengisi perut di sebuah warung makan padang (padang lagi – padang lagi, padang ada di mana-mana, hidup padang --___-- ) dan membeli sim cart provaider yang berjaya di flores (Telkomsel), kami kembali ke biara dan menutup malam ini dengan beberapa biji selimut. Selamat malam,,,gak sabar buat besok, melihat ke indahan desa adat wogo dan bena.

Jakarta – Labuan Bajo , Perjalanan yang tak akan Terlupakan



Sekitar ahir bulan juli 2012 yang lalu, saat saya sedang sibuk menyusun itinerary  solo trip saya ke kalimantan selatan dan sulawesi selatan selama 1 minggu. Tiba – tiba saya  mendapat kabar yang bikin senyum saya begitu lebar,bahwa maskapai merpati  mengadakan promo 170k ke semua rute. Sebenarnya, tiket pesawat seharga 170k saya katagorikan ke dalam tarif pesawat  yang mahal untuk rute domestik yang bisa di jangkau oleh maskapai LCC (AirAsia/Citilink ). Tapi karena ini pesawat merpati, yang notabennya melayani rute – rute perintis di kawasan indonesia timur, jadi saya putuskan untuk mengambil promo ini. Setelah berdiskusi dengan seorang teman yang akan menjadi patner jalan saya, ahirnya kami putuskan untuk menyinggahi pulau impian saya, yaitu Flores. Singkat cerita,  Kami berhasil membooking 2 buat tiket pulang pergi jakarta – bali dan bali – labuan bajo untuk  tanggal 12-24 september 2012 dengan harga 680k / orang (harga yang super murah untuk menuju pulau flores dari jakarta, thank merpati).
***

Hari yang di nanti tiba, sore itu saya bergegas  pergi ke bandara soekarno hatta. Di sana, hendra bersama satu orang teman lainnya (dimas) sudah menunggu saya di terminal 3. Penerbangan kami sendiri di jadwalkan baru  besok subuh pukul  5:30. Kami memang senghaja datang ke bandara pada hari itu untuk menginap,agar  tak ke tinggalan pesawat yang berangkat subuh – subuh, hehe  (fyi, saya sudah menginap di bandara soekarno hatta  selam 3 x , termasuk yang sekarang).  Malam itu kami habiskan waktu di terminal 3, duduk - duduk manis di deretan kursi yang berada di depan pintu kedatangan dan kadang kami keluar masuk ke dalam terminal 3. Sekitar pukul 10 malam  terminal 3 sudah nampak semakin sepi, kami putuskan untuk meninggalkan terminal 3 dan berpindah ke terminal 2. Untuk menuju terminal 2 ,  kita cukup menumpang mobil shutlle bus yang beroprasi selama 24 jam di bandara soekarno hatta (bisnya warna kuning cerah). Sampai di terminal 2, kami segera mencari bangku – bangku kosong untuk segera kami jajah dan kami jadikan tempat tidur malam ini. Sebenarnya dimas tak ikut dalam penerbangan kali ini, tapi dia ikut menginap, katanya ingin merasakan gimana rasanya nginep di bandara, hehehe.
***
Pukul 3 pagi, saya terbangun mendengar suara raungan alaram hp yang saya pasang. Saya bergegas membersihkan diri di toilet, membangunkan hendra dan dimas, kemudian  masuk ke pintu keberangkatan, sementara dimas pulang ke rumahnya (thank dimas dah nemenin kami). Selesai cek in, kami berdua langsung menuju ruang tunggu. Tak terlalu lama menunggu, kami langsung boarding ke pesawat merpati yang akan membawa kami ke bali. Saat matahari belum nampak, saya sudah duduk manis di kursi pesawat dengan seat belt  yang sudah terpasang kencang. Pesawat merpati pun terbang mengangkasa membelah langit jakarta yang masih gelap pagi itu. Meski mata sangat mengantuk, tapi saya tak rela untuk melewatkan indahnya pulau jawa yang menyajikan puncak – puncak gunungnya yang agung sepanjang perjalanan yang begitu cerah pagi itu.







Bali..........pukul 8 pagi pesawat yang kami tumpangi mendarat mulus di bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Namun kami hanya transit saja di pulau dewata ini, sebelum ahirnya nanti pukul 13 siang kami akan melanjutkan perjalanan ke labuan bajo di pulau flores. Selesai urusan bagasi, kami keluar terminal kedatangan, celingak – celinguk bingung mau ngapain, kami pun melipir ke warung makan murah (thank hendra buat infonya) di bandara ini. Rumah makan murah ini berada tersembunyi di belakang KFC yang akan ke pintu keberangkatan. Harga perporsi nasi bungkusnya di hargai 5k -8 k saja (sangat murah bukan untuk ukuran makanan di bandara). Seporsi nasi goreng dan 2 buah gorengan berhasil mengganjal perut saya pagi itu. Selesai dengan urusan perut, kami berdua berjalan tanpa arah, mengunjungi setiap sudut bandara ini dan ahirnya ngemper leseha di lantai terminal keberangkatan internasional. Sekitar pukul 11 siang, kami kembali ke terminal domestik dan melakukan proses  cek in. Saat cek in ini saya tak lupa untuk memesan tempat duduk di no 13A, karena view dari sini adalah view terbaik  untuk menyaksikan keindahan deretan pulau – pulau cantik  sepanjang lombok – sumbawa – komodo – labuan bajo.
Siang itu ruang tunggu bandara sangat padat. Dan tepat pukul 13 , semu penumpang pesawat merpati tujuan labuan bajo yang 80 % diantaranya bule di persilahkan melakukan boarding. Sebenarnya perasaan saya sangat tak karuan saat itu, antara senang dan was-was.  Karena ini adalah kali pertama saya menumpangi pesawat kecil berbaling – baling (bukan baling – baling bambu doraemon tapi ya, hehe). Saat semua penumpang sudah masuk dan duduk di kursi mereka masing – masing, pesawat pun segera mengudara. Di tengah deru mesin pesawat yang berisik, saya terus kumat kamit baca doa (takut euy). Menggunakan pesawat kecil  berbaling – baling seperti ini sangat terasa sekali saat pesawat menambah ketinggian atau saat berbelok. Namun beberapa menit kemudian saya sudah terbiasa dengan pergerakan pesawat ini dan tak takut lagi. Sekarang saya malah sibuk dengan kamera saya, membidik setiap momen yang di lewati pesawat ini. Deretan pulau – pulai cantik di sepanjang lombok – sumbawa memanjakan mata saya siang itu.



Dan saat pesawat mendekati pulau komodo , pilot memberitahu semua penumpang, bahwa sebentar lagi pesawat ini akan melewati pulau komodo (saya sangat terkesan dengan pilot merpati yang sangat informatip ini, 2 jempol buat pilotnya).


 
Setelah menyaksikan keindahan pulau komodo , pemandangan yang tak kalah indah saya kembali saksikan saat pesawat mulai mendekati labuan bajo. Deretan pulau – pulau kecil di labuan bajo menambah keindahan perjalanan saya kali ini.

Pukul 3 sore, pesawat yang saya tumpangi mendarat mulus di bandara komodo,labuan bajo. Wah senang sekali rasanya bisa menginjakan kaki di tanah flores, dan dari sinilah petualangan akan kami mulai, horeeeee...........

Terimakasih buat allah swt yang sangat begitu baik mengijinkan saya berada di sana, dan terimakasih juga buat merpati atas promonya (semoga bakal sering – sering promo, Amin)

Sabtu, 01 September 2012

Rammang – Rammang : Keindahan di Balik Kesederhanaan



Pukul 3 subuh, mobil bis lita n co yang saya tumpangi  dari toraja berhenti tepat di depan kantor bupati pangkajene. Saya bergegas turun dengan keadaan setengah sadar, karna sedang terlelap tidur saya  kaget di bangunkan kondektur bis. Memang  ini kemauan saya, karena sebelum bis meniggalkan toraja saya sudah berkali – kali mengingatkan supir dan kondektur untuk menurunkan saya di kantor bupati pangkajene, karna di sini lah saya akan di jemput seorang teman. Dan tak terlalu lama menunggu, saya sudah di jemput anca (teman dari backpacker makassar) menuju rumahnya.
          ***
Dermaga
Setelah memejamkan mata untuk beberapa jam, pukul  7  pagi saya sudah bersiap pamitan sama keluarganya  anca , setelah sebelumnya sarapan terlebih dahulu.  Agenda hari ini adalah mengunjungi objek wisata yang berada di maros sebelum ahirnya nanti siang saya harus ke bandara dan melakukan perjalanan pulang ke jakarta. Di tengah kesempitan waktu yang saya miliki, saya memutuskan untuk mengunjungi Rammang – rammang, sebenarnya saya juga ingin sekali mengunjungi leang – leang dan bantimurung, tapi ya sudahlah . Setelah berpamitan, anca pun memacu motornya menyusuri jalan poros maros – makassar , sampai ahirnya kami bertemu sebuah pertigaan yang mengarah ke pabrik semen bosowa. Kami mengikuti jalan itu sampai ahirnya kami tiba  di sebuah jembatan yang di bawahnya terdapat anak sungai yang akan membawa kami ke rammang – rammang. Motor kami simpan di pinggir jalan, kami turun ke sungai yang memiliki sebuah dermaga kecil tempat menaik turunkan orang – orang yang ingin melihat keunikan rammang – rammang.
Beberapa lama menunggu perahu yang akan kami gunakan tak kunjung datang, kami putuskan untuk melihat – lihat taman batu terlebih dahulu yang jaraknya tak terlalu jauh dari sini. kami kembali menaiki motor, memutar arah dan memacunya menuju taman batu. Tak lebih dari 15 menit, kami sampai di kompleks taman batu. Dengan mata yang terbelalak, saya tak percaya ada begitu banyak batu – batu karts berwarna hitam beraneka bentuk dan ukuran  bermunculan di tengah area persawahan. Batu – batu ini memiliki lekukan – lekukan  yang relatif sama, lekukan – lekukan ini seperti hasil  kikisan  air. Tak heran banyak pakar yang berpendapat kalau dulunya daerah ini tergenang air . Beruntung  saya berkunjung ke sini saat musim kemarau, jadi persawahan di sini sedang tidak di tanami padi sehingga saya bebas berjalan – jalan di area pesawahan tanpa harus berjalan di pematang sawah. Seolah terpana akan keindahan ini, saya terus berjalan mengelilingi berbagai batu – batu yang beraneka bentuk ini sembari berdecak kagum akan keindahan yang tuhan ciptakan ini. Entah kenapa saya begitu suka sekali dengan tempat ini. Namun karena matahari semakin meninggi dan rasa panas yang semakin menyengat, kami berdua putuskan meninggalkan tempat ini dan kembali ke dermaga rammang – rammang. Sebenarnya buat saya pribadi, panasnya matahari pagi itu bukanlah sebuah masalah besar untuk mengelilingi keindahan setiap sudut tempat ini. Tapi yang jadi masalah adalah sempitnya waktu yang saya miliki dan rammang – rammang yang sudah menunggu. Pokoknya suatu saat nanti saya akan ke sini lagi dan menyusuri semua batuan yang ada di sini sampai tak ada satu batu pun yang terlewatkan oleh pandangan saya.
Taman Batu
Sesampainya di dermaga rammang – rammang , kami sudah di tunggu oleh pak haris, pemilik perahu yang akan kami gunakan untuk mengunjungi rammang – rammang. Rammang – rammang sendiri  adalah nama sebuah perkampungan kecil yang di kelilingi perbukitan karts . Kampung ini seolah terisolasi dari dunia, karena untuk menuju kampung ini kita harus menyusuri sungai menggunakan sampan, tak ada jalan darat menuju sana. Kampung ini juga  hanya di huni 18 orang saja dan mereka semua adalah satu keluarga besar, Pak haris merupakan salah satu warganya.  Di ramang – ramang juga tak ada aliran listrik , jadi bisa di bayangkan indahnya malam di sini dengan jutaan bintang yang nampak jelas menghiasi langit malam. Di balik semua keterbatasan dan kesederhanaannya, rammang – rammang menyimpan pesona yang menawan bagi siapapun yang melihatnya.
Perjalanan Menuju Rammang - Rammang
Setelah duduk manis di perahu pak haris, kami mulai menyusuri sungai menuju ramang – ramang. Ini adalah pengalaman pertama saya menaiki perahu kecil, jadi perahu sering tak stabil karena gerakan – gerakan saya yang mendadak *cukup bikin dekdekan memang, hehehe. Sepanjang aliran sungai, kita akan di suguhi dengan rimbunnya tanaman sejenis palem yang biasa tumbuh di rawa - rawa, kita juga akan menjumpai tebing – tebing tinggi yang begitu angkuh berdiri tegak di antara aliran sungai. Tak hanya itu saja, kita juga akan memasuki sebuah celah batuan karts sebelum ahirnya sampai di ramang – ramang. Sesampainya di rammang – rammang, saya di sambut pematang jalan kecil di antara kolam – kolam ikan milik warga di sini. Dari kejauhan saya melihat beberapa bangunan rumah panggung yang berlatar tebing kars yang menjulang tinggi. Kampung ini memang benar –benar di kelilingi oleh tebing – tebing kars yang seolah memagari kampung ini dari dunia luar, dan sungai yang kami lalui lah satu – satunya gerbang untuk keluar dan masuk kampung ini. Perasaan damai segera saya rasakan saat mengelilingi tempat ini, ingin rasanya menghabiskan waktu 1 minggu berdiam diri di kampung ini , mengikuti semua kegiatan warga di sini dan membaur menjadi satu. Mayoritas warga di sini hidup sebagai petani, sementara mengantar wisatawan menggunakan perahu yang mereka miliki menjadi sebuah mata pencarian sampingan yang insya allah akan membantu perekonomian mereka. Oh ya, harga sewa perahu yang saya tumpangi ini  100k , sementara perahu yang agak besar di hargai sekitar 150k, silahkan hubungi pak haris jika ingin menggunakan perahunya di no ini : 081241029609.  Saya begitu asik menatap tebing – tebing di sini, di selingi obrolan hangat dengan pak haris dan penjelasanya tentang goa – goa yang terdapat di beberapa tebing di situ.




Waktu terasa berjalan sangat cepat, saat saya masing ingin menikmati keindahan rammang – rammang, saya di paksa untuk mengahiri kunjungan saya di sini oleh jadwal pesawat yang akan saya tumpangi. Dengan berat hati saya harus meninggalkan tempat yang sangat damai ini, dalam hati saya berjanji untuk mengunjungi tempat ini lagi dan menyempatkan diri untuk menginap di sini seperti yang pernah anca lakukan bersama teman – temannya. Pak haris kembali menyalakan mesin kapalnya dan kami di antar kembali ke tempat awal kami naik; dermaga rammang – rammang. Anca memacu motornya menuju jalan poros maros – makassar. Sesampainya di jalan poros, saya berpamitan pada anca, karena anca akan pulang ke rumahnya, sementara saya akan menuju bandara, terimakasih buat anca yang menyempatkan diri mengantar saya keliling rammang – rammang dan taman batu. Dari jalan poros saya menumpangi  angkot yang akan menuju makassar (terminal daya), namun saya turun tepat di sebuah perempatan jalan yang menuju bandara. Di jalan yang menuju bandara, saya menaiki shutlle bus gratis yang di sediakan pihak bandara menuju bandara sultan hassanudin makssar. Dan tepat pukul 2 siang,  saya pun mengangkasa meninggalkan pulau sulawesi yang menyimpan sejuta pesona dan keindahan yang membekas di benak saya. Semoga kelak bisa menginjakan kaki kembali di pulau ini, Amin.