Sabtu, 17 Agustus 2013

Menengok Peninggalan Sejarah di Karawang




Berawal dari perasaan  bersalah karena tidak bisa menjawab pertanyaan dari orang – orang yang saya temui saat melakukan perjalanan ke beberapa daerah , tentang objek wisata di Karawang . Munculah keinginan untuk sedikit menjelajah  objek wisata di kota kelahiran saya ini (entah kenapa saya selalu malas untuk jalan – jalan ke objek wisata di kota ini) .  Karawang yang berjuluk kota padi atau sekarang di sebut dengan kota pangkal perjuangan , memang memiliki  beberapa objek wisata alam dan objek wisata sejarah , mulai dari curug cantik di selatan karawang , sampai objek wisata sejarah yang berkaitan erat dengan kemerdekaan negara republik indonesia , seperti  peristiwa “penculikan”  Soekarno Hatta  ke Rengas Dengklok dan Peristiwa pembantaian warga sipil di Rawa Gede , ada juga wisata candi peninggalan Kerajaan Tarumanegara di daerah Batujaya. Nah berhubung saya sudah mondar mandir ke objek wisata alam yang ada di karawang (objek wisata ini gak pernah bikin bosen, karena saya  suka objek wisata alam), kali ini saya akan menjelajah objek wisata peninggalan sejarah di kota karawang. 


Pagi itu, setelah mengatur janji dengan cewek paling gila sekarawang; Kartika sari  ( ini cewe gila yang pernah motoran Karawang – Sawarna, Karawang – ciwidey  dan destinasi lainya pake motor, saya aja pasti gak sanggup naik motor sejauh itu, hahaha. Gokil kan ni cewe) . Kami berangkat memulai penjelajahan. Tujuan pertama kami adalah Monumen Rawa Gede, dari tempat janjian Kami arahkan laju motor kami ke daerah Rawamerta, karena objek wisata ini ada di kecamatan Rawamerta. Kami hanya memerlukan waktu sekitar 25 menit untuk sampai di objek wisata ini (kalau dari rumah saya, jaraknya hanya 15 menit saja). Sesampainya di sana, kami harus membayar tiket masuk seharga 2k / orang.  Objek wisata Monumen Rawa Gede ini di bangun untuk memperingati  peristiwa pembantaian masyarakat sipil oleh tentara belanda. Buat yang suka sama pelajaran sejarah Indonesia pasti tahu dengan jelas peristiwa itu. Monumen ini di bangun seperti piramida (sekilas mirip seperti monumen jogja kembali dengan ukuran lebih kecil). 

Di komplek monumen ini terdapat puluhan kuburan warga sipil yang menjadi korban pembantaian belanda. Bangunan monumen ini memiliki 2 lantai dan di sisi dinding luarnya di hiasi relif perjuangan warga Rawa Gede. Di lantai dasar ada diorama peristiwa pembantaian warga sipil oleh Belanda, sementara di lantai atas terdapat patung seorang perempuan  yang  memangku tubuh anak dan suaminya  yang tewas akibat peristiwa ini, sementara di belakang patung ini ada puisi terkenal milik Chairil Anwar (Antara Karawang Bekasi).  Tempat ini cukup sepi, pagi itu hanya ada kami dan beberapa wisatawan lain. Cukup lama kami di sini, menyusuri setiap sudut tempat ini dan mengamati relif-relif yang menghiasi bangunan ini sebelum ahirnya kami melanjutkan perjalanan menuju Destinasi berikutnya.
Destinasi berikutnya adalah rumah tempat penculikan Soekarno Hatta dan monumen kebulatan tekad yang ada di Rengas Dengklok. Dari monumen Rawa Gede, kami arahkan motor menuju Rengas Dengklok. Sesampainya di pasar Dengklok, kami mengambil arah ke kiri mengikuti jalan kecil sampai ahirnya kami tiba di depan monumen kebulatan tekad (jalan kecil ini persisi di sebelah mesjid sebelum pasar dengklok). Dari Rawamerta, kami memerlukan waktu sekitar 35 menit untuk sampai di sana.  Monumen kebulatan tekad ini di buat untuk mengenang peristiwa Rengas Dengklok, yaitu peristiwa “penculikan” Soekarno dan Hatta, dimana pada peristiwa tersebut telah terjadi kesepakatan untuk memproklamirkan Kemerdekaan RI dengan secepatnya. Di sini sekarang terdapat 2 buah Monumen kebulatan tekat, satu buah monumen lama dan satu lagi monumen baru yang belum selesai pengerjaannya.


Monumen Kebulatan Tekad Baru

Monumen Kebulatan Tekad Lama

Setiap wisatawan yang berkunjung ke Monumen kebulatan tekad (khususnya yang lama) di haruskan mengisi buku tamu dan mebayar sumbangan suka rela. Dulunya Monumen kebulatan tekad ini adalah rumah tempat “penculikan”  Soekarno Hatta, namun setelah terjadi  musibah banjir besar sungai citarum, rumah itu rusak dan di pindahkan ke tempat yang lebih aman.  Di monumen ini terdapat relif yang menggambarkan proses pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno Hatta.

Rumah tempat “penculikan”  Soekarno Hatta


Tak jauh dari sana,  sekitar 500 meter terdapat rumah bekas “penculikan”  Soekarno Hatta yang sudah di pindahkan. Di sana kami bertemu dengan anak dan cucuk pemilik rumah. Bangunan rumah ini masih di pertahankan bentuk aslinya yang bergaya betawi dan  di dominasi warna putih dan hijau. Di rumah ini terdapat tiga ruangan yang bisa di lihat (sementara ruangan yang lain di pergunakan oleh pemilik rumah).  Tiga ruangan itu terdiri dari dua buah kamar bekas Soekarno dan Hatta, semetara satu ruangan lagi adalah ruang tamu. Di kamar yang menjadi bekas  Soekarno dan Hatta masih di pertahankan bentuk aslinya, sementara di ruang tamu ini terdapat Foto – foto Soekarno dan Hatta serta pemilik rumah yang bernama Djiaw Kie Siong.  

Ruang Tamu




Ah rasanya malu sekali, bertahun- tahun tinggal di kota ini tapi baru sekarang berkunjung ke tempat – tempat ini. semoga kedepanya bisa mengexslpor dan menulis lebih banyak lagi tentang objek wisata di kota ini. J

19 komentar:

  1. Wah, baru tau ada ini di Karawang..hehe..thanks for sharing

    BalasHapus
  2. Ah, sepertinya kak tesya kurang menyukai pelajaran sejarah saat SD y :p

    BalasHapus
  3. Nahh kann..daerah sendiri lebih asyik untuk ditelusuri loh :)
    Semangat nulis kaka... Ditunggu posting berikutnya *wink

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi...makasih ya kak buat semangat y.. ;D

      Gak suka sejarah jd gak gitu suka, tp pengen tau aja.. hahaha

      Hapus
  4. selalu ada yang bisa dieksplor dari kota sendiri memang ya...TFS

    BalasHapus
  5. perempuan gilanya terlihat sangat tangguh hahahah anyway thanks for sharing ;)

    BalasHapus
  6. Hahaha, iya ini cewe emng tagguh bgt :D , selalu ngajakin ke mana-mana motoran.
    Makasih dah mampir :)

    BalasHapus
  7. kalau aku, setiap denger kata 'Karawang' yang terlintas hanya 2 hal: Goyang Karawang & Puisi Karawang-Bekasi nya Chairil Anwar yang perih banget... nice sharing kakak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, rata2 orang yang aku temuin juga selalu ingatnya itu...
      makasih kakak dah mampir.

      Hapus
  8. saya belum pernah lo ke karawang, tapi setidaknya dengan ngebaca ini, bisa melihat tenpat-tempat yang suatu hari semoga bisa saya datangi

    makasih sudah berbagi :)

    BalasHapus
  9. setelah terbang, jalan, n nyeberang kesana-kesini, akhirnya baru nulis 'tanah' sendiri :D

    BalasHapus
  10. gurih2 nyoy..karawang memang kota kebanggaanku karna ku orang karawang.
    hehehe

    BalasHapus
  11. CIBUAYA KARAWANG , JUGA PUNYA SEJARAH. CANDI LLEMAH DUHUR

    BalasHapus
  12. Mun urang karawang kawas kieu.....resep jigana ieu mah kumaha..ngaku urang karawang..tong boro ka sejarahna ka bahasana jigana hoream make basa karawanh

    BalasHapus
  13. History doesn't repeat itself, but it does rhyme. - Mark Twain -

    BalasHapus
  14. Desa jaya makmur.
    Kecamatan jaya kerta.
    kabupaten karawang....

    BalasHapus