Jumat, 18 November 2011

Pesona pulau dewata part 2 ( kintamani dan pura ulun danu )


Hari sudah beranjak siang saat saya  dan monik meninggalkan pura besakih, kami arahkan motor ke arah  barat laut  mengikuti petunjuk arah yang tertera di google maps. Tujuan kami berikutnya dalah kintamani dan bedugul.  Perjalanan ke kintamani,  kami masih di temani  hujan rintik,kadang hujan lebat, dan kadang di beberapa tempat tidak terjadi hujan sama sekali. Hal ini membuat kami  tetap mengenakan jas hujan sepanjang perjalanan (kadang berasa kayak orang gila, pake jas hujan di tempat yang panas,haha), tapi tak apalah karena  kami males harus buka pakai jas hujan.
Perjalanan ke kintamanai sama seperti perjalanan ke besakih,penuh dengan tanjakan dan tikungan tajam. Dan  begitu  memasuki wilayah kintamani,sisi kiri dan kanan jalan berubah menjadi pohon-pohon pinus  tua yang di penuhi lumut dan tumbuhan paku. Udara dingin menyeruak menembus jas hujan yang masih kami kenakan. Samar-samar kami melihat gunung batur di balik rimbunya pepohona.
danau batur
Sesampainya di penelokan,kami  langsung memarkirkan motor di pinggir jalan(di sini gak ada tempat parkir/mungkin saya yang gak tahu,jadi motor di parkir di sepanjang jalan dan free alias gratis). Di hadapan kami sekarang berdiri gagah gunung batur yang indah.  Saya langsung jatuh cinta dengan tempat ini, dan menganggap ini adalah tempat terindah yang wajib di kunjungui jika bertandang ke bali. Bagai mana tidak,mata ini begitu di manjakan dengan pemandangan yang luar biasa cantik, gunung batur yang gagah,danau batur yang cantik dengan airnya yang  berwarna biru ke hijauan,dan rindangnya tebing-tebing yang mengelilingi danau batur. Suasana  ini mirip seperti gunung rinjani dengan segara anak-nya*sok tau padahal belum ke rinjani ( andai ke puncak rinjani bisa naik motor kayak gini,pasti sudah saya lakukan dari dulu,hehe).
view dari penelokan
Warung-warung makan yang berjejer di pinggir tebing,menyuguhkan nuansa yang sangat romantis (kalo bawa pacar ke sini dan makan di sini di jamin bakal berkesan banget dah,hehe). Cukup lama kami menikmati  suguhan indah dari alam kintamani ini, sampai ahirnya kami sadar bahwa bedugul dengan pura ulun danunya sedang menunggu kami.
Setelah di rasa puas, kami arahkan kembali motor ke arah utara, jalan yang menuju singaraja.  Namun baru  beberapa ratus meter kami  meninggalkan penelokan,saya bertemu dengan bangunan yang saya cari-cari selama di bali. Mesjid,ya bangunan ini lah yang saya cari-cari selama di bali,karena susah sekali menemukan masjid di denpasar,ini adalah masjid ke 2 yang saya lihat (masjid yang satu lagi saya temukan berada di kawasan pantai sanur). Setelah melaksanakan solat duhur dengan air wudhu yang super dingin,kami lanjutkan kembali perjalanan kami.
view dari penelokan
 Kabut mulai turun saat kami meninngalkan kintamani. Sepanjang perjalanan selepas penelokan,kami di sambut lagi dengan hutan pinus dengan pohonnya yang sudah tua dan di hiasi aneka tumbuhan lumut.  Kabut tipis mulai menghalangi  pandangan kami, udara jadi semakin dingin. Di sebelah kanan kami, sekarang berubah menjadi sebuah jurang yang di selimuti kabut tebal,kami seperti mengendarai motor di atas awan. Jalanan yang berliku-liku serta turunan-turunan tajam menemani perjalanan kami,dan sampailah kami di sebuah pertigaan(kami sama sekali buta arah dan gak tau jalan,kami hanya mengikuti arah yang tertera di google maps), kami mengambil arah kiri sesuai petunjuk google maps(jalan ke arah kanan  merupakan jalan ke singaraja,bisa langsung tembus ke lovina). Selepas pertigaan,suasana di sisi jalan berubah. Dari hutan pinus, menjadi perkebunan sayar-sayuran. Jalanan ini sangat sepi karena tidak ada lalu lalang kendaraan di sini,jalanan pun bisa di bilan cukup sempit hanya cukup untuk satu mobil saja. Susana di sini mengingatkan saya pada sebuah perjalanan yang lalu(perjalanan dari probolinggu menuju cemorolawang),dari mulai jalan,view, sampai suasanan pun mirip perjalanan ke cemorolawang. Turunan dan tanjakan membelah perbukitan yang di tumbuhi sayur-sayuran,sejauh mata memandang kami  di suguhi pemandangan yang luar biasa cantik.
Selang beberapa puluh menit  perkebunan sayur berubah menjadi hamparan perkebunan jeruk, dan jeruk-jeruk di sini sedang berbuah lebat dan sudah banyak yang masak(jeruk di sini berukuran sangat kecil dan  merupakan jenis jeruk yang biasnya banyak saat ada perayaan imlek). Perkebunan jeruk kadang berganti dengan perkebunan kopi,terong belanda dan alpukat(dan semuanya sedang berbuah).
Di sepanjang jalan ada juga gubuk-gubuk kecil yang menjajakan aneka buah-buahan.
Kami tetap melaju mengikuti jalan ini,sampi ahirnya kami sampai di sebuah bangunan yang menbuat kami teheran-heran. Jembatan,kami menemukan jembatan beton yang besar dan kokoh yang menghubungkan dua buah bukit. Bangunan ini begitu kontras di tengah hijaunya pepohonan dan hutan di bawahnya. Kami merasa sangat beruntung bertemu jembatan ini,tanpa basa basi kami langsung berpoto ria di jembatan itu. Jembatan ini juga sepertinya menjadi sebuah objek wisata,karena banyak orang yang nongkrong dan berpoto di atas jembatan ini serta banyak juga penjual makan di pinggir jembatan. Yang menarik dari jembatan ini ialah,selain menghubungkan dua buah bukit,jembatai ini juga tidak menyebrangi sungai,melainkan menyebrangi hutan. Saya sama sekali tidak melihat adanya sungai di bawah jembatan ini,saya hanya melihat hutan lebat di bawah jembatan ini, entah saya yang tidak melihat atau itu memang benar.
Selepas jembatan,susana jalan berubah bergantian dari mulai pemukiman warga,hutan,sawah,dan kebun. Jalan aspal semakin jelek,sehingga saya harus bergantian turun saat menghadapi tanjakan atau turunan yang cukup tajam. Sampai ahirnya kami bertemu dengan jalan besar yang mulus(alhamdulilah),dan ini adalah jalanan umum yang biasa di gunakan untuk menuju objek wisata bedugul dari arah denpasar.
Setelah menenpuh perjalanan selama 2,5 jam dari kintamani,ahirnya kami sampai di pura ulun danu di danau baratan. Saat kami memarkirkan spedamotor yang kami tumpangi, kami agak kaget dengan lengangnya susanan di sini, di tempat parkir hanya ada satu motor saja dan bis-bis wisata sudah siap-siap akan meningalkan parkiran. Rupanya memang sudah sore,waktu itu jam menunjukan pukul 15:30 dan susana di sini juga sudah sangat dingin dengan kabut tipis yang mulai turun.
taman yang ada di sini
Setelah membayar tiket masuk sebesar 10 k buat berdua(sebenarnya harga resminya 10k/orang,mungkin karena kami datang sudah sore dan dengan tampilan kucel juga,makanya Cuma di minta bayaran 10k untuk 2 orang),kami memasuki kawasan pura ulun danu,taman yang indah dengan aneka bunga dan pohon-pohon yang menjulang tinggi menyambut kami. Kami berjalan di jalanan yang sudah tertata rapi,di sini juga ada sebuah bangunan semacam pendopo. Kami bergesa berjalan ke icone objek wisata ini(pura ulun danu). Pura ulun danu sendiri adalah sebuah pura yang di bangun di pinggir danau baratan namun letaknya berpisah dari daratan utama dan di hubungkan oleh sebuah jembatan bambu kecil (gambar pura ulun danu bisa di lihat pada uang 50rb yang berwarna biru).
 
 Namun sayang, saat kami ke sana danau baratanya sedang surut, jadinya pura ulun danu tidak di kelilingi air danau. Tapi hal ini tak sedikit pun mengurangi ke indahan pura ini. udara yang sangat dingin membuat saya tidak begitu betah di sini,suasanaya lebih dingi dari kintamani,namun monik kayaknya betah banget di sini.


 danaunya kering


Kita berkeliling menikmati pura ini dari bebagai sudut, sampaia kami memutuskan untuk duduk-duduk di pingir danau yang sudah kering. Kami sama sekali tidak bisa melihat danau dan pemandangan lain  yang mengelilingi danau,karena kabut menutupi pandangan kami. Saat hari semakin sore dan kabut semakin tebal,terdengar suara petugas dari sebuah pengeras suara yang meminta wisatawan menjauh dari pinggir danau.  Kami ahirnya mengelilingi  taman yang ada di sini.
Selain taman, di sini juga terdapat beberapa hewan yang di pelihara di kandang,kami sempat mampir ke kandang rusa.
Setelah dirasa cukup puas menikmati pura ulun danu di tambah lagi perut yang sudah sangat keroncongan,kami mampir di sebuah rumah makan yang banyak terdapat di sebrang jalan. Seporsi nasi goreng dan teh manis hangat ludes seketika dan berpidah ke perut saya,hehe. Sebenarnya masih ada satu lagi objek wisata yang akan kami kunjungi,kami sebenarnya akan menutup  hari melihat senja di tanah lot. Tapi karena badan yang sudah sangat lelah dan waktu yang tidak memungkinkan,kami pun membatalkan kunjungan ke tanah lot . Sekitar pukul 17 kami putuskan untuk kembali ke denpasar,sekarang kami melewati jalan lebar dan mulus. Namu kami di paksa harus lebih wapada,karena selain jalan yang berkelok-kelok juga karena kabut  tebal sudah menutupi jalan,kami hanya bisa memandang tidak lebih dari dua  meter saja. Sepanjang jalan selepas pura ulun danu kami melihat para penjual strowberi yang berjejer di jalan (berasa kayak di bandung).

Kami memacu motor sangat pelan,karen badan yang sudah sangat lelah dan mata juga sudah mulai ngantuk. Dan sekitar pukul 19:30 kami sampai di denpasar,setelah mangantar monik ke kosanya. Saya balik ke kosan temen saya dan menutup hari ini dengan rasa lelah,tapi sangat puas....
Thank buat monik a.k.a si wanita super yang udah menemani perjalan yang melelahkan ini, dan  thank juga buat bang toni yang dah begitu baik memeberikan saya tumpangan di kosanya.

2 komentar:

  1. salah satu tempat yang paling saya kangeni di bali ya kintamani.. pemandangannya luar biasa bagus.. sayangnya pedagang disana pada maksa.. gilaaa.. nggak sekalian ke trunyan mas?

    BalasHapus
  2. tadinya mau ke trunyan mas, tapi berhubung uang n waktu yang sudah menipis jd di batalkan,,heheh
    wah kalo ke saya pedagangnya gak pada maksa mas,malah kayaknya ogah nawarin barang dagangannya ke saya(mungkin lihat penampilan saya kayak gembel x,hahah)

    BalasHapus