Selasa, 08 November 2011

Surga di selatan pulau lombok



Setelah kemarin puas seharian menikmati pantai senggigi , hari ini rencana saya akan mengexsplor pantai-pantai lombok  bagian selatan. Tepat pukul 8 saya arahkan motor menuju pantai kuta,kali ini saya tidak sendiri karena saya bersama teman yang jadi host saya selama di lombok. Perjalana ke pantai kuta sangan sepi dan tentu saja minim petunjung jalan(sayang sekali padahal pantainya sangat indah), walau begitu jalana sangat mulus. Kita melewati bandara lombok yang baru saja di resmikan dan melewati desa wisata suku sasak sade. Namun kami  tidak sempat mampir,karen pikir ku akan ke sana saat pulang dari kuta nanti. Namun saat pulang kita malah melewati jalur yang berbeda.  
kuta,lombok
 
Begitu sampai di pantai kuta tak ada kata-kata yang mampu menggambarkan keindahan pantai ini,pasir merica,birunya laut,langin cerah barwarna biru,riak ombak yang tenang,semilir angin yang lembut,serta bukit-bukit gersang membuat susana begitu damai, ahh ini surga. Pantai ini masih sangat sepi,hanya sedikit  sekali wisatawan,padahal ini ada pantai terindah yang pernah saya lihat sampai saat ini. Namun ke indahan  ini sedikit terganggu dengan banyaknya anak-anak penjaja sovenir yang terus membuntuti saya dan para wisatawan lain,menawarkan dengan cara sedikit memaksa agar saya  membeli gelang yang mereka jual. Sebenarnya mereka baik,asal kita menyikapi merek dengan becandaan saja.  Pantai ini pun nampak kotor oleh berbagai alga laut yang terbawa ombak dan terdampar di sepanjang pantai,tapi hal ini sama sekali tidak membuat pantai ini terlihat jelek.
pasir merica

Cukup lama saya berdiam menikmati ciptaan tuhan yang indah ini,namun masih banyak tempat yang harus kami singgahi, jadi kami kembali arahkan motor ke arah timur. Pantai seger,ya itulah nama pantai ke dua yang akan kami datangi. Namun sebelum sampai di pantai itu,kita mampir dulu di sebuah buki karang yang menjorok ke laut. Letaknya persis di sebelah hotel bintang lima yang paling besar di daerah  kuta. Kami memarkir motor tepat di sebuah jembatan kayu(karena motor tidak bisa di menyebrang ke jembatan kayu ini,selain jembatanya sudah rapuh juga karen di mulut jembatan sengghaja di buat tangga agar tidak di lewati kendaraan)yang sepertinya jembatan ini senghaja di buat oleh pengelola hotel.
view dari atas jembatan

Saya berjalan melewati  jembatan menuju  sebuah bukit yang menjorok ke arah lautan,pemandangan di sini sangat menakjubkan. Lagi-lagi saya di buat terpukau oleh ciptaan tuhan,ombak yang menderu memecah karang dan angin sepoi-sepoi menemani kami menikmati alam yang indah ini. Bukit ini pun  menghubungkan pantai kuta dan pantai seger,pantai seger pun tak kalah indah dengan pantai kuta. Masih dengan pasir putinya yang menyilaukan mata dan tentu saja dengan tradisi masyarakat setempat yang sudah terkenal. Beu nyale,ya  itulah nama tradisi ini,dimana di ahir february  atau sekitar  awal maret akan terdapat jutaan cacing laut yang muncul di sekitaran pantai dan di ambil oleh warga untuk kemudian di masak dan di konsumsi.
batu karang kotak (sebelah kana)
Dari pantai seger kami arahkan motor ke timur lagi,sampilah kami di tanjung aan , pantai yang melengkung seolah berbentuk seperti teluk dan tepat di tengahnya terdapat batu karang  kotak(batu kotak ini menjadi lokasi syutingnya video clip hipnotis-IDP).  Saya menyempatkan diri untuk menjejakan kaki di atas batu itu,kembali saya di suguhkan pemandangan yang luar biasa indah.  Di pantai ini saya sempat mengambil beberapa genggam pasir merica untuk oleh-oleh,hehe. Setelah puas menikmati pantai ini,kita mengarahkan lagi motor ke arah timur.
view dari atas batu kotak
Jalanan aspal yang jelek berubah menjadi jalanan tanah, sepertinya ini bukan menuju objek wisata. Namun rasa penasaran kami tetap menuntun kami melajukan kendaraan menembus perkebunan kelapa. Sampailah kami  di sebuah tanjakan  curam,tepat di puncak tanjakan kami memarkirkan motor dan berjalan ke atas bukit yang di penuhi semak kering. Begitu mencapai puncak bukit mata saya di buat melotot dengan pemandangan di sini. Tepat di atas bukit ini,saya bisa leluasa memandnag ke semua arah, pantai kuat,tanjung aan,dan pantai seger nampak terlihat di atas sini. Saya terpaku beberapa saat melihat keindahan panorama di sini,namun teriknya matahari di siang bolong begini memaksa saya meninggalkan tempat ini dan kembali ke motor yang kami parkir.
view dari atas bukit

Begitu menuruni tanjakan,kami di sambut lagi oleh pantai pasir putih. Dalam hati tak henti-hentinya saya  bersukur karena tuhan begitu baik mengijinkan saya melihat dan menikmati pantai-pantai indah ciptaannya.
Kami tidak terlalu lama bermain-main di pantai ini,karena sudah lewat tengah  hari dan masih banyak tempat yang akan kami kunjungi. Dari pantai ini,kami arahkan motor ke barat,kembali melewati tanjung aan,pantai seger dan pantai kuta. Di area pantai kuta kami sempat bertanya tentang lokasi pantai mawun ke pada salah satu pemilik warung pinggir jalan. Menurut penjaga warung,kita hanya perlu melewati jalan lurus ke arah barat.

orang gila,hehe
Sekitar 500m setelah pantai kuta ke arah barat,kami di suguhi tanjakan tajam. Sebenarnya tanjakan bukanlah masalah bagi kami,namu yang jadi masalah buat kami adalah jalanan yang rusak parah, sehingga saya harus beberapa kali turun dari motor untuk menaklukan tanjakan. Perjalanan ke pantai mawun di dominasi oleh tanjakan dan turunan tajam, serta barisan perbukitan gersang di kanan kiri jalan. Setelah menenpuh perjalanan kurang lebih 1 jam,melewati berbagai kondisi jalan yang rusak serta tanjakan dan turunan curam, kami sampai juga  di pantai mawun.
pantai mawun
Pantai mawun tak kalah indah di banding pantai-pantai sebelumnya,pantai ini terletak di sebuah teluk kecil. Pantai mawun juga tak kalah sepi dengan pantai kuta dan tanjung aan. Malah di sini tidak ada pedagang makana,saya hanya melihat penjual kain khas lombok yang sedang menawarkan daganganya pada 2 orang bule yang lagi berjemur di sana. Ada yang unik di pantai ini,karena  tepat di tepi pantai  terdapat satu pohon besar berdaun rindang dan terdapat juga sebuah gasebo yang cukup besar. Pantai maun nampak tidak terurus,hal ini dapat terlihat dari kosongnya tempat penjualan tiket masuk dan toilet umum yang sudah sangat kotor, serta coretan khas orang indonesia menghiasi sudut bangunan toilet.
Dari pantai mawun kami kembali arahkan motor ke arah barat,rencananya kami akan menuju mataran melalui sekotong sekalian susur pantai lain di daerah sana. Seperti halnya tadi,perjalanan kami pun tak luput dari jalan ancur,di tambah lagi signal HP yang timbul tenggelam menyulitkan kami untuk bertanya ke google maps tentang lokasi kami. Kami ber dua bener-bener buta dengan posisi kami saat itu di tambah lagi kami juga tidak tahu  berapa lama lagi jarak yang harus kami tempuh menuju sekotong dan kota mataram,di kiri kana jalan hanya ada bukit-bukit gersang dan ladang tanaman bakau. Beberapa kali kami sempat melewati perkampungan suku sasak dengan rumah tradisionalnya. Karena waktu semakin sore,jadi kita fokuskan mencari jalan terdekat saja menuju mataram dan kita meng-skip kunjungan ke sekotong. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan penjual makanan ringan yang sedang berhenti dan melayani pembeli.  Kami bertanya jalan menuju mataram,si penjual itu berkata agar kami mengambil arah kanan saat bertemu pertigaan pertama. Saat kami hendak pergi dan mengucapkan terima kasih,tiba-tiba ada anak kecil suku sasak yang tersenyum dang menghampiri saya sambil berkata “poto”, tanpa menyianyiakan waktu saya langsung keluarkan kamera saku saya dan mengabadikan senyum manis anak sasak itu.
love this smile

papan nama pantai,sangat memprihatinkan
Ternyata perjalanan menuju pertigaan masih sangat jauh, karena kami belum juga bertemu dengan pertigaan. Setelah berjalan kurang lebih 1,5 jam dari pantai mawun,kita bertemu dengan pertigaan yang di maksud. Untuk menambah ke yakinan,di pertigaan kami kami bertanya jalan menuju mataram  pada penjual bakso  sekalian mengisi perut yang sudah keroncongan.  Setelah perut kenyang dan mendapat kepastian  jalan ke sebelah kanan itu menuju mataram,saya iseng-iseng bertanya tentang jalan yang lurus ke arah barat. Di luar dugaan,ternyata jalan yang lurus itu mengarah ke pantai selong belanak,jaraknya kurang lebih 1km dari pertigaan ini. Kami sempatkan untuk mampir ke pantai itu sebelum ahirnya kembali ke mataram.
selong belanak

Sesampinya di pantai selong belanak,susana yang sama kami temui seperti di pantai sebelumnya. Namun pantai ini lebih mirip seperti pantai mawun,membentuk teluk kecil dengan garis pantai yang lebih panjang dari mawun.  Pantai ini nampak lebih terawat,hal ini di tandai oleh adanya beberapa rumah makan di sini, karena badan sudah sangat lelah dan kulit yang mulai perih karena terbakat. Saya hanya duduk-duduk saja di bawah pohon di tepi pantai. Pantai ini juga memiliki pasir yang putih namun tidak berbentuk seperti merica.

Setelah puas beristirahat di sini, kami melanjutkan perjalanan ke kota mataram. Ohya semua pantai yang kami kunjungi tidak tidak memungut biyaya retribusi,kami hanya di wajibkan membayar parkir sebesar 2-3k. Hal ini sangat berbeda sekali dengan pantai-pantai di pulau jawa yang memungut biyaya retribusi dan biyaya parkir. Apalagi pantai di kota saya(karawang), sudah airnya lecek kayak air tanah,pasirnya butek,fasilitasnya minim, tapi harga tiket masuknya gak kira-kira mahalnya.
Sesampainya di kosan, saya langsung lemas terkapar namun sangat puas,ingin rasanya suatu saat kembali ke pantai-pantai yang cantik itu. Terimakasih buat uda odra yang udah begitu baik nganter saya keliling pantai dan buat mba yanti yang dah minjemin motornya,, thank ya all..

2 komentar: